DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Ibuku traumaku"~<°°••°°>~
Tepatnya lima belas tahun yang lalu. Ketika seorang anak masih berusia lima tahun. Anak itu adalah Deva Rogerio Fernandez. Seorang lelaki yang kini sudah berusia dua puluh tahun.
Pertengkaran selalu terjadi pada rumah tangga dari pasangan Fernandez dan Geriona yakni, orang tua Deva. Setiap hari yang terdengar oleh anak sekecil itu adalah dentingan suara perkakas yang jatuh ke lantai. Tidak jarang anak itu menangis ketika melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
"Kau selalu saja menyalahkanku. Kau tidak ingat jika kesalahan ini berawal dari keinginanmu sendiri," pekik Fernandez.
"Tapi kau yang memintaku untuk melahirkan anak ini!" balas Geriona tak kalah keras. "Jika kau mendengarkan perkataanku untuk menggugurkan kandungan saat itu, maka semua tidak akan seperti ini," lanjutnya masih dengan suara keras.
"Dia anakku! Aku tidak mungkin melakukan itu demi harta yang kau inginkan!"
"Kenyataannya sampai detik ini kau belum bisa memberiku apa pun. Kau hanya memberiku penderitaan. Dan anak itu!" Geriona menunjuk ke arah anak kecil yang sedang menangis di pojok ruangan. "Dia adalah penambah beban penderitaanku!"
"Rionaaa!" Fernandez menampar keras pipi Geriona. "Jangan sekali-kali kau menyalahkan anak yang tidak berdosa itu. Dia hadir di dunia ini karena kau yang menginginkannya. Kau menggodaku untuk melakukannya!" Begitu marah wajah Fernandez hingga memerah.
"Tapi aku menderita! Aku menderita, Fernandez!" teriak Geriona dengan mata berkaca-kaca di hadapan Fernandez.
"Kau tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa. Lalu kenapa kau ingin hidup denganku?" tanya Fernandez, mulai menurunkan suaranya.
"Karena aku mencintaimu! Aku mencintaimu!" Geriona memukul-mukul dada bidang dari Fernandez.
"Jika kau mencintaiku, seharusnya kau senang dengan anak yang Tuhan berikan dari darah daging kita sendiri. Apa yang salah dengan Deva? Dia anak kecil yang tak berdosa. Pantaskah kau menyalahkannya?"
Geriona menjauhkan dirinya dari Fernandez. "Karena kehadirannya aku semakin menderita. Cinta yang kita miliki tidak mampu membuat kita hidup bahagia. Yang selalu kau pikirkan adalah pengobatannya. Aku kehilangan cintamu karena anak itu." Geriona berkata dengan bibir yang bergetar.
"Riona, dia anakmu. Kenapa kau menganggap bahwa dia merebutku darimu? Aku milik kalian. Selamanya aku akan tetap milikmu, Riona. Aku hanya ingin hidup bahagia dengan kalian berdua," ucap Fernandez lirih.
"Tapi ... jika kau menderita denganku, kau salahkan aku, bukan Deva. Aku tidak bisa menahan jika kau ingin pergi. Aku juga ingin melihatmu bahagia, namun aku tidak bisa memberikannya. Aku minta maaf," lanjutnya.
Belum sempat Geriona berbicara, anak kecil itu menangis histeris. Keduanya lalu serempak menoleh, lalu Fernandez segera berlari ke arah Deva. Sementara Geriona tetap berdiri di tempat.
"Deva!" Fernandez segera menggendongnya. "Riona, tolong ambilkan dompetku, kita harus segera membawanya ke rumah sakit," pintanya pada Riona yang terlihat memasang muka malas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Barcelona
RomantizmLayaknya seorang pengembara yang berjalan mengelilingi dunia. Namun bukan untuk mencari kehidupan, melainkan mencari sebuah penawar untuk lukanya yang hampir lebam. Dari titik terendah hingga titik tertinggi, namun langkahnya belum juga menemukan ti...