09 Ada Pacar

17 3 0
                                    








           AKHIRNYA pesanan makanan mereka sudah datang.

Mama Meira dan Bunda Bening dengan semangat menyantap makanan mereka.

Sampai tiba-tiba Bunda Bening berhenti makan dan menatap lurus ke arah Jelita yang duduk di depannya.

"Ah kalau makan ramen begini jadi ke ingat Caca ya Je, Bunda terakhir ketemu dia bilangnya mau program hamil, terus kalian mau kapan?"

"ㅡuhuk."

Jelita tersedak seketika. Sialan Bundanya ngegas sekali sih.

"Minum Lit." Teja menyodorkan air minum kepada Jelita yang langsung saja ditegak oleh Jelita hingga tandas.

Mama Meira dan Bunda Bening yang melihatnya memekik gemas lagi.

Ahㅡ begini ya pasangan yang katanya sudah pada punya pacar.

"Udah mendingan?" Tanya Teja sambil tepuk-tepuk halus punggung dek istri.

Jelita meletakkan gelasnya dengan pelan dan mengangguk halus.

Sedangkan sang pembuat tersedak malah makin tersenyum-senyum. Padahal anaknya baru tersedak loh, tapi tidak khawatir sama sekali. Bagaimana ya, pikiran Bunda Bening itu cuma terisi oleh Jeje. Iya Jeje, Jelita yang susah didekati, menurut Bunda Bening karena memang sugestinya sejak kecil benar-benar diingat Jelita. Tapi melihat Jelita yang lunak kepada Teja Bunda Bening jadi penasaran bagaimana prosesnya.

Sampai tiba-tiba Mama Meira memekik. "Ya ampun Ning, aku baru tau!" Mama Meira menatap Bunda Bening dengan tidak percaya. Sedangkan Bunda Bening sendiri semakin kepo.

"Apasih Mbak Yu? Ada apa?"

Nyonya Bening menatap Nyonya Meira penuh tanya. Dan Meira malah tersenyum sumringah dan malah menunjukkan layar ponselnya kepada Nyonya Bening.

Awalnya Bunda Bening tidak paham, sampai ketika Meira menggulir layar ponselnya dan menunjukkan foto Jelita yang dirangkul Teja saat classmeeting. Yang pada masanya pernah jadi berita heboh, KETOS naksir degem.

Meira mengembangkan senyumannya dan menatap keduanya bergantian.

"Kalian dulu satu sekolah kok nggak bilang Mama?"

Sebelum Jelita menjawab, Bunda Bening juga ikut-ikutan.

"Iya Je, kamu kok juga nggak bilang Bunda?"

Plis! Jelita mau teriak di depan wajah Bunda Bening terutama.

Kan Bunda yang daftarin adek!

Tapi akhirnya pilih diam dan malah senggol lengan Teja, "Coba lo jelasin Te."

Si Teja yang disuruh Jelita mendelik, "Kok gue?"

Jelita senyum manis dan bilang, "Yang sekolah duluan disana siapa?"

"Gue." Jawab Teja polos dan akhirnya dia mendengus.

"Iya-iya gue jawab." Ucap Teja akhirnya. Memandang kedua ibunya, Teja menghela napas.

"Mamaㅡ" Teja memanggil mamanya halus, dia emang selalu hati-hati kalau bicara sama orangtua, meskipun mamanya suka menyiksa dia, tapi Teja dididik ayahnya untuk bersikap sopan sedari kecil. Jadi ketika dewasa sudah terbiasa begini.

"Mama inget aku anak siapa?" Tanya Teja akhirnya. Meira mendapat pertanyaan begitu mau menggeplak Teja, tapi saat lihat Teja kedip mata tanda serius, Mama Meira jawab dengan tegas.

"Anak Mama lah, masa kamu anak pungut, jelas-jelas kamu ganteng turunan dari Mama."

Teja ketawa halus denger jawaban Mamanya, sedang Jelita baru kali ini lihat perlakuan Teja ke mamanya. Mirip seperti pas dulu Teja pacaran sama dia. Persis. Dia kok jadi baper.

Mantan Tapi Jodoh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang