67

12.5K 1.2K 33
                                    

"Salsabila!" Ricard tertegun karena bukan Nathalia yang berdiri di depan matanya.

FLASHBACK ON

"Ayo kita ke Altar!" Ujar Duke Aaron.

Thalia terdiam lama, ia khawatir dirinya akan kembali terluka jika keluar dari ruangan yang telah menyekapnya beberapa hari itu. Ekspresi wajah Thalia amat rumit, Duke Aaron menatapnya penuh tanda tanya.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Sayang?" Tanya Duke Aaron.

Thalia mengangguk, "Ruangan ini di lapisi sihir, Ayah. Dan itu hanya berlaku untukku. Karenanya aku tidak bisa kemanapun hingga hari ini. Tapi, bagaimana Ayah bisa mengetahui aku disini?" Tanya Thalia.

"Ratu Julie sudah memberitahuku kalau ruangan ini sudah aman dari kekuatan sihir. Karena kontrak efektivitasnya memang sampai hari di mana kamu menikah, Sayang." Jawab Duke Aaron. "Tapi sebelumnya, dia memang tidak memberitahuku dimana ruangan tempatmu berada, kami semua kesulitan mencarimu. Dan karena hari ini merupakan hari pernikahanmu dengan Sang Raja. Maka, aku juga mempunyai hak atas dirimu dan menuntut pada Ratu Julie untuk bisa mengantarmu langsung ke altar. Karena kamu harta yang paling berharga untuk Ayah, Sayang." Jawab Duke Aaron membuat perasaan Thalia menghangat. "Aku yakin sihir itu sudah hilang. Ayo, kita ke altar sebelum semuanya terlambat." Ucapnya lagi.

Thalia tak banyak bicara, ia berjalan bersama Ayahnya menuju altar. Gadis itu terdiam menatap jalan yang ia lalui, Thalia sadar tidak menuju altar melainkan menuju istana Pangeran Kedua, ia menaiki kereta sebentar agar lebih cepat sampai menuju tempat tujuan. Netra emas madunya melirik sang Ayah yang masih memandang lurus ke depan, sesekali sang Ayah membenahi dan menjaga gaun pernikahan milik Thalia agar tidak rusak dan kotor.

'Kenapa tak ada satupun pengawal yang berjaga di sepanjang jalan aku lewat ya. Apalagi di istana Pangeran Kedua yang nampak sepi.' Ujar Thalia dalam hati.

Kereta berhenti, keduanya kembali berjalan menuju ruangan yang tertutup pintu. Raymond dan William membuka pintu lebar pintu yang tertutup.

Kedua netra emas madunya membola sempurna melihat pemandangan di depan matanya. Sebuah altar sederhana dimana Ace sudah menunggunya. Ia memakai tuxedo yang sempat di abaikan Ricard akibat ukurannya yang kebesaran. Gejolak hatinya tiba-tiba membuncah. Rasa rindu, marah, sakit, kesal, bahagia semuanya bercampur menjadi satu. Ia tak menyangka bahwa yang menunggunya ialah laki-laki pemilik separuh hatinya, bukan Ricard seperti yang ia khawatirkan.

'Bagaimana bisa?' Tanya Thalia masih belum percaya apa yang terjadi di depan matanya.

"Ayah, apa maksudnya ini?" Tanya Thalia masih belum percaya dengan pemandangan di depannya.

Duke Aaron tertawa pelan. "Rencana mendadak kita bertiga." Ujarnya.

Thalia menatap Ayahnya tak percaya. "Rencana bertiga?"

Duke Aaron mengangguk, ia mengantar Thalia ke depan altar untuk menyerahkan putri semata wayangnya kepada Ace yang sudah tersenyum menatap Thalia yang datang kearahnya.

"Lebih tepatnya rencana Ace. Aku dan Xandros hanya membantunya." Ucap Duke Aaron.

Thalia mendelik "Kakak di sini?" Ia mengedarkan matanya ke seluruh ruangan, tak ada satu orang pun kecuali Ace dan pendeta disana. Thalia menyadari bahwa tak ada tamu penting di acara mereka. Hanya keluarga Thalia, dan beberapa orang yang ia kenal dari Shadow Knight. 'Kenapa mereka bisa sampai disini?' Thalia kembali bertanya-tanya dalam hati. Ia bingung karena lama tersekap di dalam ruangan berlapis sihir hingga ia merasa asing dengan dunia luarnya.

"Xandros di tempat lain, ia mempunyai tugas resmi yang penting untuk di lakukan." Duke Aaron tertawa pelan. Thalia menatap Duke Aaron dengan wajah rumitnya.

I WANT YOU (TRANSMIGRASI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang