Setelah makan, ibu dan anak itu ikut berkumpul dengan yang lain. Sedari tadi Revan hanya diam, dia akan ngomong saat ditanya, selebihnya hanya menunduk dan memainkan jarinya.
Ken mendekat, "kamu kenapa?" tanyanya dan hanya dibalas gelengen saja. Ken mengode Mira dan Raisha untuk mengajak adeknya keluar sebentar.
"Rev balapan yok yang kalah traktir sepuasnya," ucap Raisha semangat.
"Males," balas Revan.
"Kalo lo menang gue beliin mobil deh," tawar Mira dan diangguki Revan dengan cepat. "Tapi patungan ama Raisha ya gue gak mampu beli sendiri," ucapnya dengan cengiran.
"Oke gass, ditempat bang Eja kan?" tanya Revan semangat.
"Eh bentar, bang Eja chat nih," ujar Mira menghentikan langkah mereka. Kemudian membuka pesan yang baru saja dikirim. "Pas banget ini Rev, ada yang nantangin. Taruhannya uang 200 juta sama mobil, gimana terima nggak?" lanjutnya.
"Ayo aja sih. Makasih udah naikin mood gue," ucap Revan memeluk kedua sahabatnya.
"Revan, bunda minta maaf ya," ucap Shani menatap putranya.
"Gapapa bunda kan juga nggak tau," balas Revan dengan senyuman. "Kita pergi dulu ya, mau nitip sesuatu nggak bentar lagi gajian nih," lanjutnya.
"Nitip selamat sampai rumah," ujar Gracio.
"Siap bos," balas Revan dengan hormat. Setelah itu mereka bertiga meninggalkan rumah itu. Menuju sirkuit bang Eja dengan motor masing-masing.
"Kak, kenapa dia murung kalo aku panggil Cakra?" tanya Shani yang masih belum menemukan jawabannya.
"Cakra itu panggilan khusus dari Bulan untuk Reva. Sampai saat ini pun aku belum tau nama lengkapnya itu siapa, abang tau nggak?" ucap Kinal melempar pertanyaan ke Ken.
"Apalagi Ken, kayaknya cuma sekali deh ketemu sama si Bulan itu. Kalau gak salah, disaat hari terakhir dia disini, kebetulan yang bukain pintu aku terus dia cariin Reva buat pamitan habis itu mereka pindah," jawabnya mengingat masa itu.
"Tunggu sebentar," ucap Chris mengerutkan keningnya.
"Kami paham dengan yang kalian pikirkan. Reva dan Bulan itu sama-sama perempuan. Selagi dia bahagia dengan pilihannya kami akan tetap mendukungnya. Dulu sempat berpikir di Indonesia tidak mungkin pernikahan seperti ini bisa terlaksana. Tapi sekarang gak perlu mengkhawatirkan itu lagi. Kami benar-benar minta maaf," ucap Kinal tidak enak, karena jiwa putrinya lah yang mengisi tubuh Revan.
"Udahlah kak, setidaknya kami masih bisa melihat tubuh Revan meski dengan jiwa yang berbeda. Mau itu Reva atau Revan keduanya sama-sama anak kita sekarang," ucap Gracio tersenyum, dia sudah ikhlas akan perginya si putra tengahnya.
"Kalian berdua keberatan nggak?" tanya Vernon pada Zean dan Chris.
"Enggak om, tapi Reva anaknya agak random ya," balas Zean yang terkadang masih kaget. Soalnya Revan adeknya enggak seperti itu.
"Harap maklum ajalah ya, diakan anak bungsu ya gitu selalu diratukan dan terkadang suka seenaknya sendiri," ucap Vernon.
"Terus bang Eja itu siapa Ken?" tanya Zean penasaran, karena beberapa kali nama itu selalu disebut oleh Reva.
"Namanya Reza Habibie yang punya sirkuit di daerah Jl. Kapal Karam. Dia udah seperti abang buat Reva dan anak-anak yang lain. Selain itu, disanalah tempat langganan kami nongkrong atau sekedar kumpul," jelas Ken.
"Yang dimaksud anak-anak itu siapa aja bang?" tanya Chris penasaran.
Ken melirik papahnya sekilas. "Ya anak-anaknya lah," bukan Ken yang jawab melainkan Revan yang tiba-tiba datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Girl to Boy
Teen FictionReva Fidela Az-Zahra cwe cantik yang memiliki sifat ceria dan juga penyayang, memiliki 2 sahabat yang selalu ada untuknya, dia juga selalu menjadi juara balapan yang sering di adakan namun semua hilang begitu saja di saat dia harus mati karena kesel...