Di tengah keramaian jalan Diagon Alley, dua orang penyihir berjalan tergesa-gesa. Keduanya mencoba melewati keramaian itu dengan cepat dan lincah, tapi pada akhirnya mereka berakhir menabrak beberapa orang yang menghalangi jalan mereka.
Orang-orang yang kedua penyihir itu lewati tidak bisa tidak melirik keduanya. Bukan karena penampilan kedua penyihir itu aneh, namun karena siapa mereka. Walau sebenarnya bukan hal baru atau sebuah kejutan. Namun orang-orang masih tidak percaya—atau lebih tepatnya belum terbiasa dengan kebersamaan kedua penyihir itu. Jika hal ini terjadi sebelum enam tahun lalu, maka orang-orang tahu bahwa sepertinya mereka semua sudah terkena mantra atau sesuatu yang membuat pemandangan paling mustahil terjadi saat sebelum enam tahun yang lalu.
Tapi kenyataannya sekarang, Hermione Jean Granger—putri Gryffindor yang cerdas itu, sahabat Harry Potter yang terkenal, dan salah satu pahlawan perang paling berpengaruh dalam perang sihir kedua itu—wanita itu kini sedang berjalan dengan terburu-buru di tengah jalanan Diagon Alley bersama Draco Lucius Malfoy. Pangeran Slytherin yang tampan, darah murni yang terkenal kaya raya, dan seorang mantan Pelahap Maut.
Semua orang yang dulu mengenal mereka berdua di Hogwarts tentu tahu betul mengenai sejarah panjang keduanya. Kelahiran Muggle dan darah murni yang paling tidak akur, bahkan dianggap sebagai musuh abadi itu—kini hanyalah dua penyihir yang sama-sama sudah dewasa dan bukan lagi anak kecil yang tidak segan untuk melempar ejekan, hinaan, atau bahkan kutukan satu sama lain.
"Shit, Granger! Kenapa tidak beritahu aku dari tadi, semak?"
Draco Malfoy yang berjalan setengah berlari bersama dengan wanita bermarga Granger itu—dengan tajam tanpa mempedulikan pandangan orang-orang yang mereka lewati.Well. Mengenai soal mengenai saling mengejek, sepertinya itu belum sepenuhnya hilang dari mereka. Jika ada kesempatan bahkan dalam kondisi hampir mati pun, apabila mereka memiliki keinginan untuk saling mengejek—mereka akan lakukan dengan senang hati.
"Bloody hell, Malfoy! Sudah aku bilang sejak tadi. Aku tidak berpikir bahwa gadis itu adalah pelakunya," ucap Hermione yang geram karena terus disalahkan. Dia sejak tadi harus mendengar persungutan Draco Malfoy yang tidak ada hentinya itu. Dia membuang beberapa helai rambutnya yang jatuh menutupi matanya dengan kasar ke belakang.
"Tapi tetap saja, hal sekecil apa pun harusnya kau beritahukan padaku! Kau terlalu meremehkan hal-hal kecil seperti itu, bodoh!" Balas Draco yang kelihatan sudah jengah dengan penolakan atas kesalahan wanita berambut coklat madu bergelombang di sebelahnya ini. Dia sudah menjadi partner lapangan Hermione Granger sejak tiga tahun lalu, dan hal-hal begini kadang masih saja terjadi.
"Jangan kau panggil aku bodoh, sialan! Atau kau akan menjadi musang untuk kedua kalinya di sini!" Hermione mendesis dengan mengancam. Tetapi pria itu balik mendelik padanya tidak suka.
Keduanya sebenarnya sedang mencari seorang gadis yang ternyata merupakan pelaku dari pembunuhan dua gadis yang seusia gadis itu, murid Hogwarts di tahun ketujuh. Agak mengerikan sebenarnya. Tidak, itu sangat mengerikan. Karena ayolah—gadis itu paling tidak baru berumur tujuh belas tahun dan bagaimana dengan mudahnya dia bisa merapalkan kutukan kematian sebanyak dua kali dengan selang waktu hampir bersamaan? Itu benar-benar gila. Draco sendiri yang dulu pernah dipaksa untuk membunuh orang menggunakan kutukan tak termaafkan itu, benar-benar tidak habis pikir bagaimana mungkin gadis berumur tujuh belas tahun dengan begitu gampang melakukannya, bahkan sampai dua kali? Draco sama sekali tidak mengerti jalan pikir gadis itu.
"Di mana gadis psikopat itu, heh?" lirih Hermione, matanya nyalang ketika memandang ke segala arah. "Knoctrun Alley, kah?" tanya Draco sambil melirik Hermione yang sedang memicingkan matanya ke segala arah, tanpa mempedulikan apakah dia bisa jatuh karena kecepatan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Darkness Comes Back (Dramione)
Fanfic⚠️Mature Content ⚠️ Trigger Warning: Strong abusive language, Violence, Death, Abduction, Murder . Mereka yang bermusuhan sudah berteman. Semuanya kembali membaik setelah perang. Tapi sialnya, sesuatu terjadi dan tiba-tiba 'penglihatan' itu datang. ...