bab 19

113 16 4
                                    


Seokjin berdiri di depan lemari pakaiannya, menimang-nimang tuxedo mana yang akan ia gunakan hari ini. Ia ingin pakaian yang ia gunakan cocok dan senada dengan gaun milik Jisoo untuk malam ini.

Ya, tepat tiga hari lalu ia menerima undangan yang sama untuk acara reuni universitas.
Ia kira reuni ini hanya untuk satu angkatan, tapi ternyata ia pun mendapatkan undangan yang sama.
Acara yang di adakan untuk tiga angkatan sekaligus, tak dapat Seokjin bayangkan akan sebanyak apa manusia-manusia yang hadir. Jiwa-jiwa introvert nya meronta menolak, tapi ia juga tak mungkin membiarkan Jisoo untuk pergi seorang diri.

Setelah memastikan setelannya menunjang ketampanan, Seokjin melangkah memastikan sang istri telah sama siapnya.

"Ji, sudah selesai?" Tanya lelaki itu kemudian.

Tak lama, Jisoo keluar dari ruangan ganti yang Seokjin ketuk. Tak dapat Seokjin sembunyikan kekagumannya akan kecantikan Jisoo yang kian terpancar.

"Kenapa kak?" Jisoo bertanya pasalnya Seokjin menatapnya tanpa berkedip, takut-takut ia salah kostum.

Bagai mendapatkan kembali kesadarannya, Seokjin lantas menggeleng mencoba mengalihkan pikirannya yang me-liar.

"Kita berangkat sekarang," ucapnya kemudian.
Tak ada adegan bergandengan tangan, lagi pula apa yang di harapkan dari kulkas berjalan Seokjin.
.
.
.
Ballroom hotel yang disulap sebagai tempat pesta yang mewah dan dapat menampung ratusan orang yang hadir.  Jisoo dan Seokjin tak mampu mengingat semua orang yang berada di tempat ini, tapi yang jelas mereka kini bukan lagi orang biasa yang berstatus sebagai mahasiswa.
Mereka datang membawa cerita kesuksesan masing-masing termasuk Seokjin dan Jisoo.
Tapi tak sedikit pula yang masih menjadi bagian dari budak korporat.

"Ji, tak apa kita berpisah?" Ucap Seokjin pada wanita yang berada di sampingnya, alih-alih mengenalkan Jisoo pada teman-teman seangkatannya.
Bukan tak ingin, tapi akan sangat sulit untuk Jisoo beradaptasi dan Seokjin paham itu.
Lagi pula Seokjin menghindari percakapan yang mungkin akan terdengar tidak mengenakan di telinga Jisoo dari teman-temannya. Karena mayoritas dari mereka tak tahu kalau Seokjin menikah dengan Jisoo.

"Iya kak," Jisoo lantas menjauh dan memilih mendekat pada sekumpulan teman-teman seangkatannya, dimana salah satu dari mereka adalah Taehyung yang belum menyadari kehadirannya.
.
.
"Ku pikir kau berhasil menikahi Jisoo." Celetuk salah seorang pria yang Tae ingat bernama Jimin teman satu angkatannya dengan Jisoo.

"Iya, aku lihat kau sangat mencintainya semasa kuliah." Timpal orang lainnnya.

Taehyung hanya tersenyum miris mendengar ocehan teman-temannya, bukan tak ingin tapi ia tak mendapatkan kesempatannya.

Mereka hendak berujar kembali namun urung saat menyadari siapa yang tengah melangkah mendekat ke arah mereka.
Membuat Taehyung mengikuti arah pandangan kawan-kawannya.
Alisnya sedikit mengernyit mempertanyakan kehadiran Jisoo yang seorang diri.

Setelah mencoba berbasa-basi Jisoo kemudian ikut bergabung dan berbaur sebisa mungkin, meski terkesan canggung tapi ia mencoba untuk bersikap biasa saja.
________
Kian malam acara kian terasa ramai berbagai game dan pertunjukan ikut meramaikan acara, para peserta pesta masih asik menikmati bagaimana acara terus berlangsung.

Jisoo menikmati pertunjukan band dari salah satu alumni yang sukses di dunia musik, tubuhnya sesekali bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik yang menghantar ketenangan pada setiap melodinya.

Hingga ia tak menyadari jika disampingnya kini tengah berdiri seorang pria yang tak lain adalah orang yang sejak dulu terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Epiphany (Terbelenggu Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang