bab 2

135 14 1
                                    

Note: cerita ini cocok vibesnya sama lagu maudi Ayunda (kamu dan kenangan) jadi author saranin untuk puter lagu itu sambil membaca.

Perpisahan adalah bagian pasti dari sebuah pertemuan, beberapa orang akan memilih tak bertemu jika perpisahan yang terjadi akan terasa begitu menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perpisahan adalah bagian pasti dari sebuah pertemuan, beberapa orang akan memilih tak bertemu jika perpisahan yang terjadi akan terasa begitu menyakitkan.

Dan Seokjin adalah satu diantaranya, sekian tahun telah berlalu tapi rasanya masih sama seperti saat terakhir ia bisa menatap wajah wanita yang ia cinta.

Mengapa harus cintanya?
Mengapa harus ia?
Dan mengapa harus mereka?

Sudah terlalu banyak rencana yang keduanya susun di masa depan, namun hanya berakhir menjadi angan saat takdir ternyata tak berpihak pada kebersamaan.

Hari yang dulu begitu berwarna hanya menyisakan kelabu pada tiap detiknya.
Pun perih hati yang kian tak usai meski waktu telah banyak merenggutnya.

"Kak, kita berangkat sekarang?" Suara wanita yang sudah dua tahun bersama membuat ia kembali pada kenyataan dan menyudahi kenangan yang seharusnya sejak lama ia lupakan.

Sosok wanita cantik yang lebih tepatnya menjadi teman Seokjin dalam dunia kelabunya.

Sang pria lantas mengangguk tanpa suara kemudian berjalan mendahului sang wanita yang masih menatap sang pria dari tempatnya.

Tak sepantasnya memang Seokjin menyeret Jisoo dalam dunia sunyinya.
Lelaki egois itu hanya ingin ada orang lain yang ikut merasakan apa yang ia rasakan. Sakit dari luka bagaimana di tinggalkan.

Tanpa lelaki itu tau, bahwa sang wanita menerima lebih banyak luka yang setiap detik Seokjin torehkan.
Dan mungkin saja suatu saat ia akan lebih kehilangan saat sang wanita tak lagi mampu menjadi teman sepi nya.

Hening masih merajai saat dua insan ini berada dalam ruang yang sama, tak ada cicit suara yang terdengar dari keduanya.
Meski jisoo ingin memecah sunyi diantara mereka, tapi lagi-lagi ia memilih urung saat tembok yang  seolah Seokjin bangun diantara keduanya kian menjulang.

Jisoo memilin ujung bajunya, jelas terlihat bahwa ia tak pernah merasa nyaman untuk berada dalam posisi ini.

Hingga mobil yang keduanya tumpangi sampai pada tujuan. Lagi-lagi tanpa kata, keduanya berjalan tak beriringan memasuki kediaman keluarga kim.

Undangan dari nyonya Kim membuat keduanya harus berada di tempat ini.

Tak ada sandiwara yang dimainkan sepasang suami istri ini, lagi pula tak ada yang harus di tutupi dari siapapun bahwa keduanya tak baik-baik saja.

Sementara itu nyonya Kim masih memberikan tatapan sendu pada keduanya saat sadar bahwa masih tak ada yang berubah dari keduanya.

"Selamat malam eomma." Seokjin lantas memeluk sekilas sang ibu yang sedari tadi menunggu kedatangan keduanya di ambang pintu, lantas jisoo melakukan hal yang sama.

Epiphany (Terbelenggu Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang