twenty four

9 1 0
                                    

Izekiel membatasi segala gerak-gerik Eleanor dan membuat istrinya kesal. Morning sickness Izekiel belum membaik, Eleanor tidak bisa apa-apa selain berbaring dengan suaminya. Izekiel sengaja membawa semua kerjaannya di kamar untuk menemani istrinya.

"Mau kemana, sayang?" Tanya Izekiel yang merasakan kasurnya bergerak.

"Aku mau pergi ke taman sebentar."

"Tidak." Tolak Izekiel tegas.

"Astaga, Iz. Aku hanya hamil, bukan sakit keras." Ujar Eleanor dengan nada kesal. "Lagian, aku tidak macam-macam."

"Biar ku temani—"

Eleanor mendorong tubuh Izekiel membuat suaminya terbaring di kasur.

"Tidak. Aku hanya ingin membaca buku sebentar di sana. Aku jenuh harus di kamar terus-terusan." Ucap Eleanor.

"Kau jenuh denganku?"

"Tidak. Bukan seperti itu. Aku hanya ingin menghirup udara segar di taman. Aku benar-bener bosan, Iz."

Izekiel menghela nafas panjang. "Baik. Biar aku antar."

"Astaga, Iz. Taman kan masih di dalam wilayah mansion—"

Izekiel menggendong istrinya ala bridal, mengambil buku yang ada di kasur, dan membawanya ke taman. Ia tidak menghiraukan omelan istrinya sepanjang jalan.

Sesampai di taman, Eleanor duduk di taman baca yang sudah selesai di bangun. Taman baca itu berbentuk seperti sangkar burung besar dengan atap berwarna emas, serta kursi dan meja pahatan berwarna silver. Di atas meja terdapat vas bunga sebagai hiasan. Izekiel duduk berhadapan dengan istrinya, memandang wajah istrinya yang sedikit cemberut sambil membaca buku.

"Tak bisakah kau berhenti untuk mengangguku?" Tanya Eleanor pada suaminya yang tidak melakukan apa-apa selain menatapnya.

"Memangnya apa yang ku lakukan?" Tanya Izekiel heran.

"Berhenti memandangku. Membuatku terdistraksi saja."

Izekiel tertawa mendengar jawaban istrinya. "Kalau begitu, lebih baik kau memandang wajahku saja. Dibandingkan membaca buku." Godanya.

Eleanor menutup buku dan menatap Izekiel kesal. "Hah, aku bahkan tidak bisa bersenang-senang untuk sementara waktu."

Pelayan mendekat, memberikan Eleanor dan Izekiel pie apel dan jus semangka. "Tidak. Bawa kembali pie apel dan jus semangka untuk suamiku. Cukup berikan saja dia air putih." Perintah Eleanor. Pelayan menundukkan kepalanya meminta maaf dan segera mengambil kembali makanan serta minuman di hadapan Izekiel.

Izekiel mengambil pie milik Eleanor dan memakannya. "Kelihatannya enak." Ujarnya setelah mengunyah dan wajahnya berubah karena mual yang tiba-tiba datang.

Eleanor menggeleng melihat suaminya. "Sudah ku bilang apa."

Mau tidak mau, Izekiel menghabiskan pie itu sampai habis. Ia kemudian mengambil air putih dan menghabisinya.

"Ehem..." Ayah Eleanor berdehem mendekati mereka berdua. Kepala pelayan menundukkan kepalanya menyapa Eleanor dan Izekiel, kemudian pergi membawa dua koper besar milik Duke Klautz.

Eleanor beranjak dari duduknya dan berlari memeluk ayahnya, membuat Izekiel panik melihat istrinya yang sedang hamil itu berlari.

"Ayah! Aku sangat merindukan ayah!" Ujar Eleanor bahagia. "Ayah kenapa harus tinggal di mansion kita yang lain? Kenapa tidak di sini saja." Rengek Eleanor.

"Ayah juga merindukanmu." Duke Klautz memeluk putrinya erat. "Ayah dengar, kau sedang mengandung." Eleanor melepaskan pelukannya dan mengangguk. Duke Klautz kemudian memeluk Izekiel, memberi ucapan selamat kepada keduanya dan berterimakasih karena telah menjaga putrinya dengan baik. "Oh, Duke dan Duchess Heimrich akan datang esok hari apakah kau tahu?" Tanya ayahnya pada Eleanor.

Paint It All Red (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang