Setelah berpisah dengan Devan, Calvin tidak langsung pulang ke rumah. Tanpa sadar kakinya berbalik menuju sekolah. Entah apa yang merasukinya hingga dia tersihir kembali ke sini. Menghela napas panjang, Calvin memandang bangunan sekolahnya. Tampaknya tidak masalah bila mampir sebentar berkeliling sebelum pulang.
Calvin memulai tur mandiri dimulai dari lorong yang menjadi saksi keseruan dan kejadian beragam dari para murid dan guru. Calvin ingat dulu Devan pernah terpeleset oleh lantai licin sehabis dipel dan menyandung kakinya hingga mereka berdua jatuh bersamaan. Sungguh, itu pengalaman memalukan yang bahkan Calvin sendiri ingin menghapusnya permanen dari otaknya.
Lorong yang mengarah ke jejeran ruang kelas dua juga menjadi tempat biasa guru BK mendisiplinkan murid bermasalah. Kalau tidak salah, pernah ada beberapa murid tawuran dan ketahuan guru BK. Akhirnya mereka dihukum push up di sini.
Terlalu banyak kejadian menarik yang bisa diingat. Bila didaftar satu-satu sepertinya bisa memakan berpuluh-puluh lembar kertas.
Calvin melihat satu per satu ruang kelas dua. Langkahnya terhenti di salah satu kelas. Netranya tertuju ke arah satu kursi. Benar, kursi yang dipakai Fira di kelasnya. Jika Calvin melewati kelas Fira, dia bisa melihat gadis itu duduk memandang ke jendela atau mengobrol bersama temannya. Calvin ingat bagaimana senyum Fira yang merekah. Begitu hangat dan cerah, seperti bunga matahari. Kehangatannya seolah mengalir dalam tubuh Calvin.
Calvin tersenyum kecil. “Ternyata Fira di mata aku kayak gitu, ya.” Dia tidak menyadarinya. Begitu banyak keindahan yang terpancar dari gadis tersebut sehingga dia kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan.
Calvin mengulik kembali ke masa lalu, di mana ia bertemu dan berinteraksi dengan Fira di taman belakang sekolah. Nyanyiannya saat itu masih membekas di benak Calvin, seolah tak sirna dan terukir indah di ingatannya. Namun, kesan pertama mereka tidak begitu baik, mendatangkan kesalahpahaman kecil yang berujung pada kecanggungan. Untungnya, Calvin bisa mengatasi itu dan memperbaiki hubungannya dengan Fira.
Coba kalau aku gak jelasin salah pahamnya, sampe sekarang masih canggung kayaknya. Enggak, kalau dari awal aku gak sadar sama benang merah, aku gak akan ketemu Fira yang pas itu lagi nyanyi.
Benang merah mempertemukan dan menyatukan mereka dalam hubungan pertemanan. Berkat bisa melihat benang merah, Calvin bisa bertemu Fira, kenal dan akrab dengan Fira, bahkan membuatnya bisa merasakan jatuh cinta kepada seseorang. Calvin memang bersyukur dengan kemampuannya dapat melihat benang merah, tetapi di sisi lain, kekuatan ini pun yang memisahkan dirinya dengan cintanya.
Cinta yang seharusnya bisa dia dapat dan dimiliki seorang diri, harapan itu pupus seketika.
Helaan napas lepas dari mulut Calvin. Lara hati bila mengingat itu. Destinasi terakhir dari tur mandiri sekolah adalah taman belakang sekolah. Tempat yang menjadi saksi bisu pertemuan mereka berdua.
Sampai di sana, Calvin mengangkat kepala dan tercengang. Ia tidak memercayai apa yang sedang dilihatnya. Gadis yang dicintainya, gadis yang seharusnya menjadi takdirnya, gadis yang seharusnya menjadi miliknya, gadis yang ia ingin ajak untuk tinggal menjalani kehidupan bersama selamanya, kini berdiri di tengah pot bunga. Matanya memandang ke langit senja. Siluetnya berkilau oleh sinar jingga keemasan. Rambutnya berayun pelan oleh embusan sang bayu. Calvin terkesima untuk sesaat. Pemandangan di hadapannya benar-benar memukau mata dan hati.
Calvin tersenyum kecil. Siapa sangka dia akan bertemu dengannya lagi di sini. Tungkai kakinya perlahan membawanya mendekat kepada sang gadis. “Fira.”
Yang dipanggil menoleh. Wajahnya tidak bisa menahan diri memasang ekspresi terkejut. “Loh, Cal. Kok kamu masih di sini?”
Calvin tidak menjawab. Ia berdiri di samping Fira. Memandang pot bunga yang berjejer rapi di dekat kaki. “Fir, kamu masih inget gak? Kita pertama ketemu di sini. Aku gak sengaja dengerin kamu nyanyi. Pas aku mau minta kenalan, kamu malah kabur. Nganggap aku mesum.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Aimi, Unmei no Akai Ito
RomanceLegenda Benang Merah Takdir. Menurut legenda, dewa mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar mereka suatu saat nanti dapat bertemu dan saling jatuh cinta. Legenda benang merah takdir ini memang sangat romantis. Banyak orang ber...