02. Sahabat

32 6 3
                                    

Hallo Boba disini

Oke langsung aja

Hapread!

*****

Sahabat yang sebenarnya tak akan membiarkan diri mu sendirian.
~Vian Pangestu~

Seorang sahabat tak akan pergi disaat kita susah, tapi akan selalu bersama disuka maupun duka.”
~Javan Putra Dinathan~

“BRENGSEK LO NATHAN!! BERANINYA LO SAKITIN BUNDA GUE!!” Suara lantang itu berasal dari Javan, Javan Putra Dinathan.

Pukulan demi pukulan dilayangkan untuk sang ayah. Bukan tanpa alasan, Nathan ayah dari Javan mengkhianati cinta Sorra yang tak lain adalah ibunda Javan.

Bugh

Bugh

“Udah Ava, bunda gapapa kok!” pekik seorang wanita paruh baya yang mencoba melerai perkelahian anak dan bapak itu. Sorra Azhira.

“AVA GAK BAKAL BIARIN SATU ORANGPUN BUAT BUNDA NANGIS!! TERMASUK AYAH!!” kembali terdengar suara lantang milik Javan. Dengan nafas tersengal Javan berdiri dari atas tubuh ayahnya.

Sorra segera berdiri disamping putra semata wayangnya, mengelus dada bidang Javan agar lebih tenang. "Ava, tenang ya?" bujuk Sorra.

Javan menatap netra ibundanya yang sudah berlinang air mata, Javan paling membenci air mata ibundanya. "Gak bisa, Bun! Ayah udah kelewatan sama bunda!"

“DAN LO TUA BANGKA!! LO BUKAN SEKALI DUA KALI GINIIN BUNDA GUE!! LO KETERLALUAN BANGSAT!!” Teriak Javan penuh tekanan sambil menunjuk muka sang ayah.

Mungkin Javan sudah keterlaluan atau bisa disebut anak kurang ajar, tapi anak mana yang bisa melihat ibunya menangis? Terutama anak laki laki, biasanya anak laki laki lebih dekat kepada sang ibu. Maka seorang anak laki laki rela nyawanya jadi taruhan agar sang ibu bisa bahagia.

"Ava tenangin diri kamu sayang, kamu gak boleh kayak gini. Mau bagaimanapun dia ayah kamu, sayang." Ucap Sorra mencoba mendinginkan hati Javan yang sedang memanas karna amarah.

Sorra memeluk putra sematawayangnya, mencium kening putranya,dan mengelus rambut Javan. Ia menaruh dagunya pada puncak kepala Javan, dan mencium puncak kepala Javan cukup lama.

“KAMU ANAK GAK TAU DIUNTUNG!! SAYA SUDAH BESARKAN KAMU!! TAPI APA BALASAN MU KEPADA SAYA?!!” bentak Nathan.

“Gue gak bakal ngelunjak, kalo lo gak bikin bunda gue nangis.” jawab Javan dengan santai.

“Bunda kamu saja yang terlalu lebay, saya tidak pulang nangis, cuma ditampar nangis. lemah.” ujar Nathan dengan nada sedikit ditekan pada kalimat terakhir nya.

“Cuma lo bilang? Kalo gue gampar lonte disamping lo, gimana tuan Nathan Sadewa?” Ucapnya dengan menekan kalimat terakhir nya.

Emosi Javan kembali terpancing, wajahnya menahan amarah hingga memerah, wajah sedikit lebam karna sempat dipukul Nathan.

“Kamu akan saya hukum, Javan Putra Dinathan.” peringat Nathan.

“Lo pikir gue takut sama hukuman lo? kagak setan!” Ujar Javan, sepertinya Javan sudah tak menghargai Nathan sebagai sosok ayah.

JAVAN DAN SEMESTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang