TGtB (07)

1.3K 164 7
                                    

Selamat Membaca!
|

|

|

|

"REVAN JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU KABUR LAGI!!" teriak opa.

Dia perlahan membalikkan tubuhnya untuk menghadap kearahnya. Matanya membulat sempurna, disaat opanya telah berada tepat didepannya, menatapnya dengan sangat tajam.

Plak!

Suara tamparan terdengar begitu sangat nyaring. Revan sampai menoleh ke kanan. Revan a.k.a Reva yang dulunya tidak pernah mendapatkan kekerasan fisik. Kini ia mengalaminya langsung, panas dan perih yang dia rasakan. Matanya terpejam menikmati rasa sakitnya. Lalu terbuka kembali dengan senyum smirk menghiasi bibirnya.

Mereka sama terkejutnya, keluarga Aditama tidak pernah menyangka sampai main fisik seperti ini. Atmadja Family tidak pernah sekalipun melukai secara batin dan fisik putrinya. Dan sekarang mereka menyaksikan langsung, betapa sakit hatinya mereka saat jiwa putrinya mendapat perlakuan tidak mengenakkan.

"PAPA! GAK USAH MAIN TANGAN," ucap Gracio berjalan cepat kearah anaknya dan menarik Revan agar berlindung dibelakang tubuhnya.

"Minggir, biar Revan papa kasih pelajaran," ujar Opa, masih tetap dengan pendiriannya untuk memperdaya kejeniusan cucunya.

"Saatnya bermain," ucap Revan dalam hati. "Rev sorry tapi gue harus lakuin ini," sambungnya sembari menyeringai. Kini tubuhnya sudah bisa ia kendalikan tidak seperti sebelumnya.

"Apa yang perlu Revan bantu untuk kelangsungan bisnis opa?" tanyanya, membuat mereka terkejut.

"Sayang jangan lakukan itu.." cegah Shani tidak rela anaknya masuk ke bisnis gelap itu.

"Kamu hanya perlu melanjutkan dan mengembangkan bisnis tersebut," ucap Opa tersenyum penuh kemenangan.

"Baiklah berikan semua aksesnya," pinta Revan menengadahkan tangannya.

Setelah semua yang Revan inginkan diberikan. Opa dan Oma pamit pulang. Sementara itu Revan tengah ditodong banyak pertanyaan. Kenapa tiba-tiba menerima permintaan sang Opa. Padahal sebelumya selalu bersikeras menolak apapun itu dari Opa dan Omanya. Bahkan selalu menghindari keduanya saat datang ke rumah ini.

"Dek kenapa diterima?" tanya Zean.

"Rev, kalau kamu terpaksa mending gak usah diterusin," ucap Gracio.

"Bunda gak izinin kamu ikutan bisnis itu," ucap Shani tidak ingin putranya terperangkap dalam bisnis tidak jelas itu.

"Abang gimana sih kok malah diterima? Kita semua udah tau bisnis yang mereka buat itu bisnis enggak bener," ucap Chris.

"Aduhh kalian ini, Revannya sampai bingung buat jawab yang mana dulu," ucap Vernon terkekeh.

"Mohon bersabar ini ujian," celetuk Revan diakhiri dengan tertawa kecil. Habis itu ia kena pukulan dari abangnya, siapa lagi kalau bukan Ken. "Bisa-bisa dalam suasana tegang begini masih bisa bercanda," ucapnya geleng-geleng.

"Ayah bunda maaf kalau ini mungkin sedikit menyakiti Opa. Ini cara yang masih bisa dibilang aman. Apa Revan boleh melakukannya?"

"Bunda gak mau kalau sampai membahayakan diri kamu," ucap Shani, takut kehilangan untuk kedua kalinya.

Revan menggenggam kedua tangan ibunya, ia tau betul akan ketakutannya. "Tenang bun, aku pasti baik-baik saja, kan ada kalian semua," ucapnya dengan senyuman menghiasi bibirnya.

"Miw Sha, udah siap buat malam ini," ujar Revan menunjukan benda yang ia genggam.

"Gass aja, bang Ken ikutan dong biar makin seruu.." ajak Raisha.

Ken mengangguk, "Bawa yang lain gak nih?"

"Terserah, oh ya ajak bang Eja dong soalnya Reva kangen banget"

Para orang tua dan Zean dkk hanya menyimak saja. Pasalnya mereka tidak tau apa yang sedang keempatnya bicarakan.

"Shan, Reva tuh anaknya manja banget. Banyak sabar aja ya buat ngadepin sikapnya yang kadang diluar galaksi. Apalagi kalau udah minta sesuatu pasti ada aja tingkahnya," jelas Kinal.

"Gapapa aku malah senang. Revan itu aslinya juga manja tapi manjanya cuma sama aku," ucap Shani tersenyum. Mengingat putra tengahnya itu, malu kalau temannya sampai tau dia masih suka manja manja padanya.

"Huwaaaa.. Rev sakit, tante ini tolong Revannya ngeselin," adu Raisha pada Kinal dan Shani dengan mukanya yang merah.

"Lebay banget sih lo, gue cuma pegang doang dahal," balas Revan memutar bola matanya malas.

"Mah.." kata Revan bergelayut manja pada lengan Kinal.

"Tuhkan, mulai deh.." ucap Kinal. "Bang Ken bawa yang tadi mamah bilang?" tanyanya.

"Nih, dasar bayi gede," ucap Ken memberikan dot susu yang ukuran besar.

"Yeayyy minum cucu, ayah gendong dong," ucapnya semangat.

"Hadeuhh kamu tuh kebiasaan banget sih, sini sama papah aja," ujar Vernon langsung menggendongnya ala koala. "Udah sekarang tidur," katanya puk puk pantatnya sambil jalan-jalan sekitar rumah ini. Matanya perlahan tertutup dengan dot yang menyumpal mulutnya.

"Itu baru satu Shan dan masih banyak lagi," ucap Kinal terkekeh dengan kebiasaan aneh anaknya. Untungnya Ken tidak seperti itu. Bisa tambah stres dirinya mengurus keduanya.

"Kenapa kita nggak tinggal bareng aja," celetuk Chris.

"Nah ide bagus," sambar Revan, setelah itu kembali tertidur.

"Tuh anak nyamber aja," ucap Ken tertawa.

Mereka lanjut mengobrol, saling mengenal antar keluarga. Sebelumnya sudah pernah bertemu, perusahaan merekalah yang menghubungkan satu sama lain. Obrolan mereka berlanjut mengenai konser di Bandung kemarin dan banyak lagi. Hingga sore tiba menyapa mereka.

"Tante dan om, kami pamit pulang dulu ya," ucap Ardhan mewakili teman-temannya.

"Nginep aja besok pada liburkan," ucap Shani. Biasanya setelah konser masuk sehari lalu setelahnya mereka akan dikasih libur 2 hari.

"Lain kali aja tan, kita juga belum izin takutnya nanti dicariin," balas Daniel. Kemudian mereka pamit, kini tersisa keluarga Aditama dan Atmadja serta 2 sahabat Reva.

"Kalian nginep aja disini, kamar juga banyak kalian tinggal pilih," seru Gracio dan mereka mengangguk setuju.

"Om gak capek berdiri terus gitu?" tanya Chris.

"Udah biasa, nanti kalau duduk malah kebangun," jawab Vernon.

"Sini kamu rebahin pelan-pelan di pahaku," ucap Kinal menyuruh suaminya merebahkan Revan dengan bantalan pahanya. Namun usaha mereka tetap sia-sia sang empu terusik. "M-mah habis," ucapnya cemberut.

"Makan aja ya," bujuk Zean.

"Ihh gak mau, enakan juga makan diluar," ucap Revan duduk sambil menegangkan otot tubuhnya. "Bun, Revan punya sepeda nggak?"

"Ada tuh di garasi mau ngapain?" tanya Shani heran. Bukan jawaban tapi malah sebuah kecupan mana semua orang dikecup lagi. Habis itu berlari ke kamarnya di lantai atas.

TBC.

Kali ini gak double up dulu ya
Lagi gak ada ide jadi ya gitu deh...

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang