SEHABIS peristiwa penuh drama di resepsi pernikahan. Akhirnya pasangan Teja dan Jelita pergi ke rumah baru mereka.
Rumah baru yang sederhana. Hadiah dari Mama Meira dan Bunda Bening. Ya kan sudah tahu siapa yang paling antusias dengan pernikahan mereka.
Jadi tidak perlu diragukan lagi betapa semangatnya mereka mempersiapkan rumah untuk anak mereka.
Kembali kepada pasangan yang baru sah itu. Posisi mereka sedang di kamar pengantin. Kamar paling besar di rumah ini. Meskipun kamar ini ukurannya cukup kecil dibanding kamar mereka dulu, tapi barang dikamar ini lebih mewah.
Si Dek Istri sedang berganti baju, sedang si Mas suami sedang rebahan nyaman di atas ranjang.
Selesai berganti, tanpa ragu Jelita menendang tubuh Teja hingga jatuh ke bawah ranjang.
Duaggh
Iya, Jelita menendang tubuh Teja yang rebahan santai di atas ranjang tanpa ganti baju.
Salah si Mas suami juga yang belum ganti baju, padahal sudah tahu Jelita super tidak suka kalau ranjang untuk tidur kotor karena bau badan.
"Bangsat Lit! Punggung gue sakit anjir!" Teja berteriak kesal begitu menggerakkan punggungnya ternyata terasa sakit sekali.
Jelita mendecak, memutar bola mata tidak peduli.
"Sukurin."
Teja yang jatuh telungkup, akhirnya dengan agak sakit membalikkan badan, menatap tajam si Dek Istri, dan mulai mengomel.
"Lo tuh ya, sama suami harus sopan, menghormati, dan menghargai. Bukannya suami yang lagi tiduran dikasih kenyaman, eh malah ditendang."
Jelita memeletkan lidahnya, "Bodoh amat, lo aja yang nggak kuat, jatuh gitu aja udah lemah. Dasar tua!"
Teja mendelik. "Gue udah tua? Maaf umur gue baru 26, Lit."
Bangun dari tidurannya dilantai, Teja berdiri berhadapan dengan Jelita yang bersidekap dada.
Jelita tertawa culas, kemudian membalas dengan sombong, "Tapi gue masih 24, masih lebih mudah 2 tahun dibanding lo. Intinya lo lebih tua dari pada gue."
Teja rasanya ingin sekali mencakar wajah cantik istrinya itu. Tapi karena dirinya ingat Bunda Bening, akhirnya sulung Daneshwara tersebut bisa menahannya.
"Lo tuh ya Lit, nggak ada miripnya sama sekali sama Bunda deh, tapi kok bisa lo jadi anaknya sih, lagian juga kalau pun gue tau lo itu anaknya, gue bakal dengan tegas nolak buat nikah sama lo."
Jelita memutar bola mata jengah, dan mengendikkan bahunya tidak peduli. Membalikkan badannya, dia lebih memilih meninggalkan Teja yang malah melotot kaget di tinggalkan sendiri di kamar.
"Hey Lit! Lo mau kemana? Jelita!!"
Teja berteriak marah. Kebetulan Jelita yang masih ada di tangga, akan turun ke dapur untuk memasak meskipun mendengar teriakan Teja, sulung keluarga kusuma itu memilih bersikap bodoh amat. Dia lapar, selama resepsi dia belum makan karena tidak mood gara-gara tahu ternyata suaminya itu Teja Daneshwara, bajingan tengik otak mesum.
"LIT!" Teja berteriak lagi, bahkan kini berjalan ke arah tangga juga. Karena sungguh Teja paling tidak suka diacuhkan.
Karena jengah, akhirnya Jelita balas menyahut, "Gue mau masak Te, gue lapar, gara-gara lo tadi gue nggak mood makan di resepsi."
Teja yang mendengar sahutan Jelita mendelik heboh tidak terima disalahkan.
"Loh kok gue sih yang salah, lo lah yang salah, ngapain juga pakai nggak mood."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Tapi Jodoh.
RomanceNyonya Bening Renata Kusuma dan Nyonya Meira Daneshwara adalah sahabat diperkuliahan. Mereka bahkan berjanji untuk menyekolahkan kedua anaknya di sekolah yang sama meskipun kedua anaknya berbeda tingkat. Kemudian ketika umur kedua anaknya sudah mema...