Cinderella untuk Pria

3 0 0
                                    

"Ah...  Casiaa... Oahh...yeah! Ah... fuck!"

"..."

"Kak! Banguuun!" teriak seseorang. Teriakannya itu sampai membuat Gafar terganggu.

"HUAAAA! Ah!" teriak Gafar. Ia bangun dari tidurnya dengan napas yang tersengal-sengal. Ia menatap ke sekitar kamar.

"Kakak ih kenapa?" tanya gadis kecil bernama Gisel. Ia keheranan melihat tingkah kakaknya itu. Gadis kecil itu memakai bando berwarna hijau di kepalanya. Ia juga memilki lesung pipi di bagian kiri pipinya.

"Ka-kakak... eeeee... dek, kamu ngapain?" tanya Gafar mengalihkan topik. Ia tidak menyadari bahwa adik kecilnya itu telah lama berada di kamarnya.

"Kakak ih, ini tuh udah pagi... bangun, atuh! Kakak nggak antar aku ke kelas balet?"

"Lah, emangnya kamu nggak sekolah?"

"Iiii, ini kan hari Minggu."

"Lah, ini hari Minggu, toh? Jam berapa ini?" tanya Gafar sambil melirik sekitar mencari jamnya.

"Pukul 5:30, kak."

Gafar panik, "Aduh, kenapa kamu nggak bangunin kakak?" kata Gafar sambil beranjak dari kasurnya.

"Kakak ih dari tadi aku udah bangunin, lho. Kakak aja yang aneh di kasur tadi."

Gafar mengambil handuknya, "Aneh? Aneh gimana, sayang?"

"Kakak tadi cium-cium bantal, terus kakak juga peluk bantal. Aneh deh pokoknya!"

Gafar terdiam sejenak, "Aduuuh!" Gafar menggeplak kepalanya.

"Kenapa kak?"

"Nggak ada apa-apa, sayang. Udah, kamu lanjut sarapan sana! Nanti kakak susul."

"Oke... tapi buruan yah kak, nanti aku terlambat, loh."

"Iya, iya!"

Adiknya yang masih kelas 4 SD itu lalu pergi meninggalkan kakaknya di kamarnya. Pagi ini ialah jadwalnya untuk kelas balet. Dan seperti biasa, Gafar yang mengantarkan adiknya itu.

"Anjing, cuma mimpi, tai! Aaaaaaaa!!!" teriak Gafar kecewa berat atas apa yang telah terjadi padanya tadi hanyalah mimpi. Padahal ia begitu bahagia dapat berhubungan dengan wanita yang sangat ia cintai itu.

Cuaks!

***

Pagi ini di hari Minggu, Casia membereskan kasur tempat tidurnya. Setelah itu, ia pergi ke dapur untuk sarapan. Dapur rumah mereka terletak di lantai bawah dekat dengan ruang tamu dan searah dengan pintu utama rumah mereka.

"Selamat pagi, adikku tersayang!" sapa Jade sambil mengacak-acak rambut Casia yang sudah rapi itu.

"Iiii, kakak! Aku udah rapi, lho!"

"Hahaha..." Jade duduk di samping Casia. Ia meletakkan ponselnya itu ke atas meja makan.

"Hari ini kamu les privat ya, Ia?" tanya Jade. 

Casia mengangguk.

"Bi? Papa dan Mama ke mana?" tanya Jade pada pembantu rumah tangga. Ia telah lama tinggal di rumah Casia dan sudah lama bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Andara. 

"Eh, den. Tuan sama nyonya pergi ke luar kota. Katanya menghadiri pesta ulang tahun temannya," tutur Bi Sun. Ia memakai daster berwarna merah dengan corak yang khas dan juga kain lap kecil yang menyantol di bahu Bi Sun.

"Oh gitu."

"Permisi den," ucap Bi Sun pamit hendak ke dapur.

"Iya, Bi!"

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang