one

61 2 0
                                    

[warning, mature 18+]

Duke Izekiel Heimrich, lelaki yang akan menikahi Eleanor de Klautz, bangsawan terpandang dari Kerajaan Klune. Acara pernikahan sudah ditetapkan, keduanya setuju untuk melangsungkan secepatnya.

Para tamu undangan takjub melihat Eleanor dan Izekiel bersama, mereka berdua seperti pasangan yang sudah ditetapkan oleh surga. Badan tegap dan gagah Izekiel berdiri di samping Eleanor, menatap wanita itu datar. Begitu juga dengan Eleanor, yang ingin segera mengakhiri acara pernikahannya.

Mengikat janji suci di depan semua tamu undangan, Izekiel mencium bibir samping Eleanor. Wanita tersebut terdiam dan menarik pipi lelaki yang sudah sah menjadi suaminya, mencium bibir lelaki tersebut secara terburu-buru. Semua tamu undangan bersorak-sorai melihat pasangan tersebut. Izekiel tidak membalas ciuman Eleanor, ataupun memejamkan matanya.

"Aku tidak ingin pandangan orang lain berubah setelah ini. Kau harus melakukan tugasmu sebagai suamiku. Diam. Hanya diam di sampingku." Eleanor memperingati Izekiel. "Ingat, kau ada di wilayahku sekarang. Wilayah kekuasaanku."

Izekiel tidak membalas perkataan Eleanor, hanya menatap wanita itu dalam. Eleanor melepaskan kontak matanya dari Izekiel dan mulai tersenyum pada tamu undangan. Dari awal, Izekiel sendiri tidak mengerti apakah pernikahan ini akan menguntungkan baginya. Izekiel tersenyum dan menatap tamu undangan, menaruh tangannya di pinggang Eleanor, menariknya agar mendekat, tubuh mereka bersentuhan. Eleanor menatap tajam Izekiel singkat lalu tersenyum, berpura-pura bahagia di hari pernikahan mereka.

-

Eleanor meminta kepada para pelayan untuk mempersiapkan kamarnya. Mereka tidak tidur bersama, Eleanor memerintahkan kepala pelayan untuk menyiapkan kamar tamu untuk Izekiel. Kepala pelayan tersebut mengangguk dan menjalankan perintahnya.

Eleanor berbaring di kasurnya, memandang cincin yang melingkar di tangan indahnya. Dia masih belum mengerti akan seperti apa pernikahannya nanti dengan Izekiel. Eleanor memejamkan matanya, kemudian terbangun dan mengambil long coat, bersiap untuk keluar. Dia merasa bosan.

Salah satu pelayan mengetuk pintu kamarnya, memberitahu bahwa makan malam sudah siap. Eleanor membuka pintu dan mengabari pelayan tersebut bahwa ia akan segera keluar, dan memerintahkan untuk membawa makan malam tersebut ke kamar Izekiel.

Pelayan tersebut mengangguk dan melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Eleanor. Eleanor mengambil tas kecilnya dan bergegas pergi dari kamarnya.

Eleanor bertemu Izekiel di aula, dia bertanya pada istrinya yang bersiap untuk pergi. "Kau...mau pergi?"

"Ya." Jawabnya singkat lalu melangkahkan kakinya.

"Kemana?" Tanyanya.

Eleanor berhenti, tanpa menoleh ia menjawab. "Bukan urusanmu." Lalu melangkah jauh dari Izekiel.

Izekiel menatap punggung Eleanor yang makin lama makin menjauh darinya. "Jangan pulang terlalu larut, malam ini cukup dingin, El." Ucapnya yang tidak digubris oleh wanita itu.

-

"Ini seharusnya malam pertamamu dengan suamimu, dan kau malah menghabiskan waktu denganku?" Tanya lelaki berambut coklat yang ada di depan Eleanor. Wilhelm Edith, anak dari Baron William Edith, adalah lelaki yang sejak lama bersama Eleanor. Bukan kekasih, ataupun teman, Eleanor hanya menganggap Wilhelm sebagai pelampiasan emosi. Eleanor tidak pernah menganggap Wilhelm penting, ataupun spesial. Dia hanya mainan favorit Eleanor, yang ketika Eleanor sudah bosan nantinya, akan meninggalkannya kapan saja. Semua orang tidak tahu bahwa Wilhelm dan Eleanor dekat, karena Eleanor menyembunyikannya. Dia merasa status yang lebih rendah darinya itu tidak pantas untuk bersanding dengannya di hadapan semua orang.

Paint It All Red (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang