Bagian 3

126 1 0
                                    

Mayang bisa melihat mama mertuanya menunggu di depan teras rumah. Ia bisa melihat ekspresi ibu mertuanya yang terlihat cukup bingung menemukan dirinya turun dari sebuah taksi. Mayang cukup tahu mengapa mertua nya itu terlihat bingung dan cemas menatapnya. Secara dia datang tidak bersama sang Anak yang tak lain adalah suamiku. Pastinya Mama mertuanya yang begitu baik Itu sangat mengkhawatirkannya.

"Selamat Malam, Maaa"

Ucap Mayang menyalami tangan ibu mertua, ia berusaha menampilkan wajah seceria mungkin. Namun seperti biasanya, mama mertua nya itu akan langsung memelukknya erat ketika mereka bertemu.

Mayang yang mendapatkan pelukan hangat dari mamanya pun langsung membalas pelukan tak kalah eratnya. Ia benar-benar merasakan pelukan seorang ibu, yang selama ini tak pernah ia rasakan.

"Ayo masuk dulu Sayang" Ucap Mama menarik diriku masuk ke dalam rumah. Mama terlihat terdiam dan mencoba menahan amarahnya, sebelum menuntun kami untuk duduk di sofa. Ia terlihat menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.

"Kenapa kamu hanya datang sendiri. Dimana suami kamu mayang?" Ucap mama bertanya padaku. Meski nadanya suaranya terdengar kesal, Namun mama menatapku begitu lembut hingga aku bisa merasakan besarnya rasa kasih sayangnya.

"Mas Bima sepertinya ada kerjaan dadakan Ma. Jadi Mayang memutuskan untuk datang lebih dahulu, mayang belum tahu Mas Bima apakah bisa bergabung dengan kita atau tidak" Ucapku mencoba menahan rasa bersalah. Aku terpaksa mengatakan semua kebohongan ini, karena aku tak ingin mama tahu permasalahan kami, aku tak ingin fikiran nya terbebani dengan kami. Mama hanya harus mengetahui bahwa aku baik-baik saja bersama anaknya.

"Memang anak itu bikin mama sangat kesal. Bisa-bisa nya ia membiarkan kamu keluar sendiri seperti ini"

"Ya sudah kalo gitu, mama hanya khawatir lihat kamu datang sendiri, sekarang mending kita makan saja. Biarkan saja anak yang satu itu, tak usahlah kita tunggu-tunggu" Ucap Mama terlihat tak memperpanjang pembahasan kami tetang Mas Bima. Dan aku cukup lega dengan semuanya.

Sejujurnya, Mayang tahu mama masih terlihat ragu dengan apa yang ia katakan. Namun mama mungkin tak ingin terlalu menakannga hingga memutuskan tak menanyakan kelanjutan alasan itu. Mayang sangat bersyuku, meski Mas Bima memperlakukan dirinya semaunya. Namu Mayang masih memiliki mama mertua yang sangat menyayanginya. Beliau benar-benar menerima ku apa adanya ini. Aku tahu ia telah menganggap dirinya sebagai putrinya. Terbukti beliau sampai harus menikahkan kami, agar aku bisa menjadi putrinya, mama selalu mengatakan sangat menyayangiku setiap kali kami bertemu kembali.

"Maafkan Mayang Ma, maaf mayang telah membohongi mama, Mayang hanya tak ingin mama terluka" Batin mayang merasa sangat bersalah.


Mayang pun mengikuti langkah mamanya ke arah ruang makan. Ia bisa melihat begitu banyak makanan terhidang di atas meja. Mayang benar-benar merasa sangat diistimewakan. Apalagi Mamanya ini mengingat apa makanan kesukaannya. Terlihat dari makanan yang terhidang sebagia besar adalah makanan kesukaannya dan Mas Bima.

"Ayo Sayang, kita mulai makan. Makan yang banyak ya" Ucap mama mengambilkan beberapa lauk untukku. Aku hanya bisa membalas perlakuan mama dengan senyum haru.

Akhirnya kami menikmati makan malam dengan berbagi banyak cerita. Rasa sedih yang tadi ia rasakan setidaknya terasa terobati. Apalagi mendengar mama menceritakan berbagai cerita lucu, Mayang benar-benar tak henti-hentinya tertawa bahagia.

****

Bima menatap penuh kasih wanita di depannya. Ia begitu kasihan melihat kondisi Anggi yang terlihat masih begitu pucat. Ia merasa sangat bersalah pada wanita ini.

"Semenjak kamu menikah, aku tak pernah merasa baik-baik saja Mas"

"Rasanya begitu menyakitkan. Meski aku sudah mencoba untuk melupakan kamu, tapi ternyata aku benar-benar tidak bisa"

Bima yang mendengar perkataan Anggi dilanda rasa bersalah. Ia benar-benar telah menyakiti, dan hatinya pun ikut merasa tersakiti. Ia benar-benar tak bisa melihat wanita yang masih ia cintai menderita seperti ini.

"Maaf kan aku Nggi, Maaf telah menyakiti kamu" Ucap Bima menggenggam sebelah tangan Anggi yang tak terpasang jarum infus.

Bima merasa dalam dilema. Setelah ia melihat keadaan Anggi seperti ini, ia tak akan mungkin tega meninggalkan wanita ini seperti saat ia memutuskan hubungan mereka sebelum hari pernikahannya.

"Aku akan menemani mu, Sekarang kamu istirahat. Kamu jangan terlalu banyak berfikir. Aku akan disampingmu terus" Ucap Bima.

Anggi yang mendengar perkataan Bima hanya bisa menganggukkan dan mengikuti perintah laki-laki ini. Karena tubuhnya pun masih terasa begitu lemas.

Namun sebelum ia memejamkan mata. Ia harus memberi pelajaran kepada wanita itu. Ia tak ingin hanya dirinya lah yang tersakiti. Dia pun harus merasakannya.

****

Setelah memberikan pengertian yang panjang ke pada Anggi. Bima akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Rasanya badannya terasa sangat tak nyaman. Apalagi tadi malam ia tidur hanya di sofa rumah sakit. Badannya benar-benar terasa pegal di seluruh bagian.

Bima melangkahkan kaki nya ke depan rumahnya. Ia tertegun menatap pintu rumahnya yang masih tertutup. Apalagi lampu-lampu di bagian depan rumahnya yang terlihat masih menyala. Tidak biasanya Mayang membiarkannya seperti ini.

Bima akhirnya kembali ke mobilnya untuk mengambil kunci pintu rumah setelah ia tahu pintu rumah pun masih terkunci. Ia merasa bingung tumben sekali Mayang seperti ini. Apalagi semenjak semalam setelah ia pergi, mereka tidak berkomunikasi apapun, saking paniknya ia mendengar berita tentang Anggi. Ia sampai tak terfikirkan untuk menghubungi Mayang sama sekali.

Abimana melangkah memasuki kamarnya. Ia benar-benar tak menduga tak menemukan Mayang di sudut manapun.

"Tak mungkin rasanya Mayang sudah berangkat bekerja, apalagi ini masih menunjukka pukul 5 pagi" Batin Abimana bingung.

Bima akhirnya mencoba menghubungi Mayang. Namun hingga panggilan ke lima, panggilanya benar-benar tak diangkat oleh wanita itu.

"Apa jangan-jangan Mayang pergi ke rumah mama" Fikir Bima tak yakin. Namun hanya itulah sati-satunya tempat Mayang pergi selain tempat bekerja.

Abimana langsung memasuki kamar mandi. Ia harus mencari Mayang ke rumah orang tuanya. Jika benar wanita itu ke sana, maka tamatlah riwayatnya, Mamanya pasti akan sangat marah padanya.

Pesan yang masuk ke ponselnya menbuat Bima tertegun. Ternyata apa yang di takutkan akhirnya terjadi.

"Mayanggg..." Ucap Bima dengan rasa tak menentu.

.

Jangan Lupa Like dan Comment ya. Thankss

Belahan JiwaWhere stories live. Discover now