Malam semua...
🌻🌻🌻
Kania membuka pintu kamar Keysha, melihat putrinya masih memejamkan matanya, wanita itu masuk mendekati ranjang Keysha diikuti Alvaro di belakang. “Bunda?” panggil Keysha dengan mata tertutup.
Kania menyisipkan anak rambut Keysha di belakang telinga. “Kenapa, Sayang?” jawabnya, wanita itu menebak Keysha tidak membuka matanya karena masih dilanda pusing.
“Pusing ya?” Keysha mengangguk pelan.
“Aro ke sini lagi, Bunda?” tanya Keysha, tadi saat bangun bundanya mengatakan bahwa yang membawanya pulang itu Alvaro dan mengatakan juga bahwa pemuda itu baru saja pulang untuk membersihkan tubuh dan akan kembali setelahnya.
Alvaro menahan senyum mendengar Keysha memanggilnya Aro, Kania melirik Alvaro sekilas kemudian tersenyum kecil. “Kenapa emangnya? Al kayaknya nggak ke sini,” ujar Kania dengan jahil, ia penasaran dengan reaksi putrinya.
Keysha terlihat sedih mendengar ucapan Kania, gadis itu menggeleng pelan sebagai balasan. “Key kangen ya sama Al?” tanya Kania.
Keysha menggeleng cepat kemudian meringis memegang kepalanya, sepertinya ia terlalu keras menggelengkan kepalanya hingga nyeri pun terasa. “Nggak kangen, cuman nanya aja,” balasnya sedikit membuka mata namun pandangannya masih buram membuatnya memejamkan matanya kembali.
Kania tertawa gemas, “Al di sini, Sayang,” pinta Kania di sela tawanya.
Keysha refleks membuka matanya mendengar ucapan Kania, mencoba memfokuskan penglihatannya yang masih memburam. Dan objek pertama yang ia lihat adalah sosok pemuda yang tengah tersenyum padanya, itu Alvaro.
Keysha menarik selimut menutup seluruh tubuhnya, ia malu sekali.
“Key mau tidur,” ujar Keysha yang mampu membuat tawa Kania semakin menjadi.
”Lucunya anak bunda yang lagi malu.” Kania menarik selimut yang menutup wajah putrinya.
“Bundaaa kenapa gak bilangg?” rengek Keysha sembari menutup wajahnya menggantikan selimut yang tadi ditarik oleh Kania.
“Bunda lagi pengen jailin putrinya bunda ini hmm, udah bunda ke bawah dulu ya? Ada temen kamu di sana, bunda suruh ke sini ya?” Keysha mengintip disela jarinya kemudian mengangguk.
Kania melenggang pergi dari sana meninggalkan Alvaro dan Keysha yang masih dengan rasa malunya. Alvaro mendudukkan dirinya di pinggir kasur membuat Keysha sedekit bergeser memberikan tempat untuk Alvaro.
“Aro mau liat muka Key, buka dong,” pinta Alvaro menggoda Keysha yang masih menutup wajahnya.
“Dieemm!” teriak Keysha malu.
Alvaro tertawa, ia sudah tak tahan melihat Keysha yang tengah malu. “Lucunya,” celetuk Alvaro disela tawanya.
Keysha semakin malu mendengarnya gadis itu menarik selimut dengan satu tangan ingin menutup wajahnya namun dicegah oleh Alvaro. “Jangan, nanti sesek.” Keysha mendengus kesal kemudian batuk ringan untuk menetralkan rasa malunya.
“Udah baikan? Pusing nggak?” tanya Alvaro dengan nada khawatir.
Keysha menggeleng, “makasih udah nganterin gue pulang,” tutur Keysha.
Alvaro tersenyum tipis, mengusap surai Keysha membuat sang empu melotot. Keysha tak bergerak bahkan hampir tak bernapas mendapat serangan tiba-tiba dari Alvaro, padahal hanya mengusap kepalanya.
Alvaro menurunkan tangannya menatap sekeliling kamar melihat ada beberapa piala dan piagam yang tertempel di dinding, itu merupakan salah satu pencapaian berharga bagi Keysha. Mata Alvaro tertuju pada barang yang ia berikan pada Keysha tadi malam berada di atas nakas, ia baru menyadari hal itu. “Kamu gak suka ya sama kalungnya?” tanya Alvaro, Keysha yang mendapat pertanyaan itu secara tiba-tiba langsung menatap Alvaro yang juga tengah menatapnya.
“Bukan gak suka,” balas Keysha dengan lirih.
“Gak pa-pa, disimpen aja, besok aku beliin yang la—"
“Gue gak bisa pasang sendiri, pasangin,” pinta Keysha memotong ucapan Alvaro, ia jadi merasa tidak enak karena tidak menghargai pemberian Alvaro.
“Kalau gak suka jangan dipaksa pake.” Keysha menggeleng, ia bukannya tidak suka, sebenarnya tadi malam ia memakainya sampai tidak tidur hanya karena mengingat Alvaro sembari melihat dirinya di depan cermin. Dan paginya ia melepas kalung itu saat akan mandi, takutnya akan rusak jika terkena air.
“Pasangin, Aro,” pinta Keysha, lagi-lagi Keysha memanggilnya dengan nama itu membuat Alvaro rasanya tidak berdaya.
Tangan pemuda itu meraih kalung yang ada di atas nakas, menyuruh Keysha membalikkan badannya. Keysha menyampirkan rambutnya agar Alvaro lebih mudah memasang kalung itu.
Ceklek
Pintu terbuka membuat Alvaro juga Keysha mengangkat pandangannya, sedangkan di pintu ada teman-teman Keysha yang menampilkan ekspresi terkejut melihat pemandangan di depan mereka.
Alvaro menjauhkan tangannya setelah berhasil mengaitkan kalung itu. “Sudah,” ucapnya.
“Kalian ngapain berdiri di sana?” tanya Keysha pada teman-temannya yang masih dengan keterkejutan.
“Jawab jujur, kalian sebenernya ada hubungan apa?” tanya Clara yang tersadar dari keterkejutannya terlebih dahulu.
Keysha mengerutkan keningnya, “hubungan gimana?” tanyanya bingung tak paham dengan maksud Clara.
Alvaro bangkit dari posisinya membuat Keysha refleks menatapnya. “Aku ke bawah dulu ya?” Alvaro mengusak rambut Keysha sebelum melenggang pergi dari sana melewati teman-teman Keysha yang tengah ternganga melihat apa yang terjadi di depan mereka.
“Heh curut! Mangap mulu kemasukan lalat tau rasa!” Jika Keysha tidak sakit mungkin mereka berempat sudah melempari Keysha dengan buah yang mereka bawa sekarang.
Clara melemparkan dirinya ke kasur Keysha diikuti Jihan, Maura dan Nadira menaruh barang bawaan mereka di atas meja yang ada di sana kemudian mereka duduk di sofa. “Key, lo harus jujur sama kita. Lo ada hubungan apa sama Alvaro?” tanya Clara dengan penuh intimidasi.
“Hubungan apanya? Gue gak ada apa-apa sama dia,” jawab Keysha.
“Gak ada hubungan apa-apa tapi tadi usap-usap rambut, pasang kalung juga, sedeket itu Keysha!” sahut Nadira dengan nada sedikit kesal namun tidak ketara.
Keysha mengedikkan bahunya acuh. “Ya gue emang gak ada hubungan serius, Alvaro itu temen kecil ketemu gede.”
“Yang bener lo?” tanya Jihan meminta kejelasan.
Keysha memutar bola mata malasnya. “Ngapain juga gue boong, kalian ke sini bawa apa?” Mendengar ucapan Keysha membuat mereka berempat mendengus kesal.
“Buah noh,” ujar Maura menunjuk buah di atas meja dengan dagunya.
“Buah aja?” beo Keysha membuat Clara melempar bantal yang ada di sampingnya, dan tepat sasaran, bantal itu mengenai wajah Keysha.
“Sialan di kasih hati minta jantung,” sinis Clara.
“Ya, kalo bisa ginjal lo juga gue minta.” Keysha menaik-turunkan alisnya.
“Eh, kupasin buahnya dong,” pinta Keysha pada Maura.
Maura berdecak kesal, “mandiri, udah gede juga.”
“Ih pelit banget,” ucap Keysha. Ya bagaimana Maura tidak menolak, dia itukan bukan pembantu, Keysha juga terlihat sudah sehat ya memang tabiatnya suka membuat orang darah tinggi.
Pintu terbuka menampakkan Alvaro dengan membawa piring berisi buah yang sudah dipotong-potong. Alvaro masuk tanpa memperdulikan teman-teman Keysha kemudian menyerahkan piring itu pada Keysha yang diterima baik oleh sang empu.
“Makasih, Aro.” Alvaro mengangguk sambil tersenyum.
“Aku pulang dulu ya, disuruh Mama. Nanti ke sini lagi,” ujar Alvaro yang hanya Keysha balas dengan anggukan.
Alvaro mengusak rambut Keysha lagi, “gue pulang duluan ya, ada urusan.” Mereka semua sontak menatap Nadira yang sudah berdiri bersiap untuk pulang.
“Pulang sama kita aja,” sahut Clara yang tengah memeluk boneka milik Keysha.
“Gue udah pesen gojek.”
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND FOLLOWW!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI | TERBIT
Teen FictionMengapa begitu sulit membedakan ilusi dengan kenyataan? Keysha Arasya Barata, layaknya manusia seperti biasanya, tidak ada yang spesial pada diri Keysha. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan bukan? Begitupun dengan Keysha. Keysha i...