"Gerland dan Zela, Abadi selamanya."
Gerland membuka pintu coklat itu setelah sekian lama tidak pulang ke rumah, selama ini dia selalu menginap di markas dengan alasan mengerjakan tugas.
Gerland tidak sendiri, kini ia di temani oleh Angkasa dan Zela.
Zela menoleh pada tangan Gerland yang tiba tiba saja bergetar, tremor. Zela dengan cepat menggenggamnya kuat, menenangkannya.
Zela mengangguk menyemangati saat Gerland yang ragu untuk membuka pintu coklat itu.
Gerland dengan perlahan membukanya.
Cklak! Pintu coklat itu terbuka lebar.
Menampilkan seorang yang sama, namun dengan raut wajah yang berbeda, bukan wajah yang sangar seperti biasa, kali ini dengan seorang yang bermata hangat. Mata coklat yang sangat persis dengan milik Gerland. Serta rambut hitam lebat yang juga sama sepertinya.
Mereka benar benar mirip, wataknya juga hampir sama, jika saja Gerland di didik oleh papanya bukan mamanya yang lembut, mungkin Gerland akan hidup di luar dengan bebas kali ini.
Lelaki itu dengan sigap memeluk tubuh anaknya,Gerland merasakan ke hangatan yang tidak pernah ia dapatkan lagi. air matanya kembali mengalir, bahunya basah, mungkin lelaki yang mirip dengannya ini juga tengah menangis.
"Anak papa udah gede. Maapin papa ya sayang.. Jangan benci papa. Maafin papa yang udah lepas kendali terhadap kamu dan mama." ucap lelaki itu dengan suara beratnya.
Gerland mengangguk, membalas pelukan papanya, berharap tidak ingin lepas selamanya.
"Eland tetap papa anggap anak kecil, yang dulunya selalu papa tolak keinginannya. Sekarang papa kabulin semuanya."
Perlahan lelaki itu melepaskan pelukannya. Mengambil sebuah kotak yang sangat besar berada di sampingnya.
Membuka kotak itu mengeluarkan satu persatu didalamnya.
"Ini vas bunga kesayangan mama, papa menyuruh mereka untuk memperbaikinya. Ini juga mainan motor motoran yang dulunya eland tunjuk. Ini mainan beruang gede yang selalu eland pinta, ini mainan pesawat yang papa janjikan dulu, ini ada gitar yang elan-"
"Pa.. "
"Ini juga ada mainan motor gede yang dulu eland bilang teman teman punya kan?"
"Pa.."
"Dan kamar eland juga-"
"PAPA!!" atensi papanya teralihkan karna teriakan dari Gerland. "ELAND GA BUTUH ITU SEMUA PAH! ELAND UDAH SELESAI DENGAN ITU SEMUA.. YANG SEKARANG ELAND BUTUHIN CUMA PAPA.. ELAND HARAP PAPA JANGAN PERGI KAYA MAMA..jangan tinggalin eland sendirian." ucap Gerland suaranya perlahan memelan.
Gerziano dengan cepat memeluk tubuh anaknya. "Selama kamu pergi dan selalu bilang punya tugas, papa kesepian. Jadi papa beliin semua keinginan kamu yang ga pernah papa wujudin karna mementingkan egois papa yang ingin kamu menjadi pemain basket yang hebat. maapin papa sayang.." ucap Gerziano dengan penuh penyesalan.
"Eland sayang papa.. Buktinya Eland dan teman teman udah jadi pemain basket terhebat. Papa ga pernah tau kan? Eland udah hebat sekarang pa.. Eland bisa masukin bola basket ke ring, seperti ajaran papa dulu." ucap Gerland dengan penuh semangat.
Gerziano tersenyum bangga."Hebat banget anak papa.. Papa bangga sayang.. Jagoan papa udah gede ya.. Makasi sayang.. Udah wujudin permintaan kakek kamu." ucap papa.
"Kakek?" tanya Gerland masi belum mengerti.
"Iya sayang. Papa selalu ngecewain kakek dulunya karna kakek mau papa menjadi pemain basket hebat kaya dia. Tapi papa selalu ga berhasil bahkan sampai kakek udah ga ada. Papa ngerasa gagal dan lampiasin semuanya ke kamu. Karna papa tau abang kamu Ernand, punya penyakit jantung yang di turunin dari mama, papa gamau terlalu memberatkan dia. Maafin papa sayang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS POSSESSIVE
Teen Fiction[ welcome to the world of fiction] Selamat masuk ke kehidupan Gerland Davier Reygan! Cowo posesif yang mungkin akan selalu terobsesi dengan Anzela, antara obses! Cinta! Dan sayang! Menjadi satu di lubuk hatinya! Dan bersiap untuk menghabisi lawan ya...