Tidak ada yang lebih menyakitkan bila melihat orang yang kau sukai bersama orang lain.
Fira melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Di depan matanya sendiri, Devan asyik bermesraan dengan kekasihnya yang merupakan gadis yang terkenal dengan julukan kembang sekolah. Pesonanya memang manis, ditambah tubuhnya mungil. Cocok bila dipanggil sebagai bunga.
Sebagian kaum pria merasa patah hati. Pujaan hati yang mereka kagumi sekarang bersama seseorang, bukan mereka. Tentu saja mereka menangis darah.
Setelah kejadian kekasih Devan datang ke kelas memberikan hadiah dan memberikan Devan kecupan di pipi, sekolah menjadi heboh.
Fira banyak mendengar bisik-bisik bagaimana Devan bisa menjalin hubungan dengan kembang sekolah. Kebanyakan berasal dari kaum lelaki yang menangis seraya mengutuk Devan karena mengambil dewi mereka.
Namun, Fira berbeda.
Dia tidak mengagumi Devan yang berhasil menaklukkan hati si kembang sekolah.
Menghela napas panjang, Fira akhirnya menyerah dan pergi keluar dari kelas mencari udara segar sebelum kelas berikutnya dimulai. Pemandangan itu hanya akan membuatnya sesak.
Dalam perjalanan, Fira tidak sengaja menoleh ke salah satu kelas dan menemukan Calvin duduk sendiri di kursinya. Seperti biasa ia membaca buku. Tanpa menghiraukan yang lain, dia terjebak dalam dunia fantasi tanpa batas.
Berdiam diri sejenak, tanpa sadar kedua tungkainya membawanya mendekat kepada pemuda itu dan mengambil kursi di depannya. Butuh waktu beberapa menit hingga Calvin menyadari bahwa gadis yang terhubung dengan benang merah miliknya sudah duduk di hadapannya tanpa mengatakan apa-apa.
Dalam sepersekian detik Calvin bisa menemukan kejanggalan pada Fira. “Kenapa?”
Kembali menghela napas, Fira membaca judul yang tertulis di sampul depan. “Gapapa.”
Calvin mengerjapkan mata beberapa kali. Itu adalah jawaban ambigu yang sering dilontarkan kaum wanita seperti Fira. Jika jawaban ini diberikan, biasanya bermakna ganda; dia memang baik-baik saja atau ada sesuatu di dalam hatinya dan memilih tidak mengatakannya langsung.
Calvin tahu jawaban benar adalah opsi kedua. Maka dari itu, dia mencoba berbincang dengan maksud agar si gadis bisa mengutarakan perasaannya. “Bilang aja gapapa.”
Pada saat itu, Fira mengembuskan napas panjang. Rasa seperti dinding yang ia buat dengan kokoh runtuh seketika karena balasan Calvin. Matanya mengarah ke luar jendela. Dia melihat pohon mangga yang sudah berbuah. Ia yakin beberapa murid pasti bertekad mengambil mangga itu dan memakannya untuk mereka sendiri.
Mangga gratis. Siapa yang tidak akan tergiur? Harus memanjat pun tidak masalah.
“Cal, aku suka sama sohibmu.”
Pernyataan mendadak yang sudah lama diketahui Calvin. Mulutnya tetap tertutup, menunggu Fira menyelesaikan kalimatnya.
“Aku suka Devan, tapi Devannya udah punya pacar. Mau move on cuman berat banget ngelepasinnya.”
Calvin diam menyimak. Sesungguhnya cerita patah hati Fira kurang lebih sama dengan novel yang sedang dibacanya saat ini. Menutup buku, Calvin menatap judul novel yang tercetak tebal di sampul bagian depan. Ketika Hati Memilih Dia. Ceritanya ini ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama alias POV si karakter utama itu sendiri. Karakter utama adalah perempuan. Dia menceritakan bagaimana dia pertama kali jatuh cinta kepada seseorang dan bertekad mendekati untuk menyatakan perasaannya. Berbagai cara telah dilakukan hingga karakter utama berpikir orang yang disukainya menaruh perasaan yang sama kepadanya. Namun, hal menyakitkan terjadi. Pria yang disukai karakter utama ternyata sudah memiliki kekasih. Dia bersikap baik kepada karakter utama karena memang dasar sifatnya saja yang lembut dan ramah. Itulah yang membuat karakter utama salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Aimi, Unmei no Akai Ito
RomanceLegenda Benang Merah Takdir. Menurut legenda, dewa mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar mereka suatu saat nanti dapat bertemu dan saling jatuh cinta. Legenda benang merah takdir ini memang sangat romantis. Banyak orang ber...