TGtB (03)

1.9K 179 2
                                    

Lanjut guys. Selamat Membaca!









Hari pun telah berganti, kini sudah hari ke tiga Reva berada di tubuh Revan. Begitu juga dengan kesehatan dia yang sudah jauh lebih baik, membuatnya hari ini benar-benar akan pulang.

"Bun yah, kok abang sama adek belum balik?" tanya Revan kepada orang tuanya.

"Maaf ya nak abang dan adek kamu ada sedikit kendala di sana mungkin nanti malam dia akan sampai di rumah," jawab Shani.

"Kenapa nih? Tumben banget kamu nanyain mereka," tanya Gracio.

"Khawatir aja yah," jawab Revan.

"Bilang aja kangen pake acara ngeles segala kamu nih," ejek Gracio.

"Nyenyenyenye.." jawab Revan.

"Hey udah-udah kalian ini ada aja yang di ributin," ucap Shani sebagai penengah.

"Iya bun maaf, " jawab mereka berdua.

"Ya udah kita pulang sekarang ayah udah beresin administrasi dan bunda kamu juga udah beresin pakaian kamu," ucap Gracio.

Mereka pun berjalan berdampingan dengan Revan yang berada di tengah mereka. Awalnya Gracio ingin membantunya untuk berjalan namun dengan lembut Revan menolaknya.

Dalam perjalanan Revan selalu bercerita kepada orang tuanya tentang apapun itu. Karena menurut Dokter Revan tidak amnesia, jadi dia tak perlu berpura-pura juga. Hingga tak lama sampailah mereka di sebuah mansion mewah dan megah.

"Wah bagus, gak kalah sama mansion papah," batin Revan setelah melihat mansion tersebut

"Ayo nak kita masuk," ucap Shani membuat Revan mengangguk. Lalu ikut masuk ke dalam mansion, ternyata tidak kalah mewahnya dengan furniture dan desain yang amat elegan.

"Ayo Rev ke kamar biar bunda anterin," ucap Shani yang tidak akan membiarkan Revan berjalan sendiri menuju ke kamarnya. Hingga mereka berdua pun sampai di sebuah pintu yang bertuliskan 'My Room Cakra' lalu membukanya.

Hal pertama yang di lihatnya adalah warna kamar yang sesuai dengan kamarnya sebelumnya. Jadi dia gak perlu repot-repot merombak kamarnya.

Saat ini Revan memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Karena dia bingung juga mau ngapain di mansion ini.

Tak terasa hari pun sudah malam, sedari tadi Revan sibuk dengan gamenya. Apa lagi sore tadi dia baru saja mendapatkan ps5 dan juga ponsel baru untuk dirinya.

"Rev makan malam dulu," teriak Shani dari bawah membuat Revan dengan cepat melempar stik gamenya ke sembarang arah. Lalu berlari menuju ke meja makan yang ternyata di sana sudah ada Shani dan juga Gracio.

"Hay bun yah," sapa Revan lalu mencium pipi mereka berdua.

"Hay juga nak," jawab mereka tak lupa senyuman di bibirnya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Shani.

"Apa aja deh bun," jawab Revan yang tak pernah memilih-milih makanannya.

"Sebentar bunda ambilkan" ucap Shani.

"Ayah dulu lah bun baru aku," ucap Revan membuat Shani tersenyum.

Setelah makan malam mereka pun berkumpul di ruang keluarga. Seperti biasa Revan berada di antara orang tuanya.

"Bun yah besok aku boleh sekolah kan?" tanya Revan.

"Belum boleh sayang besok kamu masih libur dulu, nanti kamu sekolah hari senin aja ya, biar tubuh kamu fit dulu," jawab Shani lembut sambil mengelus kepala Revan.

"Ah iya bun enggak apa-apa kok" jawab Revan sambil tersenyum.

"Oh ya bun, katanya abang dan adek pulang malam ini kok belum sampai juga?" tanya Revan.

"Mereka pulangnya ke sekolah dulu besok siang atau sore baru pulang ke rumah," jawab Gracio.

"Kangen ya sama mereka?" ledek Shani.

"Nanya aja sih bun," jawab Revan gengsi.

"Aku ke kamar dulu ya bun udah malam juga," pamit Revan.

"Ya udah kamu tidur aja," jawab Gracio.

"Night bunda ayah," ucap Revan lalu mencium pipi mereka berdua dan berlalu pergi menuju ke kamarnya.

Skip pagi...

Suara burung sudah saling bersautan namun Revan masih tetap setia memeluk gulingnya dan selimut yang masih menghangatkan tubuhnya

Tok... Tok... Tok...

"Revan," suara ketukan dan panggilan seseorang membuat Revan terganggu, hingga mau tak mau dia pun bangun lalu berjalan gontai menuju ke sumber suara.

"Aish kamu ini," ucap Shani yang melihat Revan keadaan putranya saat ini, apa lagi rambut yang sangat acak-acakan.

"Mandi sana jemput abang dan adek kamu di sekolahnya," lanjutnya.

"Lah ini masih pagi kan bun?" tanya Revan.

"Ini udah siang sayang, cepetan kamu mandi terus ganti baju keburu mereka marah," jawab Shani.

"Iya bun aku mandi dulu," jawab Revan.

"Oh iya mau makan dulu engga Rev?" tanya Shani.

"Engga usah bun, nanti aku makan di luar aja enggak papa," jawab Revan lalu Shani pun berlalu dari kamarnya. Revan bergegas untuk ke kamar mandi.

20 menit Revan habiskan untuk membersihkan tubuhnya. Saat ini sudah segar dan juga wangi tentunya.

Revan membuka lemari bajunya, memilih yang mana yang cocok untuk di pakai hari ini. Dengan rambut yang sudah di tata rapi. Dirasa cukup puas dengan penampilannya Revan pun keluar dari kamar menuju ke bawah dengan menggunakan lift di mansion ini.

"Bun.." sapa Revan saat melihat Shani tengah sibuk berkutat dengan laptop miliknya. Hal itu membuat Shani menatap ke arah Revan.

"Bun aku pamit pergi dulu ya takutnya mereka udah nungguin di sana," ucap Revan berpamitan kepada Shani.

"Iya nak hati-hati ya," pesan Shani.

"Iya bun, sekalian aku mau pinjem mobil ayah juga," ucap Revan.

"Pakai aja nak nanti kamu tinggal minta kuncinya di depan, dipegang sama maid kok," jawab Shani lalu Revan pun mencium tangan dan pipi bundanya.

Saat ini Revan sedang mengemudikan mobilnya dengan santai karena di depan sana terlihat tidak ada kemacetan. Tujuannya saat ini adalah Aditama High School tempat abang dan adeknya bersekolah. Yang dia tau abangnya ini bernama Zean Daffa Samudra dan adeknya Christian Raiden Gerhana. Semalam Revan memberikan memori bahwa kami bertiga lahir dengan jarak setahun tapi bunda dan ayah menyekolahkan kami di angkatan yang sama dan tentunya di kelas yang sama pula.

Tak lama dia pun sampai di tempat tujuannya dengan memarkirkan mobilnya dulu di parkiran khusus mobil. Revan menghembuskan nafasnya karena sedari tadi dia menjadi objek tatapan mereka yang berada di sana, sebelum keluar Revan menghubungi abangnya terlebih dahulu vang ternyata saat ini berada di kantin bersama dengan sahabatnya.

TBC.

Sebelumnya memang kuliah, tapi berhenti sampai semester 4. Ya karna udah gak mampu aja, ditengah-tengah orang-orang yang ambis akan nilai, sedangkan aku mau nilai berapapun ku terima. Pokoknya ngalir aja gak mau ribet dan untuk melunasi biaya sebelumnya, aku mutusin buat mulai dari kerja. Biar bisa cepat out dan fokus kerja serta bahagiain diri sendiri lewat karya berbentuk tulisan ini.

Up sekarang, kalo ada waktu luang tetap bakalan aku lanjutin. Semangat buat kalian jugaa!

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang