R.U.M.A.H #7

20 3 0
                                    

💔🏚️

Dari kejauhan kavi celingak celinguk melihat gadis yang menurutnya tidak asing.
"Kaya kenal tapi siapa ya, eh jo misi dong pala mu jangan ngalangin." Ucap kavi pada jovi
"Astaga itu cala, ternyata sering juga dia kesini. Eh bro, bentar ya. kedepan dulu."

Kavi menghampiri cala, keyra dan denise. Hanya sekedar ingin menyapa. Yah bisa dibilang interaksi karna pernah ketemu di kelas. Pikir kavi.
"Ehem, halo cal." Panggil kavi
"Ehh pak kavi, ya ampun bapak dosen tampan ngapain disini." Tanya denise antusias.
Dan spontan keyra dan cala langsung membungkam mulut danise.
"Eh sorry pak temen saya lagi kurang penuh otaknya hehe." Jawab keyra terkekeh
"Eh gapapa, btw jangan panggil pak. Panggil aja kavi. Aku masih muda bahkan cuma beda setahun sama kalian, dan lagi pula ini diluar kampus." Jawab kavi
Mereka berdua mengangguk, disisi lain cala hanya terdiam. ia bingung harus bicara apa.

"Kayanya kamu suka ya cal, ke cafe ini. Semalem udah kesini trus sekarang datang lagi. Tempat ini emang paling nyaman sih, ditambah udaranya yang sejuk." Oceh kavi membuka pembicaraan.
"Hmm i-iyaa bener kav."
"Oh kamu tau kav cala semalem kesini ? Kok bisa sih ?" Tanya keyra kepo
"Iyaa ga sengaja sih liat dia nangis persis ditempat yang kalian duduk ini."

Cala langsung memukul lengan kavi, karna kesal. Menurutnya hal itu ga perlu di ceritain.
"Heh bisa diem gak sih ?! Mending pergi. Ganggu orang aja lagi quality time. Noh..temen mu nyariin, dari tadi liat sini mulu." Ucap cala kesal
"Dih cenayang ya ? Kok tau itu sahabatku. Yaudah deh sekalian ku kenalin ke kalian. itu yang baju hitam jovi, dan yang baju putih kael. Mungkin lain kali kita bisa hangout bareng." Goda kavi membuat cala semakin risih dan kesal.
"Eh siapa yang suruh presentasiin sahabat kamu disini kav ?! Udah ah sana." Usir cala
"iyaiya, yaudah kalo gitu aku permisi dulu ya. Bye cala, keyra dan danise. Have fun."
Kedua sahabat cala pun dibuat bingung melihat interaksi cala dan kavi yang terbilang cukup dekat padahal baru kenal.

"Weh. Ternyata ga cuma kavi bjir yang ganteng. Sahabatnya juga ! Lucu gak sih kalo kita bertiga punya pacar yang ternyata pacar kita tuh juga sahabatan. Wah keren sih." Ucap keyra
"Halu mulu, kamu sarapan apasih key tadi pagi ?."
"Yee gapapa kali cal. manifesting kalo kata netizen mah." Jawab denise membela keyra

4 jam sudah mereka berbincang, berswafoto dan ngemil bersama. Lalu akhirnya memutuskan untuk pulang, karna hari semakin malam.

"Huftt sendiri lagi." Keluh cala di kamarnya
"Eh btw kok bisa ya ketemu kavi karna kelahi perkara kucing, trus ketemu di tempat yang sama, trus yang paling gong nya sih karna dia asisten dosen dikelas. Kayanya anak nya cukup baik sih, ya walaupun first time ketemu dia orang paling jahat se perhewanan." Batin cala terkekeh
"Dih apaan sih kok malah bahas si cowo aneh." Batin cala sambil bergidik

Cala melepaskan semua beban ditubuhnya pada kasur. Menatap langit langit kamar dan sesekali berbicara sendiri sampai akhirnya tertidur.
.
.
Terdengar suara perkelahian antara orangtua cala, namun ada yang berbeda kali ini. Karna sepertinya tidak hanya perkelahian antar dua orang. Cala yang sudah siap pergi ke kampus pun penasaran dan turun ke ruang tamu.
"Pergi kamu wanita murahan!." Teriak ratna histeris dan mencoba menarik rambut dan ingin menamparnya
"Ratna! Jangan kurang ajar ya kamu. Jangan sentuh dia!." Bentak bara dan menampar ratna
"Apa-apain sih pah! Sekali lagi papah pukul mamah, aku bakal lapor ke kantor polisi ! Ini cewe siapa lagi ?! L*nte dari mana lagi ? Baru ya mbak ?" Ucap cala dengan penuh emosi
Cala yang tidak terima dengan perlakuan papa nya, mencoba untuk mendekat ke perempuan itu dan berhasil menamparnya beberapa kali.
"Berhenti cala! Kamu anak gatau diri ya! Dimana sopan santun kamu sama orangtua ?!" Bentak bara dan ingin melayangkan pukulan ke arah pipi cala namun tiba-tiba tertahan
"Kenapa pah ? Kenapa ditahan?! TAMPAR AJA PAH!! Cala sudah gaada artinya kan di mata papah ! AYO TAMPAR AJA!." Teriak cala Isakan tangis bersahutan diruang tamu rumah. Cala dan ratna berpelukan untuk saling menenangkan. Sedangkan bara pergi dengan membawa wanita simpanannya. Sorot mata bara seakan sudah tidak menganggap cala sebagai anak. Bahkan ia dengan mudahnya menghancurkan perasaan, dan mental berkali-kali.

"Mah ? Kenapa sih ngga cerai aja mah ?! Mamah ga cape ? Cala gabisa terus-terusan liat mamah diperlakukan kaya sampah sama orang itu mah!!." Ucap cala tegas
"Cala.. maafin mamah karna permasalahan yang terus ada di rumah buat kamu jadi hancur. Untuk saat ini mamah belum bisa, karna mamah tau papah kamu bakal bisa lakuin apa aja dan mamah takut kamu kenapa-kenapa cal. Karna masa depan kamu masih panjang, kamu masih harus selesaikan kuliah. Sedangkan mamah ga punya apa-apa cala.." jawab ratna dengan isakan tangis dan masuk ke dalam kamar

Pikiran cala sangat kalut. ia pergi dari rumah, namun tujuannya berubah. Bukan kampus, karna rasanya percuma masuk kuliah ditengah kekalutan yang ada.
Cala memarkirkan mobilnya ketika melihat danau dipinggir jalan. ia ingin mencoba menenangkan hati dan pikirannya dengan menghirup udara segar didanau itu.
Cala duduk termenung, ia merasa tidak memiliki harapan. Karna semuanya sudah hancur. Air mata tidak berhenti mengalir, membayangkan "Bagaimana melanjutkan hidup ? Kapan bahagianya datang ? Sepertinya tidak akan pernah datang." Batin cala lirih
"Tuhan.. aku ikhlas apapun yang terjadi. Tapi bisa ga sedikit aja kasih bahagianya, aku udah sangat sakit, hiks...." Ucap cala menangis
.
.
Dikelas keyra dan denise menunggu kedatangan cala. Mereka mencoba beberapa kali untuk menghubungi cala namun nihil. Tidak ada balasan satupun dari cala.
"Eh cala kemana ya, ga biasanya dia telat gini nis." Ucap keyra
"Bener key, duh kok khawatir ya. Mana 5 menit lagi matkul dimulai. Dia masih ga bisa dihubungin" Jawab Denise risau
"Yaudah kalau semisal sampai pulang kuliah dia masih gabisa dihubungin, kita coba cari aja nis."
Denise mengangguk setuju dengan ucapan keyra

Tiba-tiba hujan lebat mengguyur kota pagi ini. Cala yang masih setia dengan posisinya pun tidak beranjak dan berteduh. Ia semakin menangis sejadi-jadinya. Menurutnya, hujan cukup mengerti perasaannya. Dengan hujan, air mata cala tidak terlihat oleh siapapun. Bayang-bayang permasalahan dirumah semakin membuat ia hancur. Dadanya sesak, hingg rasa putus asa sempat terlintas. Cala masih melamun merasakan semua kehancuran, dan sakit yang selama ini ia rasakan.
Dipinggir jalan terlihat mobil putih berhenti, pemilik mobil itu menatap ke arah danau.

"Cala!!." Teriak lelaki itu
"Cal kamu ngapain disini?! Ini hujan lebat loh cal."
"Kavi.." ucap cala lirih dan lesu hingga akhirnya tidak sadarkan diri.
Ya, lelaki itu kavi. Tidak sengaja melihat cala duduk merenung dibawah lebatnya hujan. Kavi segera menggendong cala masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Kavi panik dengan kondisi cala. Rasa panik dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan cala mulai menghantui pikirannya.
"Dok, saya mohon tolong cepat tanganin teman saya." Ucap kavi yang mulai meneteskan air mata
ia tidak tau apa yang membuatnya menangis, namun ketika melihat cala, ia merasakan bahwa cala sedang tidak baik-baik saja.
"Pasti ada masalah besar sampai cala begini." Batin kavi
"Cala masih tertidur, dengan selang infus yang melekat di punggung tangannya." Tak berselang lama, jari cala bergerak.
"Papah.." ucap cala lirih
Kavi yang tertidur disebelah brankar cala pun terbangun.
"Cal, cala bangun."
"Papah.." ucap cala kembali dengan nada yang sangat lemah
"Cal heii, bangun habis itu aku bakal bantu telfon papah kamu, kangen ya sama papah kamu ?"
Cala mulai membuka matanya perlahan, dan sedikit terkejut melihat kavi yang duduk disebelah berankar.
"Alhamdulillah, gimana keadaanmu cal ? Ada yang sakit ? Sini aku bantu telfon ke papah kamu."
"Hah engga kav gausah." Tolak cala
"Loh kamu dari tadi ga sadar, tapi nyebut papah terus cal. Kamu kangen ya ? Mau ngabarin ortu kamu ?"
"Ga mungkin, aku cuma ngigau aja tadi."
"Cal, gapapa sini aku bantu. Orangtua kamu juga pasti cemas."
"APAAN SIH KAV?! Kalo aku bilang engga ya engga. Gausah maksa. Lagi pula orangtuaku gaakan cemas sedikitpun sama keadaanku kav." Ucap cala tegas

Susana menjadi hening, saat cala mulai meninggikan suaranya. Namun, air mata cala turun membasahi pipi. Entah apa yang dia rasakan. Sebenarnya ia sangat rindu dengan rumah. Bahkan alam bawah sadar cala sangat merindukan sosok "papah". Lelaki yang dulu selalu mengukir senyuman indah untuk dirinya, saat ini jauh berbeda. ia rindu sosok itu, namun sepertinya tidak akan terulang. Kavi yang melihat cala menangis segera mengambil tissue. ia membiarkan cala menenangkan perasaannya dengan tidak diajak bicara.
"Kav maaf ya aku kebawa emosi. Aku harusnya berterima kasih ke kamu karna mungkin kalau gaada kamu, aku gaakan bisa buka mata lagi kaya sekarang." Ucap cala lirih
"Cal, aku juga ga marah kok. Aku coba untuk ngerti. Aku gatau masalah apa yang sedang kamu pikirkan. Tapi satu hal, jangan pernah menyakiti diri sendiri dengan cara apapun demi lari dari permasalahan. Seberat apapun masalah kamu, tetaplah kuat. Karna tuhan pasti sudah menyiapkan hadiah terindah didepan sana. Btw jangan ngira aku peramal ya hehe, aku tau karna tadi dokter bilang kondisi kamu lagi ga baik baik aja, kamu lagi banyak pikiran, dan stress." Ucap kavi sambil terkekeh

Stay tuned readers !! 🤍

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang