Persiapan OST

10 3 0
                                    

Warning!!! 18+

Keesokan harinya, rutinitas pagi Casia dimulai seperti biasa, tetapi kali ini ia butuh waktu lebih lama untuk bersiap. Akhirnya, ia sampai di sekolah, diantar oleh supir pribadinya.

Di gerbang sekolah, Bayuni menyambut Casia dengan senyuman cerahnya, lengkap dengan kipas mini yang ikonik.

"Cas!" sapa Bayuni, melambai pada Casia.

Casia mendekati Bayuni, "Sudah lama menunggu aku?"

"Tidak, baru saja sampai," jawab Bayuni.

Mereka mengikuti aturan seragam batik biru untuk hari ini, dengan sentuhan khas untuk kelas unggulan 12 IPAT, di mana mereka mengenakan almet abu-abu dan rok pendek.

Mereka berjalan menuju lorong kelas, membicarakan rencana untuk mendekati Larsyah.

"Tapi gimana kalau Larsyah nggak mau?" tanya Bayuni.

Casia berpikir sejenak, "Kita tidak tahu jika tidak mencoba, bukan?"

Mereka sampai di lorong lantai bawah, bersiap untuk menuju kelas di lantai atas.

Mereka naik ke lantai atas menuju kelas, hanya untuk dihadang oleh Gafar dan gengnya di depan pintu kelas.

Casia dan Bayuni merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka.

"Ngapain lo di sini?" tanya Bayuni, walaupun suaranya keras, namun dalam hati ia sangat mencintai Gafar.

Gafar mendekati Bayuni, memohon untuk berbicara dengan Casia. Setelah sedikit perdebatan, Casia memutuskan untuk mendengarkan permintaan maafnya.

"Far, aku memaafkan kamu," kata Casia, menyentuh bahunya. "Jangan terpuruk lagi, ya!"

Gafar memberikan buku yang mereka cari, Casia tersenyum, "Terima kasih, Far."

"Sama-sama. Aku sangat berterima kasih padamu," jawab Gafar.

Setelah Gafar pergi, Kala muncul, marah karena Gafar dan gengnya mengganggu Casia. Namun, Casia memilih untuk memaafkan mereka.

Setelah perdebatan singkat, mereka akhirnya masuk ke dalam kelas, menunggu guru datang.

***

Di kelas IPAS 1, tempat Savita belajar, suasana pagi begitu lesu dan tanpa semangat. Savita tampak tidak bersemangat, seperti biasanya. Yang lebih mengejutkan, tak seorang pun di SMA ANTARIKSA tahu identitas asli Savita yang sebenarnya - dia adalah seorang pelacur. Rahasia ini membuat Savita menjadi sosok misterius di antara teman-temannya.

Hal ini disebabkan oleh pekerjaannya di klub malam yang didominasi oleh pria-pria paruh baya, umumnya berumur 30 hingga 50 tahun. Karena itu, ia tidak pernah bertemu dengan teman-temannya di sekolah.

"Vit!" tegur Yemima, duduk di sebelahnya. Dia adalah gadis yang ceria dan dekat dengan Savita.

"Vit! Kenapa kelihatan lesu banget sih?" kata Yemima, dengan tatapan simpati.

"Hooaam... hari ini gue benar-benar lemas," kata Savita, bersandar di meja. "Nggak mood buat belajar, deh!"

"Yaelah... tiap hari juga sama, Vit," cela Yemima. "Gini nih... gue penasaran, sebenarnya lu ngapain aja tiap malam di rumah? Colmek, ya?"

Savita terkejut, "Anjing! Nggak lah!"

"Terus, kenapa tiap pagi muka lu kayak gini? Nggak pernah ceria?"

Savita berpikir sejenak, "Gue... gue bekerja sebagai kasir di toko. Kau tahu kan? Jadi wajar kalau gue lemas."

"Jadi itulah alasan mu setiap hari?"

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang