bab 8

126 12 2
                                    

Hanya keheningan yang sekarang tercipta, tak ada yang memulai untuk membuka suara baik Seokjin maupun Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hanya keheningan yang sekarang tercipta, tak ada yang memulai untuk membuka suara baik Seokjin maupun Jisoo.
Sang wanita lebih memilih menunduk tak berani sedikitpun menoleh pada pria di sampingnya, aura yang Seokjin pancarkan terlalu mendominasi hingga membuat Jisoo seakan mematung di tempatnya.

Sementara Seokjin masih terfokus pada jalanan didepannya, berusaha mengendalikan degupan didadanya. Sembari bertanya-tanya alasan ia melakukan tindakan tadi. Pasalnya selama ini ia tak peduli dengan apa yang Jisoo lakukan, jangankan sampai menjemput wanita itu bertanya tentang Jisoo saja ia enggan.

Hingga ia mengacak rambutnya kasar, merasa frustasi dengan semua pikiran yang tengah mendominasi.
Lama tenggelam dalam kebisuan, tiga puluh menit mereka habiskan dalam keheningan hingga mobil yang mereka tumpangi menepi bergabung bersama mobil lain di area garasi miliknya.
Lagi-lagi Seokjin melakukan hal yang berbanding terbalik dengan akal sehatnya, dimana ia kini justru melangkah untuk membuka pintu mobil Jisoo dan membawa tubuh itu keluar.

Cengkraman pada tangannya tak sekuat tadi, tapi cukup untuk membuat Jisoo tunduk tak berani menolak. Sedikit kesusahan untuk menyamai langkah lebar sang suami karena tinggi mereka jelas berbeda. Tapi Jisoo tak akan berani protes dengan situasi yang terjadi, karena ia menyimpulkan jika Seokjin tengah marah meskipun ia tak tahu alasan dari kemarahannya itu.

"Kak, aku salah ya? Maaf." Mengumpulkan keberanian Jisoo akhirnya berani membuka suaranya setelah mereka masuk kedalam kediaman yang mereka tempati.

Seokjin masih bungkam belum membuka suara, tatapannya masih tajam dengan rahang mengeras.
Hingga ia memilih melangkah pergi meninggalkan Jisoo dengan kebingungannya.
Ia masuk kedalam ruang kerjanya, mengunci pintu dan mungkin tak akan ke luar lagi.

Jisoo hanya mengamati kemana tubuh itu melangkah, hingga suara debuman dari pintu membuat ia terlonjak
Ia belum menemukan alasan atas semua sikap Seokjin yang terbilang aneh hari ini.
Apa lelaki itu marah karena pergi bersama Taehyung? Bukankah biasanya lelaki itu tak pernah peduli pada apa yang ia lakukan.
Entahlah Jisoo pun kurang paham dengan semua keganjalan ini.
.
.
🌸🌸

"Kak, soal semalam aku minta maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak, soal semalam aku minta maaf." Jisoo tak berani mengangkat wajahnya sekedar bertatap dengan Seokjin. Setelah semalaman ia berfikir ia menyimpulkan alasan yang lebih memungkinkan untuk alasan dari kemarahan Seokjin.

Epiphany (Terbelenggu Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang