R.U.M.A.H #11

20 4 0
                                    

✨✨✨

Seminggu sudah cala sering berkomunikasi dan bertemu dengan kavi. Bahkan semakin dekat, sepertinya timbul rasa di antara mereka berdua. Kavi yang semakin tertarik pada cala, hingga cala juga mulai luluh atas semua act of service yang diberikan kavi untuknya. Kavi memang laki-laki dambaan semua wanita. Ngga cuma ketampanannya, tapi perilaku dan sifat nya juga dapat meluluhkan wanita yang ada di dekatnya.

Cala juga merasa hidupnya akhir-akhir ini lebih berwarna karna adanya kavi. Lelaki itu cukup dewasa dalam menghadapi segala hal. Selama ini, cala tidak pernah mendapatkan sosok itu. Tapi sekarang ia menemukannya pada diri kavi. Ia merasa memiliki 'rumah' untuk pulang disaat penat dengan dunia luar. Kavi selalu ada untuk menghibur bahkan tiba-tiba sudah ada didepan rumah untuk menjemputnya pergi jalan-jalan. Sekedar keliling kota dimalam hari, namun itu adalah hal yang paling menyenangkan bagi cala.

"Indah banget kav. City light kota ini emang ga pernah salah ya." Celetuk cala
"Iya, tapi bagiku ada yang lebih indah dari ini semua cal."
"Apa ?" Tanya cala bingung
"Kamu. Malam ini bakal biasa aja kalo aku ngga bareng kamu. Oiya harus kamu tau, selama kita deket. Banyak hal yang berubah dari diriku cal. Bukan negatif tapi positif. Dari kamu aku belajar makna hidup, selalu fight dalam keadaan apapun, dan yang paling penting belajar bersyukur. Kita baru kenal beberapa minggu, tapi rasanya aku ngga bisa kalo harus kehilangan kamu." Ucap kavi sungguh-sungguh
Cala hanya diam mendengar kalimat kavi, rasanya malam ini semakin dingin ketika mendengar kavi mengucapkan itu. Jantungnya semakin berdegup kencang. Ada kebahagiaan tersendiri yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasanya denial, tapi ini nyata.
"Cal ?" Panggil kavi
"Eh iyaiya, sorry kav. Umm iyaa aku juga banyak belajar dari kamu. Hehehe aku ga kemana mana btw. Jadi gausah takut" jawab cala gugup
"Hahaha gugup nyaa keliatan banget sih."

Malam ini sangat menyenangkan, tidak ingin cepat kembali ke rumah rasanya. namun mereka harus pulang karna besok harus kembali ke rutinitas kuliah pagi.
"Cal, besok aku jemput ya. Sekalian aku mau bawa kamu ke suatu tempat kelar kuliah besok." Ucap kavi
"Bbolehh kav, tapi mau kemana ?."
"Ada deh, special pokoknya. Tenang aja gaakan ku culik kok." Kavi terkekeh
"Si paling surprise." Ucap Cala tersenyum dan masuk kerumah.

***
Siang ini mata kuliah cukup melelahkan, hingga membuat denise keyra dan cala menggerutu.
"Ish pak roby lama banget ngajar kek siput." Celetuk nise kesal
"Iya ih ga kaya pak kavi." Saut keyra
"Iyalagi bener, sampe bosen banget. Eh yaudahlah mending ke kantin dulu minum es."
Ketiga sahabat itu pun pergi ke kantin untuk menenangkan pikiran.
"Hufttt seger bener nii es teh." Ucap denise
"Cal gimana kavi." Tanya keyra tiba-tiba
"Hah gimana apanya, ya ga gimana gimana"
"Ish maksudnya makin deket atau gimane tu si kavi ke elu."
Cala mendenguh dan memutar bola matanya. Pertanyaan dari kedua sahabatnya itu membuatnya bosan. Tapii alasan lainnya karna ia sedikit malu untuk menjelaskan kalau memang hubungannya dengan kavi semakin dekat. Karna cala gengsi mengatakan itu.
"Yaelah gausah gengsi kalee. Deket mah deket aja bilang." Celetuk denise
"Yeee cenayang kelen ? Hmm iyasi, semalem habis jalan juga."
"What!! Wedewww seneng nih aku begini nih. Akhirnya cala menemukan bahagianya" ucap denise menatap langit dan menengadahkan tangan
"Apaan si lebay tau ga. Lagian bukan cuma semalem. Udah sering." Ucap cala datar
"Wessss gile katakuu sii, ga jadian rugiiii dongg" jawab keyra tertawa bersama denise
Cala dibuat salah tingkah, ia hanya mengaduk-aduk pipet yang ia pegang pada minumannya. Kedua sahabatnya memang paling jago membuatnya mati kutu. Apalagi perihal percintaan begini.
"Udah jangan cemberut gitu ah, ntar cantiknya ilang niscala alisha." Goda denise
"Bisa stop ga kalian berdua."
"Iyaiyaa maap cal." Jawab keyra terkekeh

Dari kejauhan terlihat kavi dan teman-temannya berjalan mengarah ke kantin. Ia tak sengaja bertatapan dengan cala yang sedang meminum es nya.
"Hei cal. Nanti jadi yaa sekitar jam 2an deh. Soalnya masih sibuk."
"Aah iyaiya kav aman."
Denise dan keyra bertatapan, seolah sedang berbicara menggunakan telepati. Mereka berdua menahan senyum jail nya.
"Ehem.. baru juga di bahas udah mau ketemuan aja nih. Bentar lagi jam 2 key. Kayanya kita harus cepet cepet balik nih" Ucap denise tengil
"Iya yok nis, takut ganggu ga siii." Timpal keyra dengan senyuman jailnya
"Ih kalian gaasik, lagian masi lama jam 2. Sengaja banget ninggalin. Tau ah ngambek"
Kedua sahabatnya pun tertawa melihat cala mencibikkan mulutnya.
"Mau kemana sih cantik jam 2" tanya denise kepo
"Gatau sih, dia bilang surprise."
"Ahh seru banget sih di surprise in sama asisten dosen tertampan."
"Sumpah ya kalian bisa diem ga sih. Ntar orang-orang pada denger. Ah cabut deh males disini banyak manusia ember." Ucap cala lalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Mereka pun berlari mengejar cala yang sedang ngambek. Namun, tidak butuh waktu lama kedua sahabatnya itu membuatnya kesal. Bahkan Dalam hitungan detik saja mereka sudah bisa tertawa terbahak-bahak bertiga. Yah namanya juga sahabat.

Dert!
Dert!
Dert!

Telfon cala berdering, menandakan telfon masuk.
"Halo cal ? Aku tunggu di parkiran ya."
"Oh okeoke kav bentar." Jawab cala sembarj menutup telfon
"Gais aku pergi dulu ya, awas aja ada yang ember." Ancam cala pada dua sahabatnya
"Yaelah iyaiya aman, yauda pergi deh have fun cal."
"Yoihhh sist"

***
"Silahkan masuk niscala alisha."
"Ih kavi aku bisa buka pintu mobil sendiri."
"Ya gapapa cal aku pengen bukain doang."
"Tapi ntar diliat mahasiswa lainnya, malu tau."
"Yaelah bodo amat aku mah. Yauda ayo masuk."
Sudah setengah perjalanan hanya suara angin yang terdengar, hening. Tidak ada pembicaraan apapun.
"Kav."
"Cal."
Ucap mereka bersamaan
"Eh kamu duluan aja kav."
"Engga kamu aja dulu cal, kenapa?"
"Hm aku cuma kepo aja sebenernya kita mau kemana."
"Pokoknya ke tempat yang indah deh sejuk jauh dari polusi. Kita pernah kok ketemu disana."
"Oh astaga jangan bilang cafe bukit itu ?"
"Hahaha yah ketebak deh, iya kesana. Pengen ngademin hati dan pikiran."
"Oke deh, aku juga suka tempat itu. Oiya kamu tadi mau bilang apa ?"
"Emm mau nanya sih, kkamu udah punya pacar atau calon suami gitu ?" Tanya kavi gugup
Cala diam lalu tertawa, membuat kavi kebingungan. Karna tidak ada jawaban hanya tawa saja.
"Kok ketawa cal ? Lucu ya pertanyaanku?"
"Iya. Lucu banget malah. Kav, aku ga punya pacar apalagi calon suami. Ah kejauhan calon suami." Jawab cala sambil tertawa
"Yah siapa tau cal, alhamdulillah deh kalo belum ada." Celetuk kavi

Susana semakin canggung hingga akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Dan ya, udara sejuk ditempat ini ga ada tandingannya. Selalu menenangkan, tidak terlalu berisik disini. Mereka berdua duduk dipinggir puncak sambil melihat keindahan hutan, jalanan dan bukit dari atas cafe.
"Tenang ya cal." Ucap Kavi membuka obrolan
"Iya kav bener, bahkan kalau sudah disini. Rasanya tuh gamau balik kerumah."
"Kamu sering ya kesini sendiri ? Kenapa harus sendiri ?"
"Aku suka sendiri, apalagi kalau dirumah lagi ga baik-baik aja. Tujuanku kalo ngga ke mbok darmi ya kesini. Kadang gamau ngerepotin denise dan keyra." Jawab cala sambil memandang langit yang cerah
"Hmm perihal papa mu, berarti sudah ngga satu rumah ya ?" Tanya kavi hati-hati
"Masih kadang-kadang kalau beliau ada mood pulang." cala terkekeh
"Kenapa diam kav ? Terdengar aneh ya. Tapi emang gitu, sebenarnya aku lebih memilih mereka divorce sekalian. Dari pada harus ngejalanin hidup rumah tangga dengan penghianatan dan kepura-puraan. Tapi ya.. mama gabisa berbuat apa-apa karna kuliahku juga masih ditanggung papa." Cala tersenyum miris
Kavi yang sedari tadi mendengarkan sedikit mulai berkaca-kaca. ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya menjadi cala. Anak satu-satunya tinggal dirumah yang selalu ramai dengan perselisihan kedua orangtua.
"Heii kav kamu kok berkaca-kaca sih ? Jangan bilang mau nangis ?"
"Ahh engga cal, kelilipan aja ini."
"Hufttt gausah bohong kav. Aku tau kok, rata-rata semua orang yang tau ceritaku juga responnya sama kaya kamu. Emang sesedih itu sih kav" Cala tersenyum sambil menepuk pundak kavi
"Cal, sorry aku jadi kebawa suasana. Aku cuma ga nyangka aja cewe se ceria kamu ternyata memendam masalah yang begitu besar."
"Hehe iya kav. Pokoknya kamu harus bersyukur ya karna keluargamu baik-baik aja. Karna banyak diluar sana termasuk aku yang menginginkan kehangatan rumah. Udah deh jangan sedih-sedih."
"Iya cal, makasih sudah ingetin. Kamu hebat bisa sekuat dan berusaha setenang ini."
"Hmm... aku ngga setenang yang kamu pikirkan kav, aku cuma belajar mengendalikan perasaanku. Dan sebenernya aku juga ngga sekuat itu, aku cuma berusaha menerima apa yang sudah menjadi takdirku. Just it."

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang