88

9.5K 855 47
                                    

Thalia diam tak bergeming memangku Ace yang sudah mulai mendingin. Kepalanya penuh dengan ingatan-ingatan kilas balik tentang percakapannya dengan Raja Helium.

"Apakah kamu tahu arti simbol sayap yang berada didada kirimu, Lady? Dan darimana Ldy bisa mendapatkannya?" Raja Helium bertanya dengan nada datarnya.

Thalia menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mengetahuinya. Gambar ini tiba-tiba saja muncul disana. Dan disaat tertentu, aku bisa merasakan ketidaknyamanan karenanya." Jawab Thalia jujur.

Raja Helium menghela nafas panjang, "Tanda itu dinamakan the wings of a soul-binding curse, sebuah kutukan namun tidak berarti dia negatif. Orang yang memberikan kutukan kepadamu ialah suamimu sendiri, Lady."

"Kutukan?" Tanya Thalia.

Raja Helium mengangguk, "Benar, sebuah kutukan yang menanamkan sebagian jiwa sang pemilik kepada target yang sudah ia tandai. Tidak menimbulkan efek apapun, hanya saja akan timbul terasa nyeri apabila sang pemilik merasa terganggu atau terusik hatinya."

Thalia masih diam, ia berusaha mencerna apa yang sudah dijelaskan oleh Raja Helium.

"Ace bukan orang jahat. Dan dia tidak mempunyai keinginan buruk padamu. Hanya saja, ia hanya ingin memilikimu secara utuh. Jadi, dia menanamkan sebagian jiwanya kepadamu, agar ia tahu apapun yang kamu lakukan. Jika kamu dalam bahaya maka Ace akan segera datang untuk menyelamatkanmu." Raja Helium sedikit tersenyum, "Dia hanyalah pria bodoh yang sedang dilanda cinta, Lady."

Jemari Thalia mengelus lembut gambar sayap tersebut. "Jadi, selama ini ia selalu memperhatikan dan mengawasiku?" Tanya Thalia dengan nada bergetarnya, bulir bening kembali membasahi kedua pipinya.

Raja Helium mengangguk, "Jangan merasa terganggu, Lady. Aku pun melakukan hal yang sama pada istriku. Mungkin karena aku dan Ace satu keluarga jadi aku memahami perasaannya. Rasa ingin memiliki, melindungi, dan menyayangi Lady seutuhnya."

"Apakah harus dengan mengorbankan diri sendiri agar aku selamat? Dasar kamu bodoh, Ace!" Lirihnya menatap sendu kearah Ace. "Apakah kamu tidak memikirkan nasibku selanjutnya? Perasaanku? Semuanya?" Thalia memejamkan nafasnya, ia berusaha mengontrol gejolak emosi didalam dirinya.

Duke Aaron mendekati putrinya, ia sedikit ragu melihat sosok putrinya yang sudah berbeda. Kedua matanya menatap bahu putrinya berguncang, ia tahu putrinya amat terpukul.

"Tegarkan hatimu, sayang!" Duke Aaron berusaha menyemangati.

Kedua mata hitam Thalia menatap nanar, "Ayah!"

Thalia segera memeluk erat ayahnya setelah ia meletakkan lembut Ace diatas tanah. Tangis Thalia kembali pecah, Duke Aaron mengelus lembut punggung Thalia. "Kuatlah, sayang! Tegarkan hatimu."

Thalia menggelengkan kepalanya, "Aku tidak setegar dirimu, ayah! Aku tidak bisa."

"Memang sangat berat. Tapi, cobalah untuk mengikhlaskannya." Ucap Duke Aaron.

Thalia melepaskan pelukannya, "Maafkan aku, ayah. Aku bukan Nathalia-putri ayah yang mampu menghadapi rasa sakit hati."

Duke Aaron terdiam, "Apa maksudmu?" Tanya Duke Aaron, "Kamu itu putri ayah. Putri tersayang ayah. Meskipun sekarang penampilan serta wajahmu sangat berbeda dengan putriku."

Thalia melebarkan matanya, "Penampilan berbeda?"

Raja Helium mengeluarkan kemampuan sihirnya, ia membuat sebuah cermin melayang di belakang Thalia. "Lihatlah keadaan penampilan Lady sekarang!"

Thalia menoleh kebelakang, ia terpaku melihat pantulan dari cermin sihir yang memperlihatkan sosok utuh dirinya. Ia tidak melihat sosok Nathalia, melainkan sosoknya sendiri Thalia Navgra. "Bagaimana bisa?"

I WANT YOU (TRANSMIGRASI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang