10. Akhir?

13 3 1
                                    

Hallo guys hapread yaww

n: typo bertebaran dimana-mana !

*****

"Udah puas? UDAH PUAS BIKIN GUE HAMPIR RIBUT SAMA GIYO HAH!?" bentak Javan sambil menunjuk gadis dihadapannya.

Kini mereka berada ditaman belakang sekolah yang sedang sepi, Alea tak mampu mengucapkan satu kata pun, dia hanya mampu menahan tangis nya. Laki-laki yang membuatnya nyaman dan merasa dicintai sekarang berubah, bahkan laki-laki itu membentaknya.

"Gue gak sanggup untuk lanjutin hubungan sama cewek problematik kayak lo!" ucap Javan sambil menekan kalimat terakhir nya.

"Setelah sejauh ini?" tanya Alea, ia menatap ke arah Javan. Wajahnya sudah banjir dengan air mata.

"Lo sadar gak sih? Lo itu cewek problematik! Lo selalu ngerasa paling tersakiti. Lo pikir, lo doang yang punya masalah?!" mata Javan memerah, urat lehernya menonjol. Ia menghela nafas dan kembali berkata. " Gue juga punya masalah, tapi gue gak seberisik lo." lanjutnya.

"Va..." cicit Alea.

Sungguh perkataan Javan telah berhasil membuat Alea sakit hati, jika seperti ini Alea menjadi benci dengan Javan.

"Gue capek ngadepin lo yang banyak maunya, gue capek sama lo. Lebih baik gue balikan sama hazel, dari pada sama lo!" Javan menunjuk Alea yang menundukan kepala.

"Kita udah selesai, gue udah gak ada hubungan apapun sama lo!" ujar Javan lalu ia pergi dari hadapan Alea.

Alea menjatuhkan tubuhnya dikursi yang berada ditaman. Apa yang membuat nya usai dengan Javan? Padahal mereka berdua tidak bertengkar sebelumnya. Ada apa dengan Javan? Kenapa harus usai sekarang? Kenapa disaat Alea sudah bergantung pada diri Javan?

Kini Isak tangis nya semakin menjadi saat hujan turun, seolah semesta tahu hati gadis cantik ini sedang hancur. Alea tersenyum meskipun air matanya tak berhenti mengalir. Ia merasakan titik titik hujan yang jatuh diwajahnya. Hingga beberapa saat air hujan itu tak turun diwajahnya tapi suara hujan yang deras masih terdengar.

"Ngapain? Bolos?" suara serak laki-laki itu membuat mata Alea terbuka.

Laki laki itu yang menolongnya pada saat ia pingsan, ya laki-laki itu adalah Leon. Leon memegang payung, yang melindungi tubuh Alea dan juga sang pemilik payung.

"Le–leon? Ka—kamu ngapain disini?" tanya Alea pada pria itu.

"Emang gak boleh? Ayok ikut gue, baju lu nerawang." ucap Leon dengan enteng.

Leon tidak menatap ke arah baju Alea namun mata Alea yang memancarkan kesedihan.

Alea refleks memeluk tubuhnya sendiri, membuat Leon berdecak kesal saat Alea tak bangkit dan beranjak pergi. Karna kesabaran Leon yang setipis tissue membuatnya langsung bergerak. Ia membuka jaket dari tubuhnya dan memasangkannya ditubuh Alea, dengan satu tangan karna tangan yang satunya dipakai untuk memegang payung.

Ia kembali berdecak sebal karna Alea memandang wajahnya dengan sendu, ia pun membungkuk dan menyuruh Alea memegang gagang payung itu dengan isyarat lewat mata.

Alea yang peka pun mengambil gagang payung tersebut, tanpa diduga Leon mengangkat tubuh Alea ala bridal style membuat Alea refleks memejamkan matanya.

JAVAN DAN SEMESTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang