twenty three

5 2 0
                                    

Eleanor dan Izekiel tidak malu lagi menampilkan kemesraannya di depan semua pelayan mansion Klautz. Bahkan mereka sekarang sudah tidur di satu kamar yang sama, di kamar Eleanor. Benih-benih cinta semakin berkembang lebih dalam, membuat hampir semua pelayan perempuan iri dengan Nyonya yang mereka layani. Rion memilih untuk bungkam dan tidak memberitahu apapun soal lelaki yang pernah dekat dengan Eleanor. Ia yakin, Tuannya pasti sudah membicarakan hal itu dengan Nyonyanya.

Keduanya sudah terbuka satu sama lain, Eleanor menjawab semua pertanyaan Izekiel mengenai Wilhelm. Ia tidak berbohong sedikitpun. Izekiel berterimakasih kepada istrinya yang sudah menjawab semua pertanyaannya dengan jujur. Eleanor juga tidak ingin menutup-nutupi. Ia tidak ingin hubungannya dengan Izekiel renggang dan hancur karena kurangnya komunikasi.

"El." Panggil Izekiel lembut ketika melihat istrinya yang sedang membaca buku di kasur. "Sebentar lagi toko wine milikku akan dibuka." Izekiel kemudian duduk di kasur, di samping Eleanor.

Eleanor menutup buku dan tersenyum. "Benarkah? Apa kau sudah memberikan undangan kepada bangsawan? Siapa saja yang kau undang?" Tanya Eleanor heboh, ia mendekat pada Izekiel.

Izekiel menggeleng. "Aku membutuhkan bantuanmu. Siapa yang harus aku undang?" Izekiel memeluk Eleanor dari belakang, kepala Eleanor menyender di dada Izekiel nyaman.

Eleanor merekomendasikan untuk mengundang semua bangsawan tanpa terkecuali. "Agar bisnismu semakin pesat." Itulah yang istrinya ucapkan.

Izekiel mencium puncak kepala istrinya. "Istriku memang bisa diandalkan dalam hal bisnis."

Mendengar hal itu, Eleanor tertawa dan memukul lengan Izekiel pelan. Tangan Izekiel yang semula berada di perut Eleanor pindah, menggoda istrinya. Ia mengelus paha Eleanor perlahan, membuat Eleanor memukul kedua tangannya.

"Tidak." Tolak Eleanor tegas.

"Kenapa?" Tanya Izekiel dengan wajah cemberut.

"Kita tidak punya waktu--Iz!" Izekiel tidak menghiraukan ucapan istrinya, ia mencium leher istrinya dan menggigit kuping Eleanor lembut.

"Tidak, tidak!" Tolak Eleanor yang kemudian tertawa karena digelitik oleh suaminya.

"Sebentar saja, hmm?" Pinta Izekiel.

"Iz..."

"Sebentar saja, El." Pintanya lagi.

"Sebentar bagimu itu setengah hari bagiku. Kita harus segera memanggil perancang busana--"

"Tidak bisakah kita melakukannya nanti?" Pinta Izekiel merengek, membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya.

"Tidak bisa." Jawab Eleanor tegas. Eleanor beranjak dari kasur dan menarik tangan Izekiel. "Ayo cepat, kita harus segera memanggil perancang busana."

"Baiklah." Izekiel menurut dan kembali memeluk istrinya dari belakang.

"Cepat, kita tidak punya banyak waktu!" Langkah Eleanor semakin berat karena suaminya yang bertumpu padanya.

"Baik, ratuku." Izekiel mengangkat Eleanor ala bridal, Eleanor tertawa dan memukul dada suaminya pelan.



-



Setelah memilih model dan warna gaun serta jas untuk mereka pakai, dan juga memamerkan kemesraan ke pada semua tamu, Izekiel kembali ke ruang kerja untuk menyiapkan undangan. Rion bergidik ngeri melihat Tuannya yang tersenyum dari tadi. Semenjak hubungan Tuan dan Nyonya semakin dekat, Tuan menjadi aneh akhir-akhir ini. Tidak seperti Tuan Izekiel Heimrich yang ku kenal.

Paint It All Red (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang