TGtB (11)

1K 127 9
                                    

Selamat Membaca!
|

|

|

Zean mendekati Revan yang sedang bersandar di pohon. Duduk disampingnya tanpa mengganggu sang empu. Ia hanya memperhatikan dan ikut bersandar disebelahnya. Tidak lama dari itu si bungsu menyusul dia juga melakukan hal yang sama. Kini Revan duduk diantara abang dan adeknya.

"Kamu marah," ucap Zean membuka obrolan.

"Nggak cuma masih kesel aja," balasnya.

"Ayok ikut abang, kita tuh mau piknik bareng jadi jangan sendiri-sendiri gini dong," ucap Zean menarik tangan kedua adiknya untuk kembali bergabung dengan yang lain.

Setelah mereka duduk, Revan hanya bergelayut manja pada lengan ayahnya. Tak bisa dipungkiri bahwa dia masih sedikit kesal dengan kejadian tadi. Dan memilih untuk diam saja daripada banyak bicara seperti yang lain.

"Masih lama kah kita disini?" tanyanya yang udah merasa bosan.

"Kenapa?"

"Abang mau nasi goreng dong sama mangga muda," pintanya. Membayangkan saja sudah membuatnya ngiler.

"Hah yang bener aja, kamu kan udah pindah ditubuh cwo masa mau datang bulan sih. Nggak masuk akal sumpah," balas Ken yang masih bingung.

"Ayolah bang, Revan pengen banget loh. Oh abang udah gak sayang lagi sama aku," ucapnya  mengerucutkan bibirnya.

"Biar bang Zee aja yang beliin," ucapnya lalu beranjak berdiri. "Mau ikut nggak?"

"Mau mau mau.. tapi sekalian beli mangga muda ya ya ya.. pleaseeee.." ucap Revan mengeluarkan puppy eyesnya.

"Ayo ikutan Chris, sekalian jalan-jalan duduk doang bosen tau," ajak Revan pada adiknya. Tapi tanpa persetujuannya dia langsung menariknya begitu saja.

Ternyata Zean diam-diam menelpon seseorang untuk mengantarkan mobil. "Bang Ken gak usah ikutan, cwo kok lemes mulutnya," ucapnya lalu pergi masuk mobil yang baru saja datang.

Setelah kepergian ketiganya, Ken nampak murung. "Yang sabar aja ya bang hahaha," ledek Raisha menertawakannya.

"Salahnya dimana coba, kan memang bener dia kalo udah minta makanan itu pasti besoknya ituu.." ucap Ken yang membela dirinya sendiri.

"Ya gak usah ngomong secara gamblang juga kalii," ucap Mira tak habis pikir ngomong terang-terangan sepeti itu.

"Minamal itu omongannya difilter dulu lah," ucap Raisha menimpali.

"Iyaiya maaf gak lagi-lagi deh," sahutnya.

"Yaudah semuanya, kita pamit pulang dulu ya. Jemputan kita udah nyampe tuh. Babay abang Ken, selesain sendiri ya masalahnye ama Reva hahaha.." ucap Mira dan Raisha bersamaan sambil tertawa lepas. Keduanya berlari masuk ke mobil.

"Heh nggak bisa gitu dong. Masa abang sendiri sih tadikan kalian juga ikutan, tega betul. Jangan pulang dulu, sumpah nggak asik kalian tuh. Bisa habis aku kalo dia sampai ngamuk. WOII KURANG AJAR MIRA! RAISHA!" teriaknya namun mobil telah pergi menjauh.

"Ken harus gimana?" ucapnya yang udah pasrah.

"Nikmati aja," ucap mereka serempak lalu tertawa.

Bukannya memberi solusi malah diketawain. Dahlah pasrah aja sama nasib. Lagian mulut kagak bisa dijaga.

Tak berselang lama, siblings Aditama telah kembali dengan membawa beberapa kresek ditangannya. Mereka pun duduk dan mengeluarkan semua yang dibelinya tadi. Terdapat beberapa bungkus nasi goreng dan banyak jenis buah yang mereka beli.

"Loh dek nasgornya kurang satu nih?" ucap Vernon.

"Masa sih pah, siapa yang belum kebagian?" tanya Revan bingung. Perasaan tadi dia sudah benar menghitungnya, dikurangi Mira dan Raisha.

"Bang Ken belum dapet," balas Shani.

"Oh, beli sendiri lah punya kaki kan," kata Revan yang tak ambil pusing. "Bunda tolong kupasin mangganya dong," pintanya.

"Ini beneran abang nggak dapet dek, tega syekali adikku ini," ucap Ken dramatis.

"Alay bet, tuh makan."

Revan tak setega itu, dia hanya ingin menjahili abangnya. Anggap saja balasan karena omongannya tadi. Dia menyerahkan sebungkus nasgor tanpa melihat kearah abangnya dan hanya fokus pada mangga yang sedang dikupas. Dia beberapa kali menelan ludahnya sendiri, karena sudah tidak sabar untuk memakannya.

"Ini asem banget, kamu yakin mau makan nanti kalo sakit perut gimana?" tanya Gracio bergidik ngeri.

"Nggak akan, udah biasa juga iya kan mah," ucap Revan melempar pernyataan ke Kinal.

"Iya, sebulan sekali. Efeknya apa belum jelas sih, nanti malam tidur sama bunda aja. Kita mau pulang dulu nanti," ucap Kinal.

"Ishh kok pulang sih," ucapnya cemberut. "Katanya mau tinggal bareng.." rengeknya.

"Ya kan masih mau diurus gak langsung," ucap Vernon tak habis pikir dengan sikap anaknya yang nggak pernah berubah.

"Terserah, bunda udah belum?"

"Udah nih," ucap Shani yang meletakkan potongan mangga itu dipinggiran nasi goreng.

Revan melahap makanannya dengan cepat, nasi goreng lauknya mangga muda. Yang lihat mengerutkan keningnya, bagaimana rasanya dan apakah enak?

Zean yang penasaran mencomot mangganya, untungnya sang empu enggak nyadar, jadi gak akan diamuk. Dia mengigit setengahnya lalu mengunyahnya perlahan. Karena keaseman jadi komuknya nggak terkontrol, hingga sisanya dimasukkan ke mulut Chris hal serupa pun terjadi. Keduanya serempak menatap Revan yang biasa saja. (Kalo kalian penasaran gimana komuknya bisa cek di showroom Chika 6-7-23).

"Mah mau lagi dong, Revan belum kenyang," ucapnya cemberut.

"Kamu kan udah makan 2 porsi sendiri masa masih laper sih? Makan buahnya aja," ucap Kinal geleng-geleng.

"Kupasin tapi mau yang ini," kata Revan memberikan 2 buah mangga muda.

"Jangan banyak-banyak nanti sakit perut," ucap Vernon tapi tetap mengupas mangga itu. Karena istrinya belum selesai dengan makanannya.

"Iya bang, gak boleh sampai sakit. Kita mau ada konser di Bogor," ujar Chris yang baru saja mendapat pesan dari panitia.

"Konser apa?" tanya Revan bingung.

"Loh jadi, denger-denger katanya mau dibatalin?" sahut Ken yang mendengar desas-desus bahwa mereka tidak jadi manggung disana.

"Iya bang, mereka baru kontak gue. Dan bang Revan harus ikut soalnya abang yang paling ditunggu," balas Chris memperlihatkan hpnya.

"Konser apa sih?" tanya Revan lagi sambil memakan mangga yang dicocol dengan royco.

Gigi mereka ngilu sendiri, kok bisa Revan makan dengan santainya terlebih lagi tanpa merasa keasaman. Dan entah dapat dimana penyedap rasa.

"Kitakan punya band dan abang sebagai leader sekaligus drummernya," ucap Chris.

"Hah! Yang bener aja gue gak bisa," ucap Revan menolak.

"Halah gak usah merendah untuk meroket deh. Yang tiap malming kamarnya paling berisik siapa," ucap Ken mendelik. Pasalnya dia selalu tidak tenang setiap malam itu.

"Itukan cuma buat balikin mood doang. Pokoknya gue gak mau, kemarin aja kalian bisa konser tanpa gue tuh," balas Revan menaik turunkan alisnya. "Kenapa nggak bang Ken aja yang gantiin gue, dia bisa main drum?" lanjutnya.

Tbc.

Hai kalian apa kabar? Semoga baik-baik aja yaa☺
Maaf baru bisa update sekarang, gua habis kena musibah kecelakaan malam senin kemarin. Yang join saluran gua pasti tau dan udah gua jelasin juga kronologinya gimana.

Tolong pengertiannya ya, tangan dan kaki gua belum bener-bener pulih yang sebelah kiri. Bukan karena males buat update tapi memang ada kendala. Habis ini gua belum tau bakalan update lagi kapan🙏

Terimakasih atas supportnya dan yang nunggu cerita ini atau yang lain untuk lebih bersabar.

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

Transmigrasi Girl to BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang