Selamat Membaca!
.
.
.
.
."Bun, bisa nggak mata kalian berubah kayak biasanya? Chris jadi agak ngeri mau natap kalian."
"Eh, maaf maaf Bunda lupa," balasnya.
"Caranya gimana Bun?" tanya Revan yang tak mengerti.
"Tutup matamu dan tenangkan hati dan pikirannya. Setelah itu, buka matanya lagi," jawab Shani lalu melakukan hal yang barusan ia katakan.
"Kamu kan udah pernah Ayah ajarin Rev," timpal Vernon, saat mata itu tak berubah normal.
"Iya. Tapi yang punya tubuh aslinya masih nolak, jadi Reva agak susah kontrolnya," sahutnya, mencoba menahan diri agar tak terbawa suasana.
"Ayolah Rev, lo mau nyiksa gue dengan mata hijau lo itu.." ucapnya dalam hati.
Ntah sejak terakhir kali keduanya ngobrol di alam bawah sadar, Revan si pemilik tubuh tak lagi menemuinya. Apakah dia sudah tenang di sana? Tetapi Reva belum berhasil akan misinya.
Revan memiliki mata hijau seperti Shani, keturunan dari keluarga besarnya. Matanya memancarkan kecerdasan dan misteri, membuat setiap orang yang menatapnya terpesona. Seseorang yang memiliki mata hijau cenderung tenang saat berada di situasi sulit. Namun di balik mata berkilaunya, tersimpan sebuah rahasia yang misterius, hingga saat ini belum diketahui oleh si pemilik tubuh.
Reva juga memiliki mata abu-abu seperti Vernon, keturunan dari keluarga besar ayahnya. Mata itu bukan mata sembarangan, melainkan portal menuju dunia lain. Seseorang yang memiliki mata abu-abu cenderung agresif dan emosinya gampang terpancing. Tak hanya itu, ada kelebihan lain yang dimiliki, bisa mengendalikan benda tajam tanpa menyentuhnya, menyembuhkan luka akibat terkena goresan tajam. Kekurangannya, seseorang yang memiliki mata abu-abu ini, apalagi tak bisa mengontrolnya, akan merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya.
Mata dengan warna hijau atau abu-abu hanya akan muncul dalam situasi tertentu. Jika di hari-hari biasa, warna mata itu tetap normal, sama seperti manusia pada umumnya.
"Aaakhhh, susah bangeettt.." sungutnya menyerah.
Reva a.k.a Revan yang kesal sendiri, segera menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Ia rasa perlu makan saat ini, perutnya sudah meronta-ronta. Apalagi semalam hanya minum susu tanpa makan nasi.
Selesai sarapan, mereka masih diam di meja makan sembari melihat Revan yang dari tadi masih sibuk mengunyah. Ini sudah piring yang ke-5 dan dia merasa masih kurang. Ntahlah, tubuhnya merasa perlu banyak asupan, energinya terkuras.
"Gak biasanya tuh anak makan sebanyak ini," ucap Ken dalam hati.
"Buset, abang masih mau nambah lagii," monolog Chris dalam hati, ia sampai melongo sendiri.
"Rev, tumben," seru Mira.
"Gue laper, kenapa emangnya?" balasnya menatap Mira dengan matanya sudah kembali normal.
"Eh mata lo udah balik tuh," ucap Raisha.
"Emangnya siapa yang nyuri kok udah balik," canda Revan, saat ingin nambah lagi. Namun, dihentikan oleh Shani yang menggeleng.
"Bunda..." rengeknya.
"Udah dulu, nanti sakit perutnya. Ayo bunda obatin lukanya."
Shani menariknya ke ruang santai. Revan pun yang ditarik hanya bisa pasrah. Mereka juga mengekori ibu dan anak lalu duduk di sofa. Shani mengobati setiap luka yang terlihat oleh mata telanjangnya.
"Sekarang buka jaket dan kaosnya bunda mau lihat," titahnya.
"Eh nggak usah bun. Revan ke atas ya, udah gerah banget ini pengen mandi," ucapnya berdiri dan buru-buru ingin pergi.
"Duduk," tegas Shani dan Kinal bersamaan.
"Emm.. Revan bau asem loh Bun Ma.."
Mendapat tatapan tajam dari Bunda dan Mamanya, ia pun menjadi ciut lalu menuruti perintahnya. Revan memejamkan kedua matanya dan menghela nafas sejenak, kemudian menatap semua orang dengan tatapan sendunya. Lalu, ia melepas jaket dan kaos hingga sekarang ia telanjang dada, ada luka goresan di bagian lengan kirinya, bekas tusukan di perut dan luka bakar pada punggungnya.
Mata mereka terbelalak, begitu banyak luka pada tubuhnya. Apa yang terjadi dengan Revan semalam?
Kemudian, Revan pergi menuju kamarnya dan mengabaikan mereka yang meneriakinya. Sejujurnya, ia tak merasakan apapun dengan tubuhnya meski terdapat banyak luka. Entah itu keistimewaan yang dimiliki Reva atau Revan sendiri.
"Maksudnya tuh apa? Udah gue terima bisnis gak jelasnya malah gue diperlakukan kek gini.." gerutunya melihat dirinya di cermin.
"Btw, mobil yang gue pake semalam punya siapa ya? Habis ini gue harus tanya Bang Vano dehh," monolognya.
Revan mandi dan membersihkan lukanya. Setelah itu, ia pun turun lagi. Mencari Evano untuk menanyakan kecurigaannya. Jika benar pelakunya ialah orang tersebut, tak ada toleransi lagi.
"Papa, Bang Vano mana? Aku ada perlu sama dia," ujarnya menghampiri Vernon di ruang keluarga bersama yang lain.
"Bentar.." Vernon mengambil hp-nya lalu menghubungi Evano. "Duduk dulu, sini deketan ke Papa biar Papa sembuhin lukanya," ucapnya.
Revan mengangguk lalu melepas bajunya. Mereka dibuat terkejut lagi, pasalnya luka tadi sudah hilang. Bahkan tak berbekas sedikitpun. Vernon tersenyum, tanpa disadari Reva benar-benar menerapkan apa yang dia katakan. Kemampuannya sudah melekat dengan jiwanya meski beda raga.
"Gak mungkin kan secepat itu.." ucap Zean shock dengan apa yang dia lihat.
"Apanya yang gak mungkin?" bingung Kinal.
"Itu lukanya.." ucap Chris menimpali.
"Oh, itu karena Reva telah menyempurnakan kemampuannya," ucap Vernon terkekeh.
"Reva juga punya kak," ujar Shani tak terkejut, soalnya sempat beredar statement tersebut. "Berita di media pada waktu itu benar adanya?" sambungnya.
"Itu hanya pengalihan isu," balas Ken.
"Terus berita yang sebenarnya apa?" tanya Cio penasaran.
"Permisi, Tuan Muda memanggil saya," ucap Evano sedikit membungkuk hormat.
"Untungnya Evano gercep," liriknya.
Mereka merasa bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan hal itu. Ini masih terlalu awal, suatu saat nanti keluarga Aditama akan tahu dengan sendirinya. Melalui sebuah peristiwa tentunya.
"Mobil semalam itu bukan mobilku kan? Mereka sengaja menjebakku, apa tujuannya dan di mana mobilku sekarang?"
"Benar, Tuan. Mereka mengganti dengan mobil yang mirip dan memulai rencananya. Untuk mobil Tuan, sudah aman. Kami sudah merebut kembali mobil kesayangan Tuan Muda. Tujuan mereka..." Evano mendekat lalu berbisik pada Revan, karena ini terlalu sensitif dan berbahaya menurutnya.
"Brengsek! Apa ada penghianat?" Revan mengepalkan tangannya kuat.
"Orang yang dipercayai olehnya, dalang dari semuanya," balas Evano tanpa menyebutkan orang tersebut.
"Hmm, aku paham. Buat berita palsu mengenai pengendara mobil itu yang tewas di tempat, hanya tunjukkan pada mereka dan biarkan mereka bersenang-senang dulu. Awasi terus orang itu, kirim satu anggota untuk memata-matai di sana. Setelah itu, kita lanjut ke Plan B.." ucap Revan dengan tersenyum misteriusnya.
TBC.
Maaf ya, harusnya double up tapi semalam gw ketiduran hehe...
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!
.
.
https://saweria.co/kaylaravsa
.
.
.
https://whatsapp.com/channel/0029VaiSFs8CMY0J9vGMG70z
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Girl to Boy
Teen FictionReva Fidela Az-Zahra cwe cantik yang memiliki sifat ceria dan juga penyayang, memiliki 2 sahabat yang selalu ada untuknya, dia juga selalu menjadi juara balapan yang sering di adakan namun semua hilang begitu saja di saat dia harus mati karena kesel...