TGtB (13)

627 96 4
                                    

Selamat Membaca!
.
.
.
.
.

"Sebelum itu makan dulu gak sih, kakak laper nih," ucap Revan mengusap perutnya.

"Yaudah yuk tapi-..." Muthe berbisik.

Revan mengangguk. Keduanya turun bersamaan, saat diujung tangga terakhir...

"Mbok. Awal pertama, jumpa denganmu membuat hatiku melayang," ujar Revan dengan gaya mleyot sambil melihat mbok menata makanan.

"Kau panah aku dengan pesonamu sehingga tercuri hatiku," ujar Muthe mengedipkan matanya pada Chris.

"Tapi malu untuk ku akui, ini cinta yang pertama," ucap Revan.

"Ku rasakan indahnya jatuh cinta, baby ku jadi deg-degan, i'm falling in love," ujar Raisha melirik Ken.

"Sik asik, sik asik. Kenal dirimu!" lantun Mira.

"Sik asik, sik asik dekat denganmu!" sambung Kinal.

"Terasa dihati berbunga-bunga setiap bertemu" Raisha bernyanyi sambil curi-curi pandang kearah Ken.

"Eh lo berdua tiba-tiba nyaut aje, darimana?" tanya Revan saat melihat Mira dan Raisha.

"Hehehe.. Kita tau bakal ada konser dadakan, jadinya langsung cuss kesini," jawab Mira cengengesan.

"Selain itu, kita juga kangen sama masakan mbok Eli," sahut Raisha dan langsung mengambil duduk disebelah Ken.

"Aaaa.. Itu tempat duduk guee, ga mau pokoknya lo harus pindah," ujar Revan tidak terima.

"Gantian boleh kali Rev, pelit amat sih lo," balas Raisha tidak mau mengalah.

"Huaaaa.. Bundaa ituuu..." adunya pada Shani.

"Dih ngaduan," seru Raisha.

"Udah kamu duduk sini aja sama bunda," ujar Shani menarik Revan agar duduk di pangkuannya.

"Rai ngalah kek ama anak kecil," lirih Mira agar tidak terdengar. Bisa-bisa diamuk kalo sampai terdengar ke telinga Revan.

"Huft, yaudah nih lo duduk," ucap Raisha lalu berdiri.

"Ga mauu udah ga mood," balas Revan cemberut sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Shani dan tangannya tidak bisa diam melainkan memainkan telinga kiri bundanya.

"Huuu ngambekan," ejek Raisha dan langsung mendapat geplakan dari Mira. Sang empu meringis kesakitan.

"Sayang kamu makan dulu yuk, bunda suapin," ucap Shani dan dibalas gelengan.

"Rev jangan kayak gitu kasihan bunda Shaninya, kamu sini makan dulu mama suapin," ujar Kinal membujuk anak bungsunya.

Revan tetap menggeleng. Susah nih buat bujuk bayi besar, apalagi kalau sudah ngambek gini.

Ken beranjak dari sana menuju ke dapur. Ia meminta Mbok Eli untuk membuatkan susu buat si bayi besar. Setelah mendapatkannya, ia memberikannya pada Shani agar diberikan ke adiknya. Shani memberikan dot susu itu pada Revan dan diterima baik olehnya.

"Revan turun dulu itu bunda Shani nya susah buat makan," ujar Vernon, namun diabadikan oleh sang empu.

"Udah biarin aja kak," balas Shani.

Skip...

Usai makan, para anak-anak lebih memilih ke ruang santai sambil menonton. Sementara para orang tua masih mencoba membujuk anak bungsunya. Shani hanya bisa mengusap punggungnya dengan lembut, itu yang biasa ia lakukan pada putranya dulu.

"Sayang makan dulu yuk atau..."

Revan segera turun dari pangkuan bundanya dan lebih memilih duduk di sampingnya. Shani tersenyum, ancaman itu sangat ampuh untuk membujuknya. Shani menyuapi Revan makan dengan lahap bahkan sampai nambah. Sesekali Revan juga menyuapi sang bunda agar ikut makan dengannya.

"Kenapa hm?" tanya Shani saat ia ingin berdiri lengannya ditahan dan menggeleng.

Shani melihat kegelisahan dari putranya. Ia rengkuh tubuhnya ke dalam dekapannya, menangkup kedua pipinya agar menghadap ke arahnya. Matanya merah dan berkaca-kaca.

"Yah gendong ke kamar kita," titah Shani pada suaminya. "Kamu sama ayah dulu ya nanti bunda nyusul," sambungnya mengusap lembut kepalanya.

Revan mengangguk lemah. Cio langsung menggendongnya ke kamar tentunya setelah berpamitan pada VeNal selaku tuan rumah. Tadi sudah sempat diberitahu kamar masing-masing.

Sedangkan Shani menuju dapur untuk mengembalikan piring bekas Revan makan sembari mengambil segelas air dingin. Saat Shani ingin ke atas, langkahnya dihentikan oleh Kinal.

"Revan kenapa dek?" ucap Kinal penasaran.

"Biasanya mau demam sih kak, makanya manjanya keluar," jawab Shani.

"Terus tadi kamu ancem apa kok nurut," ucap Vernon yang juga penasaran.

"Oh itu, dia punya drum di rumah hasil dari kerja kerasnya sendiri dari panggung ke panggung. Kalo gak mau nurut selalu ku ancem buat bakar drum itu, makanya dia takut," balasnya dan diangguki oleh VeNal.

"Bun ini anaknya rewel," ucap Cio sedikit teriak.

"Yaudah ya kak, aku ke atas dulu," ucap Shani lalu buru-buru ke kamar.

"Shan nanti kalo butuh sesuatu bilang aja, biar aku ambilin," seru Kinal sebelum Shani benar-benar menghilang dari pandangannya.

"Iyaa kak makasih"

Sesampainya di kamar, Revan tengah berbaring. Shani terlebih dahulu menyimpan segelas air di kulkas kecil lalu ikut berbaring. Revan berada di tengah-tengah CioShan.

"Di-dingin.." ucap Revan menggigil.

"Ayah ambilin kompres ya," ujar Cio tapi Revan menggeleng.

Shani menaikkan selimutnya sebatas dada. Revan masuk ke dalam dekapan bundanya, Cio memeluk putranya dari belakang agar mengurangi rasa dingin pada tubuhnya.

"Kamu tidur bunda sama ayah temenin." Revan nurut lalu memejamkan mata dan tertidur.

Sementara di bawah, VeNal bergabung dengan anak-anak. Mereka menonton TV bersama ditemani oleh cemilan yang telah disiapkan oleh Mbok Eli. Ketika semuanya sedang fokus dengan layar datar itu, pintu utama dibuka paksa dari luar dan membuat pintu tersebut terbentur hingga timbul suara nyaring. Pelaku lantas melangkah masuk tanpa permisi.

"DIMANA REVAN?"

Zean dan Chris yang tahu itu suara siapa, buru-buru menghampiri Oma dan Opanya sebelum membuat keributan di mansion orang. Mereka malu dengan perilaku Oma dan Opanya yang tidak tahu tempat.

"Oma opa ngapain kalian disini?" tanya Chris cepat.

"Dimana abangmu?" tanya opa dan mengabaikan pertanyaan dari cucunya.

"Dia baru saja berangkat ke tempat bisnismu itu pak tua," ujar Vernon tanpa rasa takut. Enak saja masuk mansion orang tanpa permisi, memangnya dia siapa?

"EVANO! SINGKIRKAN MEREKA DARI MANSION SAYA, CEPAT!!" perintah Vernon, mengutus para bodyguard yang stand by dirumah ini.

Evano beserta bawahannya segera menyeret kedua paruh baya itu sedikit kasar. Oma dan Opa yang diusir pun merasa sangat kesal lalu pergi meninggalkan mansion tersebut.

"Om tante, kami minta maaf atas keributan yang baru saja terjadi," ucap Zean tidak enak.

"Gapapa, bukan salah kalian jadi buat apa minta maaf," balas Vernon tersenyum.

"Tapi om-.. Sudah-sudah lebih baik kalian tidur, ini udah larut malam." Chris yang ingin menimpali perkataan abangnya, terpotong oleh suara lembut Kinal, lalu mengakhiri perdebatan malam ini.

TBC.

Maaf ya nungguin lama...
Aku usahain buat sering-sering update lagi
Tapi ga janji yaa hehehe 😁✌

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang