03 Malam Pertama

37 5 0
                                    







             SETELAH makan malam agak awkward tadi, akhirnya Teja dan Jelita langsung ingin tidur. Karena memang tubuh keduanya sudah lelah. Meskipun resepsi mereka hanya mengundang 4000 orang, tapi masih cukup melelahkan menyalami orang dari jam 10 pagi sampai jam 2 sore.

Keduanya berjalan bersisihan, sampai saat di tangga mereka berjalan sendiri-sendiri, dengan Jelita di depan tentu saja, karena Jelita sendiri adalah penganut women on top. Alias wanita selalu di atas. Faktor lainnya karena memang tangganya memang berukuran kecil, hanya muat satu orang saja.

Sesampainya keduanya berada di lantai dua. Lebih tepatnya di ruang musik yang memang langsung menyambung pada pintu kamar utama mereka, tiba-tiba keduanya menjadi langsung saling pandang.

"Bentar Teㅡ lo mau tidur dimana?"

Jelita bertanya curiga. Dia sudah mengklaim bahwa kamar utama itu adalah kamarnya. Dan untuk tidur satu kamar dengan Teja, hell no. 

Tidak ada dalam kamus Jelita tidur berdua kembali dengan mantan. Apalagi mantan seperti Teja. Iyuh nanti terbawa baper kan jijay. Apalagi Teja itu meshoom kubik.

Sedangkan Teja yang ditanya begitu tentu menjawab jujur, "Di kamar lah Lit. Masa gue tidur di sini. Di ruang musik, ogah lah. Gue kan alergi dingin, nanti gue masuk angin, emang lo mau tanggung jawab ngerokin?"

Jelita bergidig geli, mengingat dulu pernah mengeroki Teja yang masuk angin karena pacaran di taman sampai tengah malam. Tapi bukan itu masalah utamanya, Jelita yang di jawab begitu oleh Teja merasa semakin curiga. Tapi karena dia istri sholehah, menghilangkan ke suudzonannya pada sang suami Jelita bertanya positif, "Lo mau tidur di kamar sebelah kan Te? Ya udah gue masuk duluan ke kamar gue."

Teja yang melihat gerak-gerik Jelita langsung ingin masuk kamar utama yang di incarnya membulatkan matanya kaget. Tangannya reflek menarik tangan Jelita.

"Yak Lit! Seenaknya lo!"

Jelita yang baru akan membuka pintu, membalik badannya, menatap Teja bingung.

"Hah apa sih Te?"

"Lo mau tidur di kamar utama? Enak aja! Gue yang tidur disini. Lo tidur di kamar sebelah yang serba pink itu."

Jelita melotot tidak terima. Ternyata ke curigaannya benar.

"Sorry dori mori strawberry Teja Daneshwara! Gue yang tidur di sini. Lo di kamar pink! Enak aja gue yang tidur disitu. Gue bukan bocil ya."

Teja tertawa mengejek, "Iya bukan bocil tapi lo kan perempuan dewasa kelakuan kek bocil."

Bugh

Tanpa ragu Jelita memukul bahu Teja kencang. "Seenaknya your cangkem! Gue ini udah dewasa ya. Sorry! Yang kelakuannya kek bocil itu elo!"

Teja meringis memegangi bahunya, "Bangsat sakit Lit."

Jelita mendecak, "Dasar lemah! Gitu cowok. Hilih kinthil!"

Jelita bersungut marah. Serius dia tidak akan sudi tidur di kamar serba pink itu. Lagi pula kenapa kedua ibunya itu membuat kamar serba pink seperti bocil. Anak-anaknya yang dikawinkan paksa kan sudah dewasa. Atau jangan-jangan itu rencananya untuk anak mereka. Fak lah.

"Udahlah Lit kita kan udah sah, tidur sekamar nggak papa lah." Teja akhirnya berkata dengan santai. Pikirnya Jelita tidak bisa dikasari.

Tapi Jelita malah melotot ganas lagi. "Hah! Tidur sekamar sama lo! Gara-gara gue sama lo dah Sah. Sorry bapak Teja Daneshwara! Anda lupa kalau anda adalah orang yang sama dengan orang yang suka grepein saya waktu pacaran. Sekali lagi gue nggak sudi."

Mantan Tapi Jodoh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang