DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER!
SO, TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏩⏬
.
.
.
"Aku tidak suka hujan, tapi juga tidak membencinya"Beteweh, kalian manggil nama Heera apa?
Fyi; Hira atau Hir, ya, bukan Hera, atau Her.
Jika sudah tahu, itu lebih bagus.^•••••^
Aku baru saja melemparkan handphone milikku ke atas kasur. Tenang saja, aku masih sadar, tidak gila. Jadi, aku masih melemparnya ke sana, bukan ke lantai.
Semua gara-gara pesan yang Ammi kirimkan. Pesan yang kesekian kalinya kudapatkan dari Negera seberang itu. Lagi-lagi uang. Ya, apalagi yang mereka inginkan dariku kalau bukan uang? Kabar baikku? Haha ... mungkin hanya ketika Tuhan memberinya ingatan akan hal itu.
Aku bukannya tidak ingin membiayai pendidikan adikku, hanya saja aku lelah dengan pesannya yang itu-itu saja. Setidaknya berbasa-basi dengan menanyakan kabar baikku. Tapi ini ... bertanya mengenai pekerjaanku saja tidak.
Ya, inilah hidupku. Seorang gadis yang memiliki impian, namun nyatanya harus menjadi tulang punggung.
Ah! Aku mendengus kasar. Duduk di atas kasur menghadap ke arah jendela. Tak sengaja aku mendapati seseorang dari apartemen sana. Aku merasa cukup penasaran sehingga kaki ini kulangkahkan patah-patah mendekati jendela.
Aku melihatnya sekali lagi. Kali ini lebih teliti. Perasaanku mengatakan jika orang itu tengah memperhatikanku dari sana. Lalu sekali lagi kulihat dengan seksama. Dan-
Ah, sial! Handphone-ku berbunyi membuatku harus menoleh ke arah suara. Aku tidak peduli! Aku mengabaikan handphone itu, lalu kufokuskan kembali mataku ke seberang sana. Dan ... ya. Benar-benar sial! Orang itu telah menutup gorden jendelanya.
Handphone itu. Ya, aku segera melangkah meraih handphone-Nya. Dan ternyata ... cuma sebuah pesan masuk.
Pak Alwar: Besok jangan sampai terlambat. Kebetulan aku akan datang sedikit telat, jadi aku tidak ingin kau merasa bebas karena hal itu. Sudah kuberitahu pada Mireya untuk memantau semua karyawan agar tidak ada yang datang terlambat.
Aku menautkan kedua alisku begitu aku membaca pesannya.
Hanya untuk memberitahu ini? Harus lewat jalur pribadi? Kenapa tidak lewat grup saja sekalian memberitahu semua karyawan?
Ah! Kenapa aku malah tersenyum? Jangan kepedean dulu!
Grup para karyawan restoran itu akhirnya kubuka. Rupanya dia telah memberitahu bahwa besok dia akan datang sedikit telat. Tapi kenapa memberitahuku secara pribadi juga?
Mungkin saja dia lupa jika aku juga bagian dari anggota grup. Ya, jangan berpikir macam-macam.
Aku hanya memberikan balasan 'Siap, Pak'. Aku mengerti pak Alwar orangnya cukup irit berbicara. Kecuali memarahi karyawan. Kupastikan telinga kalian panas akibat ceramahnya yang cukup panjang dan tanpa titik koma itu.
^____^
"Yah, hujan! Apa yang harus aku lakukan?" gumamku, merasa kesal.
Bagaimana tidak, aku sudah siap berangkat dan berdiri di depan apartemen, tapi hujan turun cukup deras hari ini. Terlebih, aku juga sedikit telat. Aku berniat mengejar waktu, namun hujan menghalangiku. Aku benar-benar khawatir jika harus terlambat lagi, terlebih pak Alwar sudah memberiku peringatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Barcelona
RomanceLayaknya seorang pengembara yang berjalan mengelilingi dunia. Namun bukan untuk mencari kehidupan, melainkan mencari sebuah penawar untuk lukanya yang hampir lebam. Dari titik terendah hingga titik tertinggi, namun langkahnya belum juga menemukan ti...