CLARITY

27 3 0
                                    

~tidak ada yang lebih baik dari rasa bahagia~

Mereka berkumpul di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumah Zela setelah usai berpesta. Gerland ingin merayakan semuanya tanpa ada kesalah pahaman lagi.

Hanya ada inti Gray lion, moonnight, Gendra, Agriel, dan Angkasa.

"Ini gratisan semua kan boss??" tanya Aldo.

"Iya. Lu ambil aja apa yang lu suka do, selagi gue traktir nih." ucap Gerland membuat mata Aldo seketika berbinar.

Aldo berlari menuju tempat memesan makanan, seluruhnya tidak habis pikir dengan otak yang Aldo miliki, hanya makan makan dan makan.

"Si Aldo hobby makan tapi ga gemuk gemuk ya?" heran Angkasa.

"Makanannya aja yang kurang gizi bang, gimana mau gemuk." ucap Aldi.

Seluruhnya tertawa mendengarnya.

Gerland tak henti henti menatap wanita yang berada di sampingnya, bahkan sampai sekarang dia masi tidak percaya jika dirinya adalah Gerland dan dengan mudah mendapatkan wanita yang ia inginkan.

"Udah Ger, ntar copot tuh biji mata lo." ucap Gendra kesal melihat sepupunya yang menatap Zela tanpa henti.

"Yee, iri nih." ledek Gerland, sedetik kemudian mendapat pukulan kecil dari Gendra.

"Eh lu tau ga Ger."

Ucapan Agriel membuat seisi meja makan menjadi penasaran. Seluruhnya menghentikan kegiatan mereka fokus mendengarkan bisikan Agriel.

"Aelah lu pada. Gue mau bicara sama Gerland, ngapa semuanya jadi kepo dah." kesal Agriel.

Meja makan itu benar benar diisi dengan penuh tawa di malam ini, susana yang sangat ingin Gerland dapatkan, melihat seluruhnya lengkap tanpa ada perdebatan.

"Kemarin waktu lo masuk RS dia khawatir banget, mana sampai nangis- mmphhhh!!" mulut bocor Agriel di tutup kuat oleh Gendra, kesal dengan adiknya sendiri yang tidak bisa menjaga imagenya di depan orang lain.

"Diem lu riel." tekan Gendra merasa malu.

"Nyiapin apa bang? Atau jangan jangan.. Lu mau bunuh gue biar sekalian mati??"

Ptukk! Satu pukulan sendok melayang tepat di atas kepalanya. "Sakit ih." ringis Gerland.

"Dasar bocah. Gue ga sejahat itu." ucap Gendra merasa tidak Terima.

"Dia diem diem intipin lu Ger, mana pake pakaian dokter lagi, biar ga ketahuan Gray lion" jelas Angkasa.

"Terus bang Andra nangis. Sampe satu suster nanya, 'dok, kenapa nangis?' gitu, gue sama bang Angkasa yang udah tau kalau lo baik baik aja jadi ketawa liat ekspresi dia." ucap Agriel makin di perjalas.

"Terus bang Andra mau ngasih apaa?" tanya Zela ikut penasaran.

"Mau ngasi ini." Agriel mengeluarkan sebuah gelang hitam yang berlambang laut.

"Laut?" tanya Gerland seperti mengingat sesuatu di masa lalunya, namun kali ini dia benar benar sulit untuk mengingatnya.

"Maaf Ger, maaf banget. Lu tau mama gue kan? Lebih tepatnya mama tiri. Dia ga izinin gue buat ketemu lu Ger, malam itu. Buat ketemu lu yang hancur, disaat lu teriak teriak di depan rumah gue. Gue mau keluar, tapi mama bilang.. Kami harus ngerayain pesta ultah Agriel dan gaboleh keluar." jelas Gendra.

"Maaf Ger. Gue juga berusaha keluar kok bahkan nolak buat di rayain, tapi mama tetap maksa dan ngunci pintunya." sambung Agriel.

Gerland tersenyum. "Gapapa, lagi pula karna seseorang, nyawa gue terselamatkan. Dan mungkin tanpa dia gue ga bakal hidup sampai sekarang." jelas Gerland.

HE IS POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang