Membujuk Hati

10 2 0
                                    

"Ototnya!" seru Zeline.

"AAAAA! SBL SBL SBL?"

"SUKKA... BANGEETT LOCHHH!" seru Zeline.

"Omo-omo... tuh cowok idaman banget dah, Zel! Apalagi tuh rambutnya ala Korea bangeett!"

"Demi apa?"

"Demi Le Min Ho... cakep bener dia! Ahhhhhhh... pengen gua bungkus, plis!"

"Seriusan sekorea itu? Emang bole... Omai gad!" 

"Omo-omo lu mau liat dia nggak?"

"Demi apa? Pasti dong! Eh lu liat dimana tadi?"

"Omo-omo... di pintu utama tadi! Pas gua perhatiiin, tuh mukanya glowing, njir! Fiks sih, bakal jadi idaman!

"AAAAA... oppa!"

"Omo... AAAAAAA... opaaa, lokal!!"

***

Casia termenung di tangga lantai yang menghubungkan gedung lantai 2 dan 3. Ia bersama Bayuni yang tak lupa dengan kipas mininya.

Casia sedari tadi tak berkata apa-apa dan hanya diam sambil duduk. Ia begitu tidak enak hati saat temannya itu kesal kepadanya. Ia merasa bersalah karena membuat Mazmur kesal padanya.

"Cas, udah atuh! Nggak usah dipikirin banget. Palingan besok Mazmur udah baikan lagi kok," bujuk Bayuni yang mulai bosan.

Casia tak merespon. Ia tetap duduk di tangga dan dilewati oleh siswa-siswi yang lalu lalang di sana.

Bayuni yang tak tega melihat sahabatnya itu terlarut dalam penyesalannya, akhirnya bertindak. Ia duduk di sebelah Casia sambil memperbaiki rambut Casia, "Udah! Kita mikirin yang lain aja yuk!"

Casia menggeleng.

"Kamu nggak laper?" tanya Bayuni yang masih menarik-narik rambut Casia yang hitam nan mulus itu bagai mancari kutu.

Lagi-lagi Casia merespon hanya dengan menggeleng.

Bayuni kehabisan akal. Namun ia tak menyerah. Kini ia mengarahkan kipas mininya itu ke wajah Casia, "Enak nggak?"

"Enak, panas banget hari ini!" lirih Casia. Akhirnya ia menampakkan wajahnya itu setelah beberapa waktu yang lalu wajahnya itu ia sembunyikan pada pahanya.

"Yaelah, dikasih kipas dulu baru nongol tuh pala."

"Ya udah, yuk kita bahas yang lain!"

"Hm... gimana kalau kita bujuk Larsyah tentang OST itu?"

"Tuh, kan mulai lagi! Yun, dia nggak ak-"

"Cas!" sela Bayuni. "Percaya sama gua, dia pasti mau."

"Tapi..."

"Udah ayuk!" Bayuni berdiri sambil menarik tangan Casia.

Casia menurut.

Mereka berdua akhirnya menuruni anak tangga untuk sampai ke lantai bawah mencari Larsyah.

Sampai di bawah, butuh waktu yang cukup lama bagi mereka untuk menemukan lokasi Larsyah. 

Namun, akhirnya mereka  menemukan lokasi Larsyah. Seorang larsia tidak pernah beristirahat jauh-jauh dari sekitaran sekolah. Biasanya, ia selalu beristirahat di taman sekolah untuk sekedar menuangkan hobinya itu yaitu membaca novel. Semua orang di sekolah ini sudah mengetahui kegiatan manusia kutu buku yang satu itu.

"Itu dia! Kita samperin yuk!" ajak Bayuni.

"Ak-aku ragu, Yun."

"Udah, ayuk!"

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang