Chapter 18 : Jeanne

427 8 2
                                    

Hello babyboo! Thanks to those of you who are willing to read the continuation of this story, I am so thankful to have you guys <3

Day by day i keep the brain drain to continue this story, and I finally decided to continue the story with a situation like this. Complicated. But, i would be happy if you continue to read this story and don't forget to COMMENT & VOTE cupcakee ILYSM :) xx

Chapter 18

“kau tidak bisa larut dalam hal ini..jangan fokus dengan keadaan ini terus, Niall” lagi-lagi Liam menceramahi lelaki blonde itu dengan nada memelas, menatap Niall dengan tatapan memohon yang selalu dia lakukan setiap hari, setiap jam, setiap menit mungkin.

Niall menghembuskan nafasnya berat, berpaling dari jendela flat yang dia tatap sejak satu jam lalu “aku sudah mencoba dan kau tau, aku tidak bisa.”

Liam membanting tubuh ke sofa menatap Niall garang “sampai kapan kau akan seperti ini?”

Niall tidak menjawab, dia diam seperti patung pahat yang berdebu “sudah 1 bulan kau seperti ini,kawan” erang Liam lagi

“aku dan yang lain tidak tau harus melakukan apa untukmu” lanjutnya

Niall kembali dalam lamunannya tanpa sedikitpun melihat Liam yang sibuk berceloteh ntah apa. Setiap detik fikirannya hanya teringat pada Anna, tidak yang lain. Senyumnya, hijau matanya, bau tubuhnya..segalanya. Rindu yang menyakitkan dan meremukan hati nya. Niall tidak bisa lagi melihat wanita lain selain Anna. Pekerjaannya kacau, semuanya menjadi berantakan,Kepergian Anna sungguh menjungkir balikan keadaan yang ada.

Niall yang mudah tertawa, Sudah lenyap. Niall yang mudah senyum, Sudah lenyap. Niall yang jahil, sudah lenyap. Niall yang selalu hobbi makan, sudah lenyap. Semuanya lenyap,

-----------------------

“apa aku benar-benar tidak bisa mendapatkan informasi lebih dari gadis ini?” Niall menatap suster itu dengan tatapan memohon, Tangannya nya kini tengah memegang erat map berisi dokumen tentang pendonor Anna. Ntah setan apalagi yang menyinggahi tubuh Niall sehingga ia ingin bertemu dengan pendonor itu.

“tunggu sebentar, seingat saya dia pernah meninggalkan nomor telfonnya” Suster itu mulai mencari dan membuka-buka laci ruang jaganya. Dan tersenyum lega setelah mendapati apa yang diinginkan Niall.

Sambil menyerahkan secarcik kertas sang suter tersenyum manis “ini dia,”

“terimakasih suster, terimakasih sekali” pamit Niall lalu keluar dari rumah sakit yang memilukan itu.

Sesampai di flat Niall dengan segera membuka jacket nya lalu dengan cepat menyalin nomor yang ada di kertas tersebut.

‘Jeanne’. Perempuan, pikirnya.

Niall menaruh iphone nya tepat di telinga kanannya, mengernyit menunggu jawaban dari sebrang sana,

“Hello,” Deg- nafasnya terasa tercekat, kenapa suara perempuan ini mirip sekali dengan wanita yang meninggalkan nya sebulan lalu. Anna.

“Hello?” ulangnya lagi, membuyarkan lamunan Niall

Niall mengambil nafas dengan berat “Hi.. Jeanne?” tanyanya

“ya? Ini siapa?” tanyanya dengan lembut membuat Niall terpaku, membuatnya mengenang kebersamaan nya bersama Anna lagi. Lagi dan lagi..

“ini Niall..” balasnya. Lama Niall menunggu jawaban dari sana, sepertinya Jeanne yang disebrang sana kehabisan kata-kata.

“Jeanne..” ucap Niall

“ya? Ada yang bisa kubantu?” tanyanya langsung,

“apa benar kau pendonor ginjal itu?” tanya Niall tanpa basa-basi ia sudah terlalu penasaran dengan hal ini. “Jeanne?”

Catching Feelings (Niall Horan Fan Fiction)Where stories live. Discover now