13. jadi semuanya hanya mimpi?

26 3 0
                                    

Hayy manis!!

Happy reading yaaww!!

*****

"JANGAN PERGI !!"

Dengan napas yang tersengal Javan bangkit dari tidurnya, ia bingung kenapa ia berada diatas kasur? Bukannya ia berada dirumah sakit dan sedang menjenguk Alea?

"Yaa Allah mimpi apa hamba...." lirih Javan sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan nya.

Sungguh mimpi itu seperti nyata, bahkan kenapa mimpi itu seperti berhari-hari? Sungguh plot twist yang membagongkan.

Javan pun keluar kamar, berjalan menuruni anak tangga dan masuk kedalam toilet. Selesai mandi ia kembali kekamar dengan handuk yang melilit di pinggang, saat sudah selesai berganti pakaian ia pun turun kebawah.

Pakaian yang ia pakai hanya kaos hitam polos, celana jeans hitam dan memakai sneaker putih. Ia berjalan menuju sofa, untuk duduk disana sebetar sambil menikmati sepi yang menghantui. Ya kedua orangtuanya sedang pergi keluar kota dan Javan ditinggal sendiri dirumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.36 pagi, meskipun ini hari Sabtu dan SMA Angkasa libur tapi Javan tetap berangkat ke sekolah untuk melaksanakan ekstrakulikuler yang ia ikuti.

Ia mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah, pandangan nya mengedar saat mendengar bell rumahnya berbunyi berulang kali. Javan pun berjalan ke arah pintu ruang tamu dan membuka pintu tersebut dan didepan pintu menampakan seorang gadis yang berada di mimpi nya, gadis bertubuh kecil, pipi chubby, sangat cantik, berwajah bulat, rambut terurai,kulit yang putih susu, dan tinggi ±155cm. Itu persis seperti di mimpinya.

"Hai, bang Javan kan?" tanya gadis berbandana putih itu dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Iya, lo Ab—abel?" Javan terlihat gugup saat bertanya kalimat sebelumnya kepada gadis kecil didepan nya.

Gadis itu terlihat bingung dengan pertanyaan Javan, siapa Abel?

"Maaf, tapi nama aku Innara bukan Abel..." ucap gadis itu terdengar memelan.

Javan kikuk, ia merutuki kebodohannya. Sungguh memalukan batin Javan.

"Lama kamu, Ra..." suara serak itu membuat pandangan dua manusia itu terahlikan, dia Jendral manusia yang lebih misterius dari Javan dengan sikapnya yang selalu berubah tiap detik.

"Maaf kak..." cicit gadis itu sambil berjalan mendekati Jendral.

"Kan kata aku jangan lama-lama," ucap Jendral sambil mengelus-elus rambut panjang Innara.

Javan memandang kedua insan didepannya dengan tatapan penuh tanya, sebenarnya ada apa ini?

"Eh, sorry bro gue belum ngenalin dia," ujar Jendral,

"Dia Innara Queenzza, anak rekan bisnis papa gue yang dijodohin ke gue. Dia gue suruh manggil lo, tapi lama bener jdi gue susul aja." ujar Jendral sambil terus mengelusi rambut Innara.

"Gue ambil tas dulu." ujar Javan dan kedua remaja itupun mengangguk.

Javan memasuki rumahnya dan mengambil tas miliknya, lalu ia kembali ke luar untuk menemui dua manusia yang berada didepan rumahnya.

Javan menutup pintu dan menguncinya. Ia pun berjalan menuju kedua insan yang sedang berada didepan mobil berwarna putih.

"Udah, Van?" tanya Jendral.

Javan mengangguk.

Mereka bertiga pun langsung masuk kedalam mobil, dengan posisi jendral dikursi pengemudi, Javan disamping kursi pengemudi, dan Innara dibelakang.

JAVAN DAN SEMESTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang