Bab Dua Puluh Delapan: Luka

49 3 3
                                    

Semua orang yang menunggu di rumah leluhur keluarga Black tidak bisa sepenuhnya merasa tenang. Para wanita sangat cemas dan takut. Hermione terus menerus melihat ke jam tangannya. Menghitung berapa lama teman-temannya meninggalkan rumah itu.

Astoria, Daphne, dan Luna duduk dengan cemas. Luna yang biasanya selalu tenang itu, bahkan tidak bisa menahan raut kecemasannya.

Fleur yang mengawasi Teddy dan Victoire bermain pun terus melirik ke pintu dapur. Kedua anak itu bahkan sesekali melihat penyihir-penyihir dewasa di sekitar mereka dengan gugup

Sedangkan Molly, Narcissa, dan Andromeda menyibukkan diri mereka dengan merajut untuk mengalihkan perhatian mereka dari mereka yang sedang melakukan misi besar itu.

Namun Molly yang akan meraih gelas untuk minum, secara tidak sengaja menjatuhkan gelas itu dan pecah berkeping-keping di lantai.

"Merlin, lindungilah mereka semua." Molly mencoba untuk bersikap tenang segera memperbaiki gelas tersebut.

Hermione melihat jam tangannya, setengah tujuh. Langit sudah gelap mengingat ini adalah musim gugur.

Insting dan hatinya serempak memperingatinya bahwa ada berita buruk yang akan dia dengar. Tetapi Hermione mendorong semuanya ke belakang dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Hanya untuk sesaat saja dia berhasil meyakinkan dirinya, karena detik berikutnya tiba-tiba sebuah raungan yang menyakitkan terdengar dari pintu depan.

Hermione yang melompat pertama dari kursinya dan berlari dengan sangat cepat untuk naik ke lantai dasar.

Itu suara Harry.

Jantungnya terpacu kuat.

Hermione tiba di aula masuk dan dia menemukan teman-temannya yang tampak kacau. Tidak, mereka tampak hancur. Tangisan dan kemarahan. Hermione bisa dengan jelas melihat semuanya.

Telinganya berdengung.

Dia mengabsen mereka dengan cepat. Yang pergi semua lengkap. Dia melihat Arthur bersama mereka, dan Pansy pingsan. Tapi ada yang kurang...

"Ginny? Di mana Ginny?" Dia mencari wanita berambut merah itu di antara mereka.

Tidak ada.

Dia menuju Harry yang menangis histeris. "HARRY! MANA GINNY?!" Hermione mencengkeram kerah jubah yang Harry gunakan. "KENAPA KAU MENANGIS?! HARRY, JAWAB AKU!"

Hermione tidak cukup sabar untuk menjaga suaranya tidak menjadi tinggi pada sahabatnya itu.

Wanita-wanita yang lain melihat dari belakang Hermione.

Hermione berbalik pada Ron yang menangis sambil memeluk Pansy yang Hermione tahu sedang tak sadarkan diri. "RONALD! JAWAB AKU?! MANA GINNY?! KENAPA PANSY BISA SAMPAI PINGSAN?! KENAPA KALIAN SEMUA MENANGIS?! JAWAB AKU!"

Hermione mengguncang tubuh Ron dengan kuat. Tapi Ron malah menggeleng kuat di bahu Pansy.

Hermione memindahkan pandangannya pada kakak-kakak Ginny yang lain. Mereka menangis dan terlihat marah.

Dia melirik Blaise, Theo, Seamus, dan Neville yang juga menangis dalam diam. Tidak di antara mereka yang melihat ke arahnya.

Arthur menangis dengan wajah linglung sambil dipeluk anak pertamanya, Bill.

Para pria ini menangis seperti itu bukanlah hal sepeleh. "BERHENTILAH MENANGIS KALIAN SEMUA DAN JAWAB AKU! KENAPA GINNY TIDAK ADA DI SINI?!"

Sebuah pelukan yang hangat mengurungnya. Hermione berbalik dan menatap wajah Draco, bahkan pria itu sampai meneteskan air mata.

When The Darkness Comes Back (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang