bab 17

106 12 7
                                    

Sejak kepergian kedua orangtuanya, Jisoo menjelma menjadi sosok gadis pendiam yang terbiasa akan kesendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kepergian kedua orangtuanya, Jisoo menjelma menjadi sosok gadis pendiam yang terbiasa akan kesendirian.
Ia terbiasa memendam perasaannya seorang diri, bahkan hingga di usia dewasa kini sifat itu masih melekat erat padanya.

Terkadang ia merasa bingung bagaimana cara untuk mengekpresikan perasaanya.
Terbiasa akan kesendirian membuatnya tak percaya akan lingkungan sekitarnya.
Bahkan sampai saat ini ia masih tak percaya bahwa ada orang yang benar-benar mau untuk menjadi pendengarnya.
Ia selalu merasa bahwa perhatian dari orang-orang yang selama ini mereka tunjukkan hanyalah sebuah formalitas sesama manusia.

Bahkan tak jarang bahwa ia merasa memang tak pantas untuk di cintai siapapun.
Tanpa Jisoo sadari, sedari dulu selalu ada orang yang setia tetap berdiri dibelakangnya hingga kapanpun.
Tanpa peduli apapun keadaannya, dia akan tetap berdiri kokoh. Kecuali jika Jisoo sendiri yang memintanya untuk pergi.

Taehyung berjalan kembali menghampiri setelah mengambil pesanan makan siang mereka.
Langkahnya ia bawa ringan pada sosok yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
Tanpa dia meminta di jelaskan pun Taehyung tau, bahwa sang gadis tengah bergelut dengan pikirannya yang mungkin sedikit rumit.

Sang pria kemudian mendudukkan bokongnya sembari meletakkan nampan berisi dua  mangkuk sundubu jjigae, sup tahu lembut yang dipadukan dengan soun dan bahan pelengkap lainnya.
Rasa kuah yang gurih dan pedas menjadikannya pilihan tepat untuk di jadikan makan siang bagi sebagian orang termasuk Jisoo. Dan Taehyung hanya mengikuti selera makan gadis itu.

"Terimakasih." Senyum Jisoo terukir tulus sembari menarik satu mangkuk yang menjadi bagiannya.
Hingga Taehyung hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan.

Setelah berdoa untuk beberapa saat keduanya sama-sama menyantap makan siang masing-masing.
"Ada masalah Ji?" Taehyung bertanya di sela-sela suapannya. Sejujurnya sedari tadi ia tak tahan untuk melontarkan pertanyaan itu.

Jisoo mengalihkan perhatiannya pada lelaki yang tengah asik menikmati makanan miliknya, terkadang Jisoo merasa lucu dengan cara  bagaimana Taehyung makan.
"Kenapa tertawa, bukannya menjawab pertanyaan ku?" Protes sang pria dengan mulut mangembung  mengunyah makanan.

"Kau lucu Taehyung," Kekeh Jisoo.

"Ow, nampaknya ada yang baru menyadari itu. Sayang sekali, kau terlalu terlambat nona." Taehyung balas dengan menggoda, dan berhasil menampilkan senyum Jisoo yang lebih banyak.

"Iya, iya baiklah." Jisoo menyerah, ia tak akan punya cukup banyak alibi untuk melawan kerandoman dari pria di depannya ini.

" Tapi aku serius dengan pertanyaanku Ji!" Taehyung menyudahi makan siangnya, pria itu menggeser mangkuk yang telah kosong. Kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
Atensinya sepenuhnya ia alihkan pada gadis di depannya.
Sama halnya dengan Taehyung, Jisoo pun mengakhiri makan siangnya.

"Kita berteman sudah sejak lama Ji, kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku."

Jisoo masih menimbang-nimbang, haruskah ia ceritakan apa yang  menjadi beban pikirannya pada Taehyung.

Epiphany (Terbelenggu Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang