CEMBURU

31 3 0
                                    

"perasaan itu muncul jika di antara salah satunya ingin merasakan ke bebasan lebih"

~Dergan alta guandra~

"PAGI CANTIK! BERANGKAT BARENG YUK!!" Teriak Gerland di depan pagar rumah, bernuansa putih abu abu itu.

Seorang keluar dengan wajah cemberut, memakai sepatu dengan tergesa gesa lalu berjalan menghentak hentakan kaki menuju Gerland.

Gerland menggeleng gelengkan kepalanya. Mengambil helm, memakaikannya kepada Zela.

Zela dengan kasar merampasnya. "Gue bisa sendiri." Tekannya.

Gerland hanya tersenyum, membantu Zela untuk naik ke motornya. "Sini sayang aku bantu naik."

"Gausa, sayang sayang."

"IYA ZELA KUU, CINTAKUU, CANTIKNYA GERLAND, WANITA PERFECT!!" Sahut Gerland kesal turun dari motor dan menggendong kesal Zela ala bridal style.

Zela hanya memberontak kesal, namun Gerland tetaplah dengan keras kepalanya menaikan Zela ke motor, Zela masi tetap kukuh dengan wajah cemberutnya.

Sepanjang jalan Zela tidak berbicara sepatah kata pun, dan tidak menyahut ucapan Gerland sedikit pun.

"Kenapa sih Zel? Pagi pagi udah kesel aja."

Zela masi saja tidak menjawab.

Gerland menghela napas pasrah menatap wajah cemberut Zela dari kaca spion.

"Udah ya tuan putri, kasi alasannya dong biar gue tau."

"...."

"Gue ada salah?" tanya Gerland berusaha memastikan.

zela sama tidak menjawab sepatah kata pun.

Mereka sampai setelah beberapa menit, tanpa menggubris ucapan Gerland, Zela pergi meninggalkan Gerland yang masih berada di motor.

Gerland menatap bingung punggung Zela yang semakin lama semakin menjauh.

Seseorang tiba tiba saja menepuk bahunya."malam ini jadi kan?" Tanya Gio.

"Jadi. Eh Gi, lo tau ga kenapa cewe bisa marah tiba tiba tanpa alasan?"

Gio mengangkat bahunya."lo tanya aja sama temennya. Zela kan?"

Gerland tidak menjawab, dengan cepat berlari masuk meninggalkan Gio sendiri.

"BOCIL! FIAA!!" Teriak Gerland.

Fia yang merasa namanya di panggil berbalik arah. "Gerland manggil fia?" Tanya nya polos.

"Iya cil. Sini."

Fia menghampiri Gerland dan menyodorkan 2 permen kaki. "Gerland mau ini? Nih buat Gerland semuanya nanti fia beli lagi."

Gerland menepuk kuat dahinya, butuh kesabaran extra untuk menghadapi bocah polos ini.

"Gue manggil lu bukan buat itu."

Fia menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Fia kirain Gerland mau permen. Terus ngapain manggil fia?"

HE IS POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang