TGtB (06)

1.5K 179 6
                                    

Lanjut guys. Kalian apa kabar?
Selamat Membaca!
|

|

|

|

"Revan.." panggil Zean.

"Iyaa?"

"Kita butuh penjelasan," ucap Zean teduh dan diangguki yang lain juga.

"Kalian pulang duluan aja, gue masih mau ngobrol berdua sama bang Ken," ujar Revan.

"Lo beneran bukan abangku," ucap Chris sendu.

"Gue tetap jadi abangmu, meski dengan jiwa yang berbeda," ucap Revan lembut sembari mengusap kepala Chris.

"Duluan aja nanti abang nyusul"

Chris mengangguk, akhirnya mereka semua pulang tanpa Revan dan Ken. Urusan izin bisa diatur nantinya. Keduanya sedang dalam perjalanan menuju minimarket terdekat. Membelikan Revan a.k.a Reva sekantung es krim kesukaannya.

"Gak mau nambah lagi?" tanya Ken.

"Segini aja, ayo pulang anterin aku dulu. Btw, si blacky apa kabar bang?" ucap Reva sembari memikirkan motor kesayangannya.

"Udah diamanin sama papah," balas Ken.

Skip rumah GreShan...

Ken hanya mengantarkan adeknya, kemudian pergi untuk menjemput kedua orang tuanya dan kedua sahabat adeknya. Revan sendiri langsung menuju ke kamar buat mandi dan yang lainnya. Lalu turun menemui sang ibunda di ruang tamu yang sedang ngobrol dengan teman-teman yang lain.

"Bunda.." ucap Revan memeluk Shani dengan manja. Katakanlah ini sifat Reva yang akan mengeluarkan sisi manjanya didepan keluarga dan sahabat. Revan manja juga, hanya saja jika sedang berdua dengan bundanya.

"Kenapa, mau makan?" tanya Shani lembut.

"Mau tapi suapin ya.." jawab Revan manyun.

"Iya iya makin gemes bunda sama kamu, ayo kalian semua juga ikut makan," ajak Shani.

Mereka beralih ke meja makan, Shani sibuk dengan piringnya dan mengambilkan beberapa lauk untuk anak tengahnya. Ada rasa heran, tidak biasanya anak itu mau nunjukin sisi lain didepan banyak orang seperti sekarang ini.

Usai makan, kembali lagi ke ruang tamu. Tidak lama dari itu Cio datang. Selang 5 menit keluarga dari Ken serta kedua sahabat dari Reva pun telah sampai. Kedatangan mereka disambut hangat oleh GreShan fam. Tadi Zean sudah menjelaskan sedikit dengan orang tuanya, Reva hanya diam saja.

"Karena semuanya udah kumpul, aku mau jelasin ke kalian semua. Mau percaya atau enggak itu keputusan kalian, aku cuma mau ngejelasin yang terjadi dalam diriku dan juga Revan. Sekarang ini yang ada dihadapan kalian bukan Revan tapi Reva"

"Maksudnya?"

"Di alam bawah sadar, aku bertemu Revan dan dia menyuruhku untuk menempati tubuhnya. Dia bilang bersyukur memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya. Sayangnya opa dan oma nya tidak setuju dengan bakat yang dia miliki"

"Apa Revan mendapat tindakan kekerasan?" tanya Reva menatap Cio dan Shani.

"Jujur kalo datang ke rumah itu cuma ucapan mereka yang bikin sakit hati tapi kalo mereka bertemu diluar tanpa sepengetahuan kami juga gak tau apa yang mereka lakukan pada Revan," jelas Cio, dirinya gak sampai kepikiran kesana.

"Revan juga gak bilang ke aku, penyebab kenapa dia menyerah dengan hidupnya. Yang aku tangkap dari sikapnya, dia menyerah karna terus-terusan disuruh mengelola bisnis mereka, dia saja gak tertarik di dunia itu"

"Jiwaku Reva tapi didalam tubuh Revan, terdengar sangat mustahil tapi inilah yang terjadi, apa kalian percaya?" Mereka masih mencerna semua yang diucapkannya, mau bilang gak percaya tapi terjadi di orang yang mereka sangat kenal.

"Kita perlu bukti," ucap Mira diangguki Raisha.

"Ah ayolah, apa kalian mau membongkar aib didepan banyak orang," ucap Reva menaik turunkan alisnya.

"Yang normal aja," ucap Raisha negoisasi.

"Masalahnya aib kalian tuh gak ada yang normal. Ini aja deh, si Miwa pernah men-.."

"Stop gue percaya," cegahnya langsung memeluk tubuhnya dengan erat.

"Lo gak mau peluk gue Shasha?" ucap Reva cemberut.

Raisha yang dipanggil dengan sebutan itu langsung berlari dan menubruk Reva. Miwa dan Shasha panggilan khusus yang dibuat oleh Reva dan tidak ada yang boleh memanggilnya seperti itu kecuali Reva sendiri.

"Jangan pergi lagi, hiks.." ucap Raisha sesegukan.

"Cengeng cengeng.." ledeknya.

Plak!

"Awss.." ringisnya.

"Masih aja nyebelin," ucap Raisha ngambek.

"Gue ada es krim banyak, lo mau?" tawarnya.

"Mau mau mau.."

"Gue ambil dulu dah tapi lepasin weh dari tadi kalian nempel mulu," ucap Reva engap.

"Soalnya lo ganteng," ucap Mira dan Raisha.

"Naksir?"

"Dikit doang, lo pasti masih nungguin yang itu kan?" ucap Mira.

"Kalo dia masih ingat gue," balasnya sendu.

"Jangan sedih dong Rev, sekarang lo bisa milikin dia seutuhnya. Gue sangat berharap dia mau balik dan ketemu sama lo lagi," ucap Mira menyemangatinya.

"Kamu masih pake kalungnya kan?" tanya Ken.

"Masih tapi.." ucapnya menggantung, meraba lehernya sempat mengernyitkan keningnya.

"Loh kok ada disini?" ucapnya bingung.

"Udah takdir, sini peluk mamah dulu," ucap Kinal.

"Aaaa.. Kangen banget sama mamah," ucap Reva.

"Papah mana?" ucapnya menjahili Vernon yang bahkan duduk disamping Kinal.

"Gak tau kayaknya ketinggalan dijalan deh, coba biar bang Ken yang cariin," ucap Kinal ikutan iseng.

"Abang cari sabar ya," ucap Ken menimpali.

"Terus terusin aja papah udah kebal, habis ini pasti minta sesuatu," ucap Vernon pasrah dan udah sangat hafal dengan keluarganya.

"Sebelum itu, peluk dulu papahnya jangan ke mamah doang," ucap Vernon.

"Iya iya dasar cemburuan, bapaknya siapa si.."

"Ikutan dong," ucap Ken.

"Mau juga," sahut Kinal.

"Miwa Shasha sini ikutan," ucap Reva menarik keduanya.

Mereka melihat betapa harmonisnya, apalagi Ken yang biasanya cuma diam aja. Kini mereka melihat sosok lain didalam dirinya.

Setelah melepas rindu, mereka ngobrol ringan. Reva sendiri tak menyangka kalo sangat diterima di keluarga ini. Biasanya kalo di novel-novel lain pasti ada drama nangis-nangisnya. Dari teman-temannya juga pada enggak masalah, meski mereka harus merelakan Revan asli.

(Kita panggil Revan lagi ya).

Dari luar terdengar deru mobil berhenti. Revan langsung berdiri dari duduknya. Dia udah tau siapa yang datang, segera mungkin harus pergi dari rumah ini.

"Bang Ken kesini bawa si blacky?" ucapnya cemas.

"Iya nih kuncinya, mau kemana?"

"Mereka datang aku pergi dulu"

Revan ingin langsung berlari ke pintu belakang namun suara menggelegar itu menghentikan langkahnya. Tiba-tiba kakinya membeku. Tubuhnya susah digerakin dan melemah. Ia sudah keringat dingin.

"REVAN JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU KABUR LAGI!!" teriak opa.

TBC.

Sabar-sabar aja ya nunggu updatenya...
Ketemu lagi di bulan depan ya...

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang