Bulshit kalau Jake sakit harus mendekam dirumah. Ia mengambil absen sakit selama 3 hari, hari pertama Jake istirahat dengan bermodalkan obat tidur yang pernah ia minum beberapa tahun lalu. Saat terbangun sakitnya berangsur pulih, wajahnya begitu segar dan ia bergegas pergi menuju suatu tempat yang...ia rindukan melepas penat. Di hari kedua, dia habiskan waktu dari siang di dalam diskotik. Mencuci matanya dengan wajah-wajah khas eropa para penari tiang disana. Pelayan diskotik berpakaian minim sesekali menggodanya, bahkan menggelendot manja di lengannya ketika Jake terduduk di sofa. Pakaian yang dikenakan sungguh memukai memang, kemeja hitam dengan dua kancing teratasnya yang terbuka. Celana kain hitam yang begitu pas di tubuhnya dengan sepatu pantofel hitam mengkilat kebanggaannya.
Teman kenalannya merasa cukup aneh dengan perubahan Jake, biasanya pria Amerika itu mengenakan pakaian kasual trendy bukan seperti bos bos mafia seperti di fanfiction.
"Yo bro, sendiri seperti biasa huh?"
Jake mengangguk, matanya melirik ke arah jarum jam. Pukul 6 sore, ternyata ia hanya menghabiskan waktu untuk melamun dan menatap tak minat ke arah penari tiang sebagai hiburan diskotik itu. Ia memesan minuman seperti biasa, untuk menghilangkan lelahnya biasanya Jake memesan wine. Anggur merah dengan rasa hangat ketika menyentuh lidah membuat Jake memejamkan matanya, ia butuh yang lebih berat dari ini. Sangat di sayangkan, Temannya, Jeromi. Tidak mengijinkan Jake untuk memesan yang lain, perintah Seungwoo yang sebagaimana masih punya ikatan saudara sama dia. Jeromi tahu pekerjaan yang Jake lakukan terbilang berat, bahkan ia terkejut bahwa di jam sekarang Jake malah berkeliaran bukannya bertugas.
" Aku pesan satu kamar ya, bayar nanti." Jake menaruh kartu miliknya di meja, menyodorkannya pada Jeromi. Lelaki tampan berparas chinese itu memberi pesan pada Seungwoo bahwa Jake berada disini.
Jake tidak mabuk, sungguh tidak mabuk. Hanya saja kepalanya pening, hawa dingin AC menusuk kulitnya. Ia terbaring di atas kasur yang tertata rapi disana, kamar sepetak dengan lampu remang disana membuat Jake mengerang kecil. Suara pintu terbuka tak membuat Jake bergerak menoleh, ia malah melepaskan sepatunya seraya mencoba memfokuskan pandangannya yang blur ke arah depan. Ia ingin menyambut dengan senang hati permainan wanita disini, tetapi yang ia dapat rasakan bukan tangan halus layaknya wanita menyentuh kulitnya. Awalnya Jake merasa aneh, namun sentuhan dari bibir partnernya membuat Jake melenguh. Ia suka sensasi ini, ia suka sensasi dimana ia bebas lagi. Jake pikir parfum yang di pakai wanita itu terlalu maskulin dan familiar. Jake menahannya, meraba dengan kedua mata terpejam. Tangan Jake menggenggam telapak tangan besar itu, dan mengarahkan ke lehernya perlahan entah apa yang ia pikirkan. Bayangan bagaikan kaset rusak itu berputar, menampilkan sosok Jake kecil yang berusaha lepas dari cengkraman para penculik bertopeng itu.
Rasanya dejavu, cengkraman di lehernya ia tekan. Bukan lawannya yang mencengkram leher Jake, tetapi jake sendiri yang tanpa sadar menekan jemari itu di lehernya. Ia merasakan sakit luar biasa, sakit yang teramat sakit sampai nafasnya begitu sesak dan mengumpul di dadanya. Menghimpit saluran pernapasannya dengan kedua matanya yang memanas dan berderai air mata.
Tolong m-maafkan aku....hiks...t-tolong...akhhh! brukk!
Didalam bayangannya Jake kecil meronta, tubuhnya seolah melayang ke udara dengan rasa sakit di bagian rahangnya. Tenaga kuat dari si penjahat membuatnya menangis sesenggukan, Jake kecil merasakan sakit luar biasa menghantam pelipisnya. Salah seorang penculik itu memukulnya dengan sebuah buku tebal hingga lebam di pelipisnya begitu tercetak. Tubuh ringkih itu terjatuh ke lantai dengan bunyi dentuman keras. Mengembalikan realita Jake yang perlahan sadar ketika sebuah pelukan melingkupi tubuhnya yang bergetar, suara husky ini...ia begitu mengenalnya. Surai hitam legamnya terjatuh kala memeluk Jake dan menindihnya di atas kasur. Detik selanjutnya tangisan Jake pecah, ia memeluk erat tubuh tegap itu melampiaskan emosinya yang campur aduk saat ini. Perasaan kalut memenuhi relung hatinya, ia bukannya tidak sembuh. Namun jejak luka itu masih ada hingga sekarang, sampai tersenggol sedikit saja lukanya kembali terbuka lebar di hatinya. Jake sadar selama ia pergi merantau jauh dari orang tuanya, bukan hanya kesepian yang menghampiri Jake. Namun rasa takut itu yang justru hadir terus menerus membuat Jake menjadi bebas dan tidak beraturan, dan merengek pada Jay tentunya. Sering kali mengirim email foto-foto beserta subjek yang Jake lakukan di luaran sana sebelum menjadi anggota Damkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAFD || Sungjake.
ActionIntinya kehadiran Sunghoon bikin Jake kesal! Start, 13 jan 2024.