DIHARAPKAN UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER, OKAY?!
MAKA TINGGALKAN JEJAK KALIAN⏩
.
.
.
"Dia yang memanggilku"~∞°^°∞~
Barcelona adalah kota yang dianggap sangat rapi oleh pelosok dunia. Tata letak bangunannya yang menjadi perhatian dan sorotan setiap mata. Bagaimana tidak, kota yang masih menjadi bagian dari negara Spanyol ini tampak sangat rapi bagaikan rumah yang disusun di atas kertas.
Siapa yang tidak mengenal kota ini? Mungkin hampir setengah penduduk di setiap penjuru dunia mengenalnya. Bukan hal yang aneh bagi kota Barcelona. Karena kota yang kerap disebut-sebut Catalunya ini memiliki klub besar sepak bola yang bernama; FC Barcelona.
Jika berbicara tentang sepak bola mungkin hampir satu dunia mengetahuinya. Karena sepak bola memang olahraga yang sangat populer di dunia. Dan itulah yang membuat kota Barcelona dikenal oleh penjuru dunia.
Kota ini adalah kota impianku. Meski di kota inilah aku menemukan kegagalan. Aku adalah pendatang dari negara sebrang yang bertekad untuk mendapatkan beasiswa. Namun pada akhirnya aku harus bekerja di sebuah restoran. Tapi aku sama sekali tidak menyesal, karena bisa bertahan hidup di kota impian ini adalah salah satu nikmat Tuhan yang harus aku syukuri.
"Aku duluan, Heer!"
"Iya."
Aku memberikan senyuman terbaikku padanya. Pada seorang gadis bertubuh tinggi dan berparas cantik itu. Dia adalah Mireya—teman yang kutemui beberapa bulan lalu. Tentunya dia sangat baik karena telah membantuku untuk bekerja di restoran ini.
Aku melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku segera berjalan untuk pulang menuju tempat tinggal yang jaraknya tidak begitu jauh dari sini. Sekitar 15 menit jika aku menempuhnya dengan berjalan kaki.
"Hey!" Seseorang memanggilku. Aku menoleh mencari titik suara. Pandangan mata aku edarkan, namun tidak ada satu pun orang yang menatap ke arahku.
"Hey!" Sekali lagi suara itu terdengar di telingaku. Namun kali ini terdengar lebih mengejutkan karena seorang lelaki telah berdiri di hadapanku.
"Oh, ya Tuhan!" Aku benar-benar terkejut mendapati lelaki itu berdiri secara tiba-tiba. Aku mengatur napas, menatapnya penuh tanda tanya.
Ya, aku tidak tahu siapa dia.
"Sorry!" ucapnya, masih berdiri di tempat yang sama.
"It's ok."
"Kau mengingatku?" Dia bertanya dengan kedua mata yang menatapku. Aku memperhatikannya dengan seksama dan mencoba untuk mengingat.
"Kau ... kau yang saat itu menolongku di stasiun kereta?" Aku menebak, mengatakan apa yang ada dalam ingatanku.
"Ya, kau benar." Dia memberi anggukkan.
"Hm ... senang bertemu denganmu lagi," ujarku, memberikan senyuman tipis.
Saat itu dia memang menolongku, namun kami belum sempat mengobrol karena aku yang terburu-buru, juga ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Barcelona
RomansaLayaknya seorang pengembara yang berjalan mengelilingi dunia. Namun bukan untuk mencari kehidupan, melainkan mencari sebuah penawar untuk lukanya yang hampir lebam. Dari titik terendah hingga titik tertinggi, namun langkahnya belum juga menemukan ti...