Siswa Baru Gaya Baru

11 3 0
                                    

Pagi ini cerah. Seorang pemuda terbangun dari tidurnya setelah alarmnya berdering. Ia mengucek kedua matanya lalu bangun dari tempat tidurnya.

Sebelum melangkah menuju pintu kamar mandi yang terletak di kamarnya itu, terlebih dahulu ia berpose di depan cermin yang terletak dekat dengan lemari pakaiannya itu.

Tubuh pemuda itu tegap, dengan gaya rambutnya ala Korea. Lengannya terlihat sedikit berotot, terlebih saat pemuda itu menampakkannya di depan cermin.

Ia mendorong rambutnya ke belakang, "Cakep bet gua! Gila cok!" puji pemuda itu pada dirinya sendiri. "Ladies, siapa namamu? Boleh kenalan? Izinkan daku mencium tanganmu yang indah ini!" lirih pemuda itu bagai latihan untuk nanti ia peragakan saat di sekolah.

Pemuda itu beserta keluarganya merupakan pindahan dari kota lain beberapa hari yang lalu dan memutuskan untuk menjalani kehidupan di kawasan kota Sleman.

Pagi ini ia bersiap-siap menuju sekolah barunya.

"Sayang! Udah siap belum? Satpam udah nungguin di depan, tuh!" teriak seorang wanita yang merupakan ibunya.

"Iya mah! Otw!"

Ia lalu menarik handuk yang tergantung dekat dengan cermin itu. Lalu ia masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian setelah ia keluar dari kamar mandi, ia bersiap-siap.

Kini, pemuda itu diantar sampai ke depan gerbang oleh satpam pribadi keluarganya.

Sambil menyandang tas berwarna hitam itu, pemuda itu kemudian bersiap masuk ke dalam gerbang.

Ramai sekali siswa-siswi yang menatap aneh pemuda itu. Mereka menatap pemuda itu karena merasa asing.

Pemuda itu sendiri acuh tak acuh. Yang ia pikirkan saat ini ialah bersikap sebagai anak baru yang baik dan tidak membuat masalah.

Sampai di pintu utama sekolah, saat ia akan scan barcode, seorang guru datang menghampiri pemuda itu.

"Heii! Kamu anak baru itu yah?"

"Iya, Bu!"

"Kamu sudah bawa kartu identitas kamu, kan?"

"Udah, Bu! Ini baru aja saya akan menggunakannya, Bu!"

"Bagus lah! Di sekolah ini semua siswa-siswi harus disiplin dan harus..."

Pemuda itu tidak menghiraukan ocehan guru yang berada di depannya itu. Pandangannya saat ini tertuju pada seorang siswi. Ia terpana pada siswi yang berjalan masuk ke pintu utama sekolah hendak scan barcode. Tak henti-hentinya ia menatap siswi itu sambil tersenyum. Ia begitu terpesona melihat penampilan siswi itu.

"Nak? Kamu sudah paham?!" tegur guru itu. "Kamu liatin apa?"

"Eh... ngga ada, Bu! Sa-saya udah paham!"

"Hm? Kamu kenapa, nak?"

"Eng-engga kenapa-napa kenapa, Bu. Tadi bidadari lewat."

"Apa? Bidadari? Maksud kamu ibu bidadari?" tanya guru itu menunjuk dirinya.

"Eh, bu-bukan gitu, Bu. Astaga!"

"Yaudah deh, ngga usah terpesona gitu sama, ibu. Ibu jadi salting nih. Sana, scan identitas kamu!"

Pemuda itu menggeleng sambil tersenyum.

"Eh, jangan lupa... nanti kamu masuk ke kantor yang berada di sana yah! Soalnya kamu akan diantarkan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan."

"Baik, Bu."

Pemuda itu lalu melakukan apa yang diperintahkan oleh guru itu.
Setelah selesai scan barcode, ia mencari-cari wajah siswi itu. Namun akibat keramaian dan juga banyaknya bangunan di sekolah itu, ia tak menemukan lagi siswi itu. Dalam hatinya ia harus bertemu dengan siswi itu lagi.

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang