three

22 1 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Eleanor akhirnya melangkahkan kakinya lagi ke ruang kerja Izekiel. Mengetuk pintu sebentar, tanpa mendengar suara Izekiel yang menyuruhnya masuk, Eleanor membuka pintu dan mendekati Izekiel.

"Kau tau kan kalau Marchioness Arnou mengadakan jamuan makan malam di pesta ulang tahunnya?"

Izekiel mengangguk tanpa menoleh Eleanor, masih sibuk berkutat dengan beberapa kertas di tangannya.

"Bagus. Aku sudah memanggil penjahit ternama untuk datang ke sini. Kau harus meluangkan waktumu sebentar untuk itu." Ucap Eleanor lalu menjauhi Izekiel.

Suara sepatu hak Eleanor memenuhi ruangan, Izekiel menatap punggung Eleanor yang semakin menjauh. Melepaskan kacamatanya, Izekiel rehat sejenak. Dirinya sedikit menggeram, lalu bergumam. "Aku bisa gila. Wangi tubuhmu membuatku sedikit sesak." Ujarnya yang kemudian membuka dua kancing kemejanya.

Pintu kembali diketuk, kali ini Count Rion Svern, asisten yang dia bawa dari mansionnya, sekaligus orang yang paling dipercayai oleh Izekiel, masuk ke ruangan kerjanya.

"Kau sudah menemukan sesuatu?" Tanya Izekiel pada asistennya.

Rion menggeleng. "Selama ini, Duchess hanya keluar ke toko pakaian atau kafe saja, Tuan. Saya tidak melihat beliau bertemu seseorang atau berkunjung ke tempat selain itu. Saya tidak dapat menemukan bukti dengan siapa Duchess bertemu di hari pernikahan Tuan."

Izekiel mengangguk. "Tidak masalah. Kerja bagus, Rion." Lalu mempersilahkan asistennya keluar dari ruang kerjanya.

Izekiel menggigit tangkai kacamatanya, lalu berpikir sejenak. Ia kemudian memanggil Rion kembali. "Berikan aku list toko perhiasaan yang terkenal di wilayah Moritz. Ada hal yang harus ku beli untuk istriku."

Rion mengangguk dan langsung menjalankan tugasnya.


-


Bel pintu berbunyi, para tamu toko melihat Izekiel berjalan mendekati beberapa perhiasan yang dipamerkan pada lemari kaca. Semua orang berbisik-bisik melihat Duke Heimrich, mengagumi wajah tampannya dan perilakunya.

"Pasti dia ke sini untuk membelikan perhiasaan Duchess Heimrich."

"Andaikan saja suamiku seperti Duke Heimrich."

Izekiel tidak terlalu memperdulikan bisikan para tamu yang bisa ia dengar, melainkan matanya sibuk mencari kalung yang cocok untuk istrinya. Rion yang sedari tadi mendampingi Izekiel mengelilingi toko perhiasan, dan ini toko kedua yang mereka singgahi.

"Selamat siang, Duke Heimrich." Sapa pemilik toko perhiasan Le Belle Jewelry, salah satu toko perhiasaan yang sering dikunjungi para bangsawan Moritz. "Apakah anda berniat untuk memberikan kalung kepada Duchess Heimrich?"

Izekiel menatap pemilik toko tersebut lalu tersenyum. "Benar. Aku ingin memberikan kado kepada istriku tercinta."

Mata pemilik toko berbinar ketika mendengarnya. "Saya memiliki rekomendasi yang pas untuk Duchess Heimrich!" Ucapnya sumringah lalu membawakan beberapa koleksi terbatas yang ia miliki. "Beberapa kalung ini sangat cocok dengan Duchess Heimrich! Saya yakin sekali, karena beberapa kali Duchess Heimrich membeli perhiasan di toko saya."

Izekiel berpikir sejenak. Menurutnya, semua terlihat sangat cocok pada Eleanor. Namun pandangannya terhenti pada kalung emas putih dengan liontin yang terbuat dari batu amethyst. Warna ungu yang menawan sangat cocok dengan kulit cerah Eleanor. Izekiel lalu membayar kalung tersebut dan kembali ke mansion Keluarga Klautz. Di perjalanan Izekiel membayangkan Eleanor memakai kalung yang ia beli. Dirinya tak mampu untuk berhenti membayangkan sampai akhrnya Rion menepuk pundaknya.

Paint It All Red (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang