Bagian 6

108 1 0
                                    

Bima yang mendengar racauan Mayang ikut merasakan kesakitan itu. Bagaimana pun dia adalah ayah dari janin yang telah pergi. Bima memeluk Mayang lebih erat lagi.

****

Bima menatap Mayang yang terlihat terdiam. Setelah sebulan sejak istrinya itu mengalami keguguran, Mayang masih tetap dalam mode diam. Mereka hanya berbicara tentang seperlunya saja. Setelah itu mayang hanya terdiam dan melamun memandang halaman rumah mereka. Bima hanya bisa menghela nafas. Ia merasa bingung apa yang harus di lakukan lagi. Mayang terasa begitu berubah.

"Mayang" Ucap Bima memanggil istrinya itu.

Mayang yang mendengar panggilan Bima hanya menatap dalam suaminya. Mayang besar-benar tak mengeluarkan suara apapun.

"May, kamu harus bangkit. Kamu tidak bisa terus seperti ini" Ucap Bima yang sangat bingung bagaimana lagi untuk membuat istrinya ini menerima semua yang telah terjadi. Bima kasihan sekali dengan Mayang. Namun bukan kah hidup terus berjalan. Apalagi ia tahu seceria apa mayang sebelum mereka mengalami semua ini.

"Mas" Ucap Mayang menatap Bima. Ia menghela nafas mendengar perkataan suaminya.

"Jika kamu mau melupakan dia, itu terserah kamu. Tapi aku masih belum bisa melupakannya. Bagaimana bisa aku melupakannya jika aku tak pernah tahu dia ada, sedangkan dia sudah pergi sebelum aku bisa membisikkan bagaimana aku begitu mencintai dan menginginkannya"

"Mas tidak perlu menghiraukan ku. Silahkan lanjutkan hidup mu, mas tidak perlu memikirkan aku. Aku janji sikapku tak akan mengganggumu " Ucap Mayang beranjak dari tempat itu. Ia sedang tak ingin bertatapan dengan Bima. Laki-laki itu tak pernah tahu bagaimana sakitnya kehilangan anak yang begitu diinginkan. Atau mungkin memang suaminya itu tak pernah menginginkannya karena dia yang mengandung dari janin itu, wanita yang tak pernah laki-laki itu cintai.

Bima yang mendengar perkataan mayang dibuat tertegun. Ia benar-benar tak menduga mayang akan seemosi itu padanya. Ia hanya tak tega melihat Mayang terperangkap dalam kesedihan. Ia hanya ingin Mayang kembali menjadi dirinya sendiri.

****

"Rika yang melihat kedatangan mayang langsung menyongsong temannya itu. Setelah sebulan cuti kerja. Akhirnya mayang memutuskan untuk kembali bekerja. Ia merasa tidak enak pada teman-temannya jika terlalu lama mengambil cuti, meski mereka mengatakan tak pernah keberatan.

"Seharusnya kamu mengambil waktu istirahat lebih banyak May" Ucap Rika menggenggam tangan temannya itu. Ia menatap Mayang iba melihat ia masih di liputi kesedihan meski Mayang berusaha tersenyum untuk menutupinya.

"Aku sudah merasa lebih baik May. Terimakasih hari itu kamu mengantarkanku ke rumah sakit. Aku benar-benar sangat berterimakasih" Ucap Mayang membalas genggaman tangan Rika. Ia sangat bersyukur saat itu Rika dengan baik hati mau datang ke rumahnya, meski janinnya tak bisa diselamatkan. Namun Mayang benar-benar merasa tetap harus berterimakasih dengan kebaikan Rika.

"May" Ucap Rika menatap dalam temannya itu. Ia sudah memikirkan semuanya. Mayang harus tahu, karena ia tak ingin mayang mengetahuinya dari orang lain.

"Hari itu, maaf aku tak bisa menahan emosiku ketika melihat suamimu bersama Anggi. Sebenarnya aku sudah tahu dari lama tentang hubungan suamimu dengan Anggi May. Karena wanita jahat itu adalah adik sepupuku. Aku benar-benar mengutuk perbuatan mereka" Ucap Rika dengan nada lirih. Ia tak bisa menatap mata Mayang lagi. Ia merasa bersalah menyembunyikan semua ini setelah sekian lama dari Mayang.

Mayang yang mendengar perkataan Rika akhirnya sadar. Hari itu ternyata Bima bertemu dengan Rika sehingga bisa mengetahui keadaanya.

"Meski aku baru tahu ternyata kamu mengetahui perselingkuhan suamiku apalagi wanita itu adalah sepupu kamu. Aku tidak marah Rika. Bukan kah mereka yang bersalah, mengapa aku harus marah padamu" Ucap Mayang mencoba menenangkan Rika. Ia tahu wanita di depannya terlihat merasa bersalah. Namun bukankah Rika tidak bersalah. Mengapa ia harus marah, apalagi Mayang pun sudah tahu perselingkuhan itu dari awal dan yang bersalah adalah suaminya dan wanita itu. Bukan dirinya maupun Rika.

Rika yang mendengar perkataan Mayang yang begitu baik mau memaafkan ketidak jujurannya Langsung memeluk temannya itu. Rasanya ia sangat lega telah jujur pada Mayang. Ia benar-benar merutuki dua peselingkuh yang begitu jahat. dengan tega menyakiti wanita seperti Mayang yang begitu baik.

***

Bima menghela nafas setelah seharian ini ia berkutat dengan pekerjaan yang ia rasakan tak ada habisnya. Namun meski pekerjaannya sudah begitu banyak, pikirannya tak bisa berhenti memikirkan keadaan Mayang. Ia tak bisa melupakan bagaimana raut wajah Mayang yang selalu ia lihat akhir-akhir ini.

Bima benar-benar tak menyangka Mayang sempat mengandung. Ia memang akhir-akhir kemarin itu tidak terlalu memperhatikan perubahan Mayang. Ia terlalu larut dengan keadaan Anggi yang sangat butuh perhatiannya.

Rasanya Bima merasa begitu bersalah, namun ia tak tahu lagi bagaimana bisa berbicara baik-baik pada wanita itu. Mayang akan langsung menghidar dan pergi jika ia membahas tentang kepergian anak mereka yang tak sempat mereka sadari. Apalagi ia begitu sulit berbicara kepada Mayang. Karena wanita itu selalu salah paham dengan semua perkataan dirinya.

Rasa khawatir ini tak berkurang sedikitpun sejak ia memasuki area perusahaan. Apalagi hari ini ia tahu Mayang sudah mau kembali bekerja. Bima berharap seiring berjalannya Waktu, Mayang bisa mengikhlaskan kehilangannya. Setidaknya dengan bertemu dengan banyak orang, mayang akan kembali ceria seperti Mayang yang biasa ia kenal.

"Apakah aku menjemputnya saja, tapi bagaimana jika di sudah pulang?" batin Bima berfikir untuk sebaiknya pergi menjemput Mayang. Setidaknya ia hanya ingin mencoba mulai memberikan perhatian pada wanita itu.

Akhirnya karena tak ingin tahu harus bagaimna, ia memutuskan mencoba menghubungi Mayang. Bima Ingin menanyakan keberadaan wanita itu dan menyuruhnya untuk tidak pulang terlebih dahulu. Namun setelah sekian kali ia mencoba menghubungi Mayang, panggilannya benar-benar tak dijawab oleh wanita itu.

"Aku langsung saja ke sana" Ucap Bima akhirnya memutuskan. Ia langsung merapikan seluruh pekerjaannya yang masih terpampang di meja kerjanya.

Namun ketika Bima melangkah keluar ruangannya. Pintu ruangannya lebih dulu terbuka dari Luar. Dan ia begitu tertegun melihat siapa yang muncul dan melangkah ke arahnya.

"Mas" Ucap Anggi menyadarkan Bima dari keterpakuannya.

"Kenapa kamu bisa ada di sini" Ucap Bima bingung melihat keberadaan Anggi yang berdiri di depannya. Ia tak benar-benar tak menduga wanita ini bisa datang.

"Aku nggak bisa jauh dari kamu Mas. Tolong jangan Tinggalkan aku" Ucap Anggi, ia langsung memeluk tubuh Bima, Rasa rindunya pada laki-laki ini membuatnya nekat untuk melakukan semua ini. Ia sudah tak bisa menahan lagi setelah sebulan ini laki-laki ini menjauhi dan tak memberikan kabar kepadanya setelah hari itu.

"Bima.."

"Kalian, bagaimana bisa melakukan ini"

Suara teriakan dari arah pintu membuat Bima melepaskan pelukannya. Ia tertegun melihat wanita yang membuka pintu ruang kerjanya.

.

Jangan Lupa Like dan Comment ya. Thanksss

Belahan JiwaWhere stories live. Discover now