Aib Berakar Nafsu

11 2 0
                                    

"ULTRA MIMIII... DUSTADUS-DUSTASUS... ULTRAMIMII... DUSTADUS-DUSTADUS!!!!" bunyi nada dering ponsel.

Bayuni yang sedang memuaskan hasratnya itu pun menjadi terganggu. 

"Anjing! Siapa sih?" decaknya. Ia lalu meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur di samping bantalnya itu. "Kala, monyet!"

Ia lalu sedikit merapikan pakaiannya itu mengingat ia hanya memakai tanktop yang seksi.
Ia menekan tombol hijau pada layarnya, "Apaan, monyet?!"

"Yun, gue mau minta tolong sama lu!" kata Kala lewat telepon itu.

Bayuni mengarahkan layar ponselnya itu hanya pada sebatas kepalanya saja, "Minta tolong apaan?"

"Gini, lu udah siap tugas analitik itu kan?"

Bayuni terlihat sibuk merapikan sesuatu di dari atas kasurnya. Posisinya juga saat ini sedang telentang.

"Apa?"

"Lu udah siap tugas analitik belum?" tanyanya lagi. Kala kesal, "Lu lagi ngapain sih, anjing? Nggak bisa tenang lu!"

"Bentar bentar! Gua lagi beberes nih. Abis nonton film soalnya."

"Wait, itu vibrator nggak sih?"

Seketika Bayuni panik dan mengerahkan layar ponselnya ke arah lain, "Ma-mana? Mana mungkin, lah!"

"Eh iya, itu vibrator, anjing! Hayoo loh... lu colmek kan?!"

"Dih, kagak lah, tolol!" bantah Bayuni.

"Ngaku lu! Itu ada alatnya, lho. Ih, jorok banget sih lo, masih sore, juga!"

"Aaaahhh... udah, skip. Lu mau tugas analitik itu, kan? Besok pagi gua kasih, dah! Udah yah jangan ganggu gua!"

"Hahaha, tolol! Mau lanjut colmek lu kan? Hahahah..."

Bayuni segera mengakhiri panggilan itu.

"Ah, taii!" umpat Bayuni kesal saat Kala mengetahui dirinya yang sedang melakukan masturbasi di kamarnya itu.

Ia menjadi tak nyaman saat ini. Ia pun memutuskan untuk mandi.

Dasar Bayuni!

***

Keesokan harinya.

Pagi ini cerah seperti biasanya, Savita melakukan rutinitas paginya siap-siap ke sekolah. Pagi ini ia terlihat segar karena tadi malam ia tidak melakukan pekerjaannya.

Setelah selesai memakai pakaian sekolahnya yang berwarna putih dengan rok mini berwarna biru itu, ia lalu menghentikan taksi tepat di depan apartemennya. Kebetulan apartemannya berada di pinggir jalan.

Sampai di sekolah, ia berjalan memasuki gerbang sekolah menuju kelasnya. Tak lupa ia scan barcode di pintu utama sekolah SMA ANTARIKSA. Apabila ia tidak scan, maka ia dinyatakan tidak hadir di sekolah.

Sepanjang perjalanan ia menuju kelasnya, ia merasa ada yang aneh dengan siswa-siswi yang ia lewati di setiap lorong-lorong kelas. Siswa-siswa itu seakan-akan menatap Savita dengan tatapan yang mencurigakan bagai Savita telah melakukan sesuatu yang salah.

Sambil menatap ponsel mereka, mereka lalu melirik Savita gantian seolah-olah Savita berada pada sesuatu di ponsel mereka. 

Akibat hal itu Savita menjadi tidak nyaman dan penasaran apa yang telah terjadi.

Sampai di kelas ia duduk. Sama seperti siswa-siswi lainnya di halaman sekolah, teman-teman satu kelasnya itu pun juga menatap Savita dengan tatapan yang aneh. Mereka seakan-akan membicarakan sesuatu tentang Savita.

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang