Sebuah langkah kaki mungil menghampirinya, rambutnya berhambur angin dengan lembut. Bahkan pahatan wajahnya begitu lembut dengan senyum khas anak-anak terpahat diwajahnya. Kedua mata yang polos memandanginya, membuat Jake terbungkam di tempat.
'Jake....'
Jemari Jake menggengam tangan mungil itu, sementara anak kecil yang wajahnya mirip dengan dirinya menggenggam balik jemarinya. Jake 'kecil' menarik lengannya untuk terduduk di hamparan tanah datar berwarna putih itu, atau bisa disebut sebagai ruangan serba putih tanpa pintu?
'Kenapa kau kembali lagi?'
Jake tidak mengerti apa yang dikatakan Jake 'kecil' pada dirinya, apa maksudnya lagi?
'Sepertinya mereka membuat dirimu lupa, tapi itu petanda baik untuk kita.'
Mereka duduk berhadapan satu sama lain, dengan beberapa pertanyaan yang hinggap di otak Jake saat ini. Dia sedang berada dimana sekarang?
'Bagaimana bisa aku disini?'
Pertanyaan Jake di balas senyum kecil, seraya bisa ia rasakan bahwa tatapan Jake 'kecil' menghunus padanya. Tatapannya begitu serius, entah bagaimana dalam waktu beberapa detik berganti ekspresi wajahnya.
'Jujur, aku masih terluka-"
Jemari kecilnya menunjuk dadanya sendiri, kedua netranya berkaca-kaca dengan rematan di baju putih yang dikenakan Jake' kecil'. Jake tak mengerti keadaannya sekarang, yang ia ingat ia hanya pingsan kehabisan oksigen sebab ia mencari jalan keluar dari kebakaran kala itu.
'-namun, jika aku masih menanam kebencian dan rasa trauma itu. Mungkin saat ini kau akan terjebak terus di ruang kamarmu dengan keadaan kaki dan tangan yang terikat.'
Jake paham maksud dari perkataan itu, semenjak ia beranjak dewasa ia tentu tahu arah hidupnya dan berani nekat memutuskam hidupnya sendiri. Jake juga tidak bodoh untuk tahu bahwa yang lebih terluka ialah dirinya yang lain di masa lalu. Tapi tak menutup kemungkinan bahwa semua hal itu akan terbawa sampai ia berajak dewasa.
Kemudian ia melihat cerminan dirinya berubah, dengan pakaian yang compang camping dengan darah kering di area pelipisnya bahkan sudut bibirnya robek dengan darah yang mengalir bercampur liur dan air mata yang lomba berjatuhan. Tatapannya begitu menyedihkan, dengan isak tangisnya yang lirih mengundang Jake mengingat sepotong-potong adegan kekerasan yang ia alami di masa lalu.
Hidup Jake itu penuh kebahagiaan, orang tuanya yang sibuk tak pernah memberi rasa sepi buat Jake dan juga Jay. Walau kadang Jake di liputi rasa iri namun Jake tidak pernah menyalahkan Jay atas semua hal itu.
'Dan juga, seharusnya kau sadar sesuatu kan? bagaimana amarahnya Ayah memuncak ketika mendengarmu ingin berpisah rumah dari mereka. Seharusnya kau tak perlu menanyakan hal itu sih.'
Jake mengangguk, wajahnya sudah basah dengan air matanya yang mengalir terus menerus tanpa di minta.
'Aku sudah ikhlas sekarang, aku sudah berusaha sejauh ini melepaskan trauma itu. Kumohon, jangan kembali takut. Tolong wujudkan hidupmu yang tenang dan bahagia, jangan terjebak denganku dan membuat hidupmu lebih menderita.'
Semuanya berlalu begitu saja, semua hal yang berada di sekitar Jake berubah. Ia mendengar suara tawa Jungwon dan juga Sunghoon disana. Kedua kakinya berpijak di atas rerumputan hijau dengan banyak tanaman bunga yang asri, disana ia melihat Sunghoon dan Jungwon yang menoleh padanya.
'Papa!! sini!'
Lelaki jangkung itu tersenyum teduh, lagi dan lagi Jake merasa pertahanannya runtuh ia terisak dan berlari memeluk Sunghoon dengan erat. Kecupan manis di pelipisnya dan keningnya membuat hatinya menghangat, lengannya terulur menggendong Jungwon dan membuat ketiganya berpelukan. kedua pipi gembilnya di tepuk pelan oleh Jungwon, disambut cengiran lucu ia bergumam kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
LAFD || Sungjake.
ActionIntinya kehadiran Sunghoon bikin Jake kesal! Start, 13 jan 2024.