Lanjut guys. Selamat Membaca!
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Di sebuah kamar bernuasa putih terdapat seseorang yang sedang terbaring lemah di brangkar rumah sakit. Dengan selang oksigen yang masih setia membantunya.
Di sampingnya terdapat wanita paruh baya yang masih sangat cantik yang selalu menemaninya. Tidak jarang dia menggenggam tangannya lalu mencoba mengajak berbicara seseorang itu.
"Revan bangun nak, apa kamu enggak kangen sama bunda?" ucapnya yang ternyata bunda dari anak tersebut.
"Kamu mimpi apa sih sampe betah banget di sana?" ucapnya lagi.
Di alam bawah sadar terdapat seorang perempuan yang sedang duduk sambil memandangi luasnya tempat dia saat ini.
"Hey," sapa seseorang membuat perempuan itu menatap ke arahnya.
"Aku Revan, kamu pasti Reva kan," ucap Revan yang mendapat anggukan darinya.
"Aku memang dilahirkan dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kasih sayang yang lebih dan sama rata. Tapi dibalik itu semua, aku dapat tekanan batin, mereka selalu memaksaku untuk melanjutkan bisnisnya. Sedangkan aku tidak menyukai hal itu," ucap Revan tiba-tiba.
"Bantu aku ya Reva, aku tau kamu bisa buat oma dan opa ku merubah pandangannya ke aku," bujuk Revan namun mendapat tolakan.
"Gue udah suka di sini," jawab Reva.
"Kamu gak kasian sama orang tuamu dan abangmu yang mengharapkanmu kembali. Lihatlah disana temanmu sangat menyesali perkataannya. Kalau kamu mau menemui mereka lagi juga bisa, tidak perlu takut, mereka akan mengenalimu, meskipun dengan tubuh yang berbeda. Kamu juga bisa ngelakuin apa saja karena tubuh aku nantinya sepenuhnya milik kamu," ucap Revan.
"Hah yaudah iya gue mau," putus Reva membuat Revan tersenyum.
"Yaudah kamu ikutin cahaya putih itu," ucap Revan dan di ikuti oleh Reva.
"Eughhh.." suara lenguhan keluar dari bibir seseorang yang sudah beberapa minggu terbaring lemah.
"Aa-iiir" ucapnya terbata.
"Sebentar nak," ucap wanita paruh baya lalu dengan pelan membantu Reva minum.
"Sebentar nak bunda panggilkan dokter dulu," ucap bunda lalu pergi dari sana.
"Kebelet anjir," ucap Reva pada dirinya sendiri lalu turun dari brankar menuju ke kamar mandi.
"Akhhhhhhh anjir ini apaan," teriaknya saat melepas celana.
"Kenapa jadi punya pedang gini sih elah mana gede panjang pula," ucapnya pada diri sendiri.
"Udah lah ntar di pikirin lagi yang penting pipis aja dulu," lanjutnya.
"Penasaran dah sama muka ini cwo," ucapnya setelah melakukan tujuannya.
"Wanjir cakep banget gila sih, kenapa lo nyia-nyiain hidup lo sih! Seberapa kerasnya oma dan opa lo sampai membuat lo gak mau bertahan lebih lama lagi," ucapnya setelah melihat wajah Revan di cermin.
"Oke lo tenang aja Rev, gue pastiin oma opa lo bakal dukung apa yang lo mau tanpa harus memaksakan kehendaknya. Sedikit kasih pelajaran buat mereka gak papa kali ya. Karena sekarang tubuh ini milik gue, jadi engga akan gue biarin siapapun menginjak harga diri gue," ucapnya sambil tersenyum smirk.
(Sekarang panggil Reva, Revan/Rev).
Revan pun berjalan kembali ke brankarnya dan ternyata di sana sudah ada bunda dan juga dokter yang akan menangani Revan.
"Kamu dari mana aja nak bunda khawatir," ucap bunda mendekati Revan.
"Aku ke kamar mandi sebentar bun udah kebelet juga," jawab Revan dengan senyumannya lalu membantu Revan untuk berbaring ke brankarnya.
"Keadaan tuan Revan lebih baik mungkin besok atau lusa bisa pulang," ucap Dokter setelah memeriksa keadaan Revan.
"Enggak bisa sekarang aja Dok? Engga betah banget di sini," jawab Revan yang di balas senyuman.
"Bun pulang sekarang ya aku malas di sini," ucap Revan mencoba membujuk bundanya.
"Enggak bisa nak, sabar dulu ya," jawab bunda dengan mengusap kepala Revan yang diangguki pasrah olehnya.
"Ya sudah sepertinya gitu saja Nyonya, semoga tuan Revan bisa lekas sehat kembali saya permisi," ucap Dokter dengan sopan lalu pergi dari sana.
"Kamu makan buah dulu ya biar bunda kupaskan," ucap bunda lalu mengupaskan apel untuk Revan.
"Enggak akan gue biarin orang lain hancurin keluarga ini, Rev lo baik-baik di sana tenang aja gue yang akan jaga mereka thanks udah kasih tubuh lo buat gue. Kalo nantinya gue akan balik lagi ke keluarga asli gue, lo jangan marah ya. Lo tenang aja, keluarga lo akan ikut dengan gue," batin Revan.
"Hey jangan melamun, ini apelnya," ucap bunda lalu Revan pun memakannya.
"Bun, ayah sama abang dan adek enggak ke sini?" tanya Revan.
"Ayah hari ini ada meeting dan kalo kakakmu lagi ada konser di Bandung sama adekmu, dia ikut menemani bisa dibilang sebagai asisten lah. Abangmu besok baru pulang dari sana, tapi kamu tau enggak waktu sebelum abang kamu berangkat dia sempat ngerengek buat batalin konser disana karena dia enggak mau ninggalin kamu," jelas bunda.
"Sesayang ini meraka sama lo Rev, hah jadi kangen mamah, papah dan abang. Mereka gimana ya kabarnya, semoga baik-baik aja. Nanti kalo ada waktu gue akan samperin mereka," batin Revan.
"Hehe peluk aku dong bun, aku kangen sama bunda," ucap Revan lalu di peluk erat oleh bunda dan dengan cepat di balas oleh Revan dengan erat seakan takut di tinggalkan.
TBC.
Gimana sama ceritanya?
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Girl to Boy
Teen FictionReva Fidela Az-Zahra cwe cantik yang memiliki sifat ceria dan juga penyayang, memiliki 2 sahabat yang selalu ada untuknya, dia juga selalu menjadi juara balapan yang sering di adakan namun semua hilang begitu saja di saat dia harus mati karena kesel...