15 Lunch : Ingat-ingat

28 5 0
                                    





           JAM dua lebih lima belas menit Jelita sudah menyelesaikan pemotretannya. Yanuar yang baru datang dengan sekotak makan siang terlambatnya berlari dengan gopoh ke arah Jelita di ruang rias.

"Astaga Je sorry gue lupa lo belum makan siang, lagian lo juga udah gue suruh bawa bekal pake lupa."

Jelita meneguk air mineral yang disediakan staff di atas meja riasnya, kemudian meraih kotak makan yang disodorkan Yanuar.

"Santai elah Yan, gue juga nggak begitu laper, btw yang masalah susu gue tadi beneran habis di supermarket?"

Yanuar mengangguk mantap, "Iya, gue tadi nanya ke kasir stok di gudang apa juga udah habis, jawabannya 'iya'. Katanya nanti sore baru dikirim."

Jelita mengangguk paham kemudian mulai membuka kotak makannya. Yanuar yang melihatnya tersenyum tipis kemudian memeriksa tasnya yang sedari tadi bergetar, sepertinya ada yang menghubungi.

Dan begitu melihat ternyata ponsel Jelita yang bergetar menampilkan id ibu teman seperpopokannya sebagai penelpon, Yanuar segera menyodorkannya kepada sang pemilik.

"Ibu mertua lo nelpon nih." Ucap Yanuar yang membuat Jelita langsung melotot.

"Mulutnya licin banget ya." Meski begitu Jelita segera meraih ponselnya dan menerima sambungan telpon tersebut.

"Assalamualaikum Ma..." Jelita berucap dengan ceria.

"Waalaikumussalam, ini beneran Jeje kan?"

"Iya ma, ini sama Jeje."

"Huft untung banget kamu mau angkat telpon Mama."

"Emang ada apa, Ma?"

"Suamimu ituloh Je, tolong disuruh makan siang ya, tadi Mama telpon suruh makan siang katanya nanti aja, dia lagi sibuk banyak project habis pernikahan kalian, Mama minta bantuan buat maksa Teja makan ya sayang, kali aja dia mau."

jelita yang mendengar permintaan Nyonya Daneshwara menjauhkan ponsel dari telinganya sebentar, bibirnya mendumel pelan.

"Dasar ngerepotin."

Setelah itu mendekatkan lagi ponsel ke telinganya dan kembali memasang suara ceria seolah-olah dia sangatlah bahagia mendapat telpon dari sang ibu mertua, "Iya Ma, habis ini Jeje telpon Kak Teja ya."

Setelah lama tidak mengucapkan kata Kak Teja rasanya lidah Jelita kebas, kelu, geli tak terkira.

Sedangkan Yanuar yang mendengarnya sudah tertawa terpingkal-pingkal. Mendengar Jelita memanggil kawannya seperti itu membuat dirinya jadi ingat Jelita yang dulunya polos sekali, saking polosnya mau saja dipolosi oleh Teja.

"Terima kasih banyak ya sayang, Mama seneng Teja punya istri yang perhatian seperti kamu,"

"Iya Ma, sama-sama." Ucap Jelita dengan setengah ikhlas.

"Ya udah, kalau gitu Mama tutup telponnya ya, pesawat mama udah mau take off, eh iya Mama ini mau ke paris beli beberapa perhiasan dan baju, kamu mau oleh-oleh apa sayang?"

Mendengar kata perhiasan, mata Jelita seketika berbinar, memang, dirinya tidak suka baju branded, tapi kalau perhiasanㅡ bukan Jelita jika menolak.

"Nggak usah Ma, Jelita nggak mau ngerepotin Mama, tapi kalau Mama maksa Jelita mau kalung aja ma, kalau tidak gelang aja."

Yanuar yang mendengar perkataan Jelita seketika merotasikan matanya jengah. Dasar wanita pengoleksi perhiasan, satu ruangan di apartemennya di BSD saja penuh dengan perhiasan.

"Okay sayangnya Mama, nanti Mama belikan keduanya. Kamu sehat selalu ya sayang, luvyu."

"Luvyu too ma."

Mantan Tapi Jodoh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang