bab 3

131 14 5
                                    


Deru mesin kendaraan menjadi musik pengiring dari keheningan yang tercipta. Sang pria masih terfokus pada kemudinya.
Sedangkan sang wanita sedari tadi hanya menatap kosong pada jalanan di depannya.
Seakan lampu jalan lebih menarik dari sosok tampan di sampingnya.

Tapi Taehyung tau segalanya tentang wanita sok kuat ini, Jisoo yang sedari tadi mengigit bibirnya berulang kali sebagai upaya menahan tangis.

"Heh... " Hingga dengusan itu keluar dari birai sang pria, sungguh ia tak pernah suka jika Jisoo seperti ini.

Hingga ia memutuskan menepikan mobilnya di bahu jalan, ia tak akan sanggup melihat lebih lama keadaan ini.

Jisoo lantas berbalik, seolah meminta penjelasan atas tindakan yang Taehyung lakukan.

"Apa kau akan terus seperti ini?" Tanya sang pria geram.

"Apa maksudmu?"

Ayolah, mereka sudah bersama selama bertahun-tahun, mereka sudah paham dengan karakter dari masing-masing.

"Berhenti mengigit bibirmu Jisoo, yang bersamamu sekarang adalah aku bukan Seokjin Hyung. Kau tak perlu berlaga sok kuat saat bersamaku, aku tahu semua tentang dirimu." Ucap Taehyung.

Tepat saat kalimat itu selesai, sang wanita menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan disertai dengan isakan.
Beberapa tahun tak bertemu, Taehyung tetap menjadi orang pertama yang paling paham akan dirinya.

Tak membiarkan Jisoo menangis sendiri, Taehyung lantas membawanya dalam dekapan.
Air mata yang keluar layaknya pisau kecil yang ikut menyayat hatinya.

Tak ingin berkata-kata, Taehyung seolah membiarkan sang sahabat meleburkan rasa sakit dalam dada bidangnya.

"Aku sudah mencoba, tapi aku kalah." Lirih Jisoo lemah, kalimatnya tersendat-sendat menggambarkan bahwa sakitnya masih membelenggu.

Taehyung mengelus Surai sang wanita lembut.

"Kau lelah?" Tanyanya kemudian.

Hening,  tak ada jawaban yang ia dapatkan.

"Berhentilah jika kau lelah. Kau selalu mengatakan padaku, bahwa kita hanya manusia biasa yang terkadang bisa mencapai titik rapuh. Ada hal yang bisa kita gapai, dan ada pula hal yang tak bisa kita raih. Kita tak bisa memaksakan sesuatu yang bukan pada kemampuan kita. Aku tahu kau kuat Chu, tapi aku tak sanggup melihatmu seperti ini." Lirih Taehyung.

"Berhentilah jika kau lelah, jangan membuat dirimu hancur perlahan. Kau berpikir bahwa Seokjin Hyung adalah cintamu, tapi kau lupa cinta mu saja tak cukup , kau harus mendapatkan balasan dari cintamu untuk bisa bahagia." Lanjutnya kemudian.
.
.
.
Malam tak pernah bergeser untuk menempati daftar pertama menjadi teman sunyi bagi jisoo.
Gadis itu masih setia terdiam ditemani sunyi, pekatnya malam tak mampu menggiringnya untuk bergelung dalam selimut.

Perkataan Taehyung beberapa waktu lalu terus berurai dalam ingatan, kata demi katanya terus berputar. Seolah terus mengingatkan agar ia mempertimbangkan.

Ting.

Satu notifikasi pada ponselnya membawa ia pada kesadaran.

Alien👽

Masuk sudah malam, udara dingin tak baik untuk kesehatan mu.

Setelah membaca pesan yang Taehyung kirimkan lantas jisoo mengedarkan tatapannya ke sekitar, mencari sosok Taehyung.

Alien 👽

Jangan mencariku, aku di rumah. Aku tak perlu mengawasi mu untuk tau kegiatanmu. Aku selalu jadi orang pertama yang memahami mu ji. Tidurlah sudah malam.

Satu pesan yang kembali Taehyung kirimkan seketika membuat jisoo sadar. Seharusnya ia tahu, bahwa Taehyung akan selalu menjadi orang pertama yang paham dengan dirinya.

Alien 👽

Aku tahu, kau sedang memikirkan ucapanku tadi kan. Tidak perlu terlalu di pikirkan. Jalani saja sesuai kata hatimu, dan selama itu pula aku akan menemanimu. Tak peduli selama apapun, atau sepanjang apapun waktu itu.

Pesan yang kembali Taehyung kirimkan sukses membuat air mata Jisoo kembali berlinang, sungguh ia benar-benar bersyukur memiliki Taehyung di sampingnya. Meski untuk beberapa waktu ia pernah pergi, tapi untuk sekarang Taehyung sudah kembali.
Dan itu menjadi satu hal yang harus Jisoo syukuri.

Alien👽

Tak perlu menangis, aku tahu kau terharu. Sekarang pasti kau sedang merasa bersyukur karena memiliki sahabat sepertiku kan?
Besok saja kau bersyukurnya, sekarang lebih baik kau masuk dan tidur. Bintang-bintang itu bisa kau lihat di malam-malam berikutnya.
Jangan sampai sekarang aku pergi kesana, dan menyeret mu untuk tidur.

Jisoo terkekeh dengan tuntutan pesan yang belum ia balas, tapi Taehyung benar-benar memahaminya.

Jisoo:
Baiklah aku akan masuk sekarang, terimakasih kau selalu memahami ku. My alien 👽👽👽

Selanjutnya Jisoo beranjak dari balkon, dan memilih bergelung dalam selimut.

Seokjin?
Entah jisoo tak tahu dimana lelaki itu, sejak kejadian tadi Jisoo tak menemukannya di sudut rumah ini.
Jisoo, selalu memahami mungkin Seokjin tengah membutuhkan waktu untuk sendiri.
.
.
.
Usai membaca pesan balasan dari Jisoo Taehyung lekas menyimpan ponselnya dalam saku, kepalanya kemudian mendongak menatap dua bintang yang berdekatan.
Taehyung selalu ingat, saat Jisok mengatakan bahwa kedua bintang itu adalah orangtuanya yang telah pergi terlebih dahulu.

Sebuah senyum terukir saat ia mengingat bagaimana antusiasnya Jisoo saat menceritakan tentang kedua orangtuanya.
Taehyung adalah pendengar yang baik bagi Jisoo, ia suka saat dimana Jisoo selalu antusias bercerita padanya. Tak peduli selama apapun itu Taehyung akan dengan setia mendengarkan tanpa berniat menyela.

Taehyung tahu, saat-saat seperti ini Jisoo akan menatap kedua bintang itu hingga melupakan waktu.
Tak perlu melihatnya secara langsung, karena Taehyung selalu ingat semua tentang Jisoo.
Kebiasaan sang wanita saat ia bahagia, sedih, cemas, dan sebagainya.
Taehyung ingat dan tak akan pernah lupa.

Mas bisa munduran dikit gak, gantengnya kelewatan soalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas bisa munduran dikit gak, gantengnya kelewatan soalnya.

Mas bisa munduran dikit gak, gantengnya kelewatan soalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Epiphany (Terbelenggu Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang