8.

1.4K 157 15
                                    

Sosok ringkih itu berhasil memasuki sebuah ruangan, bunyi derap langkah kaki yang bersahutan seperti orang berlari membuat jantungnya berpacu cepat. Nafasnya terengah-engah, kedua mata puppynya berderai air mata. Sungguh, baru kali ini ia merasakan ketakutan yang begitu menghantuinya. Terbangun dari pingsan dengan rasa sakit kepala yang luar biasa menyentaknya ke dalam realita, ia tidak sedang berada di kamarnya. Biasanya suara hangat sang Ibu membangunkannya, suasana kamar yang berisikan banyak boneka puppy sungguh ia rindukan.

Dia menangis mencoba untuk tetap tenang dan membekap mulutnya sendiri, anehnya ruangan asing berbentuk gudang kumuh itu tidak di kunci. Kedua kakinya berlari ke sembarang arah, pakaian yang ia kenakan masih sama seperti saat ia sedang bermain di depan komplek perumahannya. Dengan sepeda yang ia genggam waktu di taman, seingatnya ia hanya di bekap oleh seseorang kepalanya pening menghirup sesuatu dari balik kain yang menutupi indera penciumannya.

Dalam hati ia terus menyebut nama Ayah dan Ibunya, ia menangis mengingat raut wajah Ibunya yang saat ini khawatir setengah mati akan hilangnya putra kedua mereka. Cahaya dari luar jendela membuat ruangan itu begitu terang benderang, kedua matanya menatap nanar beberapa 2 anak seusia dengannya yang meringkuk takut dengan makanan yang berceceran di lantai. Sayatan pada lengan dan rantai yang membelenggu kaki mereka membuat Jake terpaku. Ia tak berkutik ketika salah satu dari mereka menariknya untuk terduduk dan bersembunyi di salah satu lemari kayu yang berdebu.

Ketika ia sudah bersembunyi, ia menahan nafasnya mendengar pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan wajah-wajah seram dengan kedua mata yang memindai sekitar, mencari-cari keberadaan anak itu.

2 anak kecil yang menjadi korban mereka bungkam, lagipula sang penculik juga tak bersuara pada mereka. Tapi sangat disayangkan, gelang hitam dengan gantungan tanda salib yang di pakai terjatuh dan di temukan oleh penculiknya. Seolah mendapatkan jackpot, si penculik menyeringai puas. Bagi dia anak kecil begitu bodoh untuk apa berlari jika malah bersembunyi di ruangan yang sama dengan korban lainnya. 

Jantungnya berpacu dengan cepat, bayangan dimana tangan seseorang membuka pintu lemari yang ia tutup dengan kuat terlintas di matanya. Cahaya menyilaukan dengan raut wajah yang seram muncul di depannya, ia sontak berteriak dengan wajah ketakutan.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA tidak- hikss t-tidak kumohon!!!"


Jake terbangun dari tidurnya, ia melirik linglung ke arah jam di nakas. Pukul 7 pagi, ia menghela nafasnya ketika mimpi itu lagi kembali. Ia yakin teriakkannya membangunkan Jay, ia memijat keningnya perlahan seraya mengumpulkan tenaga untuk bangun dari tidurnya. Ia putuskan bergegas mandi, selama ritual mandinya berlangsung Jake bisa dengarkan panggilan lembut Jay di selipkan kekhawatiran. Setelah selesai ia bergegas mengenakan pakaian dan turun sembari membawa tas nya. Berisikan jaket serta topi yang biasa Jake gunakan ketika panas terik menyengat. Keduanya sarapan dalam diam, orang tua mereka sedang ada sesuatu di kantor cabang. Huh, Jake tidak akan terkejut jika orang tuanya berpergian terus menerus dan tidak menetap di rumah.

"Tadi kenapa berteriak?" Tanya Jay seraya merapihkan semua piring kotor yang ada di meja, ia tidak menatap Jake yang asik memainkan ponsel. Entahlah, tingkah Jake aneh. Atau mungkin ia belum terbiasa dengan sikap Jake yang baru? dulu adiknya selalu patuh ketika sudah selesai makan langsung pergi berangkat tanpa bermain ponsel diruang makan.

Jake menatap dengan gugup, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana soal ketakutan yang pernah ia sembuhkan malah kembali lagi.

"Berhenti menutupi segalanya, Jake. Aku disini bersamamu, orang tua kita juga di kota yang sama. Berhenti merasa cemas terhadap diri sendiri."

Bagi Jake, trauma yang di alaminya saat kecil memang sudah terbilang lama terjadinya. Disana Jake masih kecil, sekarang ia sudah sedewasa ini. Apa yang perlu di takutkan? bahkan ia sudah pernah melewati rasa cemas berlebih ini ketika memasuki dunia Damkar. Tugas pertamanya membuat dirinya shock langsung, sempat merasa kacau dan tidak fokus sampai pihak dari unit besarnya menyediakan psikiater untuk bertanya halhal lebih mendalam tentang kesehatan mentalnya.

Memang untuk bidang pekerjaan seperti ini selalu disediakan dokter kesehatan mental bagi para pekerjanya, kasus yang di alami mereka tidak jauh kok. Rasa cemas dan ke trigger trauma akan masa lalu menjadi pemicu kesehatan mereka terganggu, terlebih jika mendapati kasus yang hampir sama seolah mereka berada di posisi korbannya.

LAFD || Sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang